The Holdovers. (Sumber foto: Focus Features)

The Holdovers: 3 Jiwa Kesepian yang Terjebak di Tengah Keajaiban Filter Seluloid Era 1970-an

04 March 2024   |   17:44 WIB
Image
Nirmala Aninda Manajer Konten Hypeabis.id

Like
Memulai rilis teatrikalnya pada 10 November 2023, The Holdovers menjadi comeback akbar bagi sineas Amerika, Alexander Payne, yang terkenal berkat karya-karyanya termasuk Sideways (2004), The Descendants (2011), dan yang terbaru Downsizing (2017) yang menerima ulasan di bawah ekspektasi.

Dibintangi oleh Paul Giamatti, Da'Vine Joy Randolph, dan pendatang baru Dominic Sessa, The Holdovers berpusat pada kehidupan di sekolah asrama khusus laki-laki bergengsi di New England, di mana seorang guru sejarah yang pemarah diberi tanggung jawab untuk mengawasi kelompok kecil anak-anak yang terjebak di sekolah selama libur Natal dan Tahun Baru.

Baca juga: Sinopsis The Holdovers, Film Peraih 5 Nominasi Academy Awards 2024 yang Siap Tayang di Bioskop

Film yang mengharukan dan analitis terhadap ketidakstabilan Amerika pada 1970-1971 ini memberikan kita kilas balik yang solid terhadap keadaan Hollywood pada era tersebut, periode ketika pembuat film ikonik seperti Steven Spielberg, Francis Ford Coppola, dan Martin Scorsese hadir dan mengonfigurasi ulang lanskap sinema Amerika.

Payne menangkap nostalgia masa itu dengan begitu banyak inspirasi dari pembuatan film pada 1970-an dan The New Hollywood Movement dari tampilan dan nuansa vintage. Meski Payne bersikeras bahwa filmnya bukan 'film Natal', The Holdovers tampil dengan hamparan salju tebal, interior kayu antik, dan jas wol yang membuat sepi terasa hangat.

Namun, jangan mengharapkan cerita khas Natal yang penuh keajaiban. The Holdovers menyajikan liburan yang suram di balik lapisan permukaan humor melankolis.


Sinopsis The Holdovers

 

The Holdovers. (Sumber foto: Focus Features)

The Holdovers. (Sumber foto: Focus Features)

Dimulai pada akhir Desember 1970, The Holdovers berlatar tempat di Barton Academy, sebuah sekolah asrama khusus laki-laki terkemuka dan eksklusif di pinggiran Boston. Tepat sebelum liburan Natal, Paul Hunham (Paul Giamatti) diberi tugas untuk mengawasi siswa 'sisa-sisa' (holdover), yang akan tinggal di Barton selama liburan. Dia pun kesal dan merasa disabotase oleh kepala sekolah dan rekan kerjanya.

Ditinggalkan dengan guru yang paling tidak disukainya dan sebagian besar teman asramanya kembali ke rumah, Angus Tully (Dominic Sessa) yang punya jiwa pemberontak, sakit hati dengan ibunya yang baru menikah lagi, yang meninggalkan Angus di sekolah setelah berjanji untuk membawanya berlibur ke Karibia.

Selain Paul dan Angus, satu-satunya teman mereka selama liburan ternyata adalah manajer dapur Barton, Mary (Da'Vine Joy Randolph), yang tengah berduka atas putranya yang gugur dalam Perang Vietnam.

Saat menjalani rutinitas sementara mereka menjelang Natal, ketiganya menjadi semakin dekat dan menciptakan hubungan tak terduga yang terbukti sama kaya dan menyentuhnya, mengubah The Holdovers menjadi komedi liburan yang menyenangkan dengan sentuhan filter seluloid yang mengingatkan pada sinema era 1970-an.
 

The Holdovers. (Sumber foto: Focus Features)

The Holdovers. (Sumber foto: Focus Features)

Nuansa jadul tidak hanya hadir dalam desain set, gradasi warna, dan outfit. Anak-anak Barton memakai potongan rambut floppy shag, berdebat tentang ganja dan rokok yang dicuri, dan mendengarkan musik rock di asrama mereka, yang merupakan cerminan dari zeitgeist masa muda era 1970-an.

Bahkan dengan kedudukan mereka sebagai kelas atas di masyarakat, anak-anak Barton telah merasakan pengaruh Gerakan Counterculture dari dekade sebelumnya, yang sebagian besar digambarkan melalui sudut pandang Angus dalam film tersebut.

Dialog yang tajam jadi kekuatan film ini untuk menangkap 'suara' karakter. Paul, misalnya, mempunyai banyak sekali hinaan terhadap murid-muridnya: mereka adalah “orang-orang kecil yang tengik” atau “orang-orang vulgar yang hormonal”. Namun, ketika ingin menunjukkan kebaikan dia justru kehabisan kata-kata.

Meski demikian, ada banyak momen-momen berkesan dalam film ini tidak mengandung dialog. Momen memilukan saat Mary dengan hati-hati melipat pakaian bayi mendiang putranya, impiannya sendiri untuk masa depan terhenti dan diteruskan ke adik perempuannya yang sedang hamil.

Situasi ini adalah momen yang sangat menyedihkan yang mengakui betapa beratnya kekecewaan yang dialami Mary, tapi tetap memberikan secercah harapan.


Proses Produksi

The Holdovers. (Sumber foto: Focus Features)

The Holdovers. (Sumber foto: Focus Features)

Alexander Payne menyusun konsep The Holdovers setelah menonton film Merlusse. Alih-alih menulis skenarionya sendiri, dia menghubungi David Hemingson dan bertanya apakah dia mau menulis naskahnya. Hemingson mendasarkan skenarionya pada pengalamannya sebagai siswa di Watkinson School, sebuah sekolah berasrama di Hartford, Connecticut, serta hubungannya dengan pamannya ketika dia masih kecil.

Meskipun film ini menampilkan tampilan film berat yang mengingatkan kita pada sinema 5 dekade lalu, gambar pada film The Holdovers seluruhnya diambil secara digital dengan ARRI Alexa Mini. Adapun, semua fitur film seluloid, seperti film grain, halasi, bercak, dan gate weave, ditambahkan pada pascaproduksi. 

Baca juga: Review Anatomy of a Fall, Kiat Jitu Justine Triet Membedah Hubungan Keluarga

Untuk seseorang yang tumbuh dengan sinema 1990-an hingga sekarang, bahasa visual film, pengoperasian kamera, soundtrack monaural (diproses dengan indah pada kecepatan sekitar 8khz agar menyerupai standar Academy Mono), gaya font judul pada poster, perangkat pengeditan, dan logo studio dalam proyek ini tampak begitu mirip menyerupai film-film yang dirilis pada 1970-an.
 

5 Nominasi Academy Awards 

The Holdovers. (Sumber foto: Focus Features)

The Holdovers. (Sumber foto: Focus Features)

Tujuan Payne untuk menciptakan ilusi bahwa film benar-benar dibuat pada dekade 1970 sepertinya berhasil. The Holdovers dibuka dengan logo kuno, Miramax, perusahaan produksinya dan terus menyajikan periode tersebut di setiap adegan.

Dengan karakter-karakternya yang kesepian berjuang untuk menemukan tempat yang tepat dalam dunia yang terus berubah, The Holdovers menciptakan penghormatan yang efektif terhadap sinema 1970-an yang telah terbukti berdampak pada penonton film, yang dibuktikan dengan posisi runner-up pertama film tersebut untuk kategori People's Choice Award di Festival Film Internasional Toronto pada September 2023. 

Baca juga: Review The Zone of Interest: Gangguan Audiovisual & Refleksi Sejarah Ala Glazer

Menjelang perhelatan akbar Oscar, The Holdovers kemungkinan akan menjadi bagian besar dari perbincangan karena terus menarik penonton dengan nuansa oldies dan narasinya yang mengharukan. Film debut Dominic Sessa ini mendapatkan lima nominasi Academy Awards untuk kategori Best Picture, Best Actor, Best Supporting Actress, Best Original Screenplay, dan Best Film Editing.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Penggemar Mobile Legend Merapat, Gelaran G2 Arena Esport 2024 Siapkan Hadiah Puluhan Juta Rupiah

BERIKUTNYA

5 Anime tentang Agen Rahasia yang Penuh Teka-Teki

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: