Bunga Sakura Sedang Bermekaran (Sumber: unsplash.com/@sorasagano)

Mengenal Budaya Hanami dan Maknanya Bagi Masyarakat Jepang

02 March 2024   |   19:21 WIB
Image
Arindra Fachri Satria Pradana Mahasiswa Mass Communication BINUS University

Menikmati keindahan alam dan pepohonan dapat membawa ketenangan tersendiri dan mengajak orang untuk menghela napas sejenak. Bukan sekadar bersantai, di Jepang terdapat sebuah tradisi untuk menghargai keindahan tanaman, yang dirayakan setiap tahunnya sebagai waktu untuk bersyukur dan melakukan refleksi diri.

Perayaan ini terjadi pada akhir Maret hingga awal Mei di seluruh Jepang, dan sekitar minggu kedua pada Januari di Pulau Okinawa.
Nama perayaan ini sendiri adalah Hanami, yang bernakna hana berarti bunga dan mi berarti melihat. Budaya melihat bunga ini adalah sebuah tradisi kuno Jepang untuk memandang keindahan bunga-bunga yang sedang mekar. 

Baca juga: Merayakan Keberagaman Budaya Nusantara

Melansir dari Brooklyn Botanic Garden, budaya ini dimulai sejak awal periode Nara (710–794 M). Masyarakat Jepang kala itu akan merayakan datangnya musim semi dengan menggelar sebuah pesta, untuk bersama-sama melihat mekarnya berbagai bunga, khususnya plum (Prunus mume) dan Ceri Yoshino (Prunus yedoensis) alias bunga sakura.

Selain memiliki akar sejarah yang mendalam, perayaan Hanami juga terefleksikan dalam berbagai literatur dan karya seni, seperti cetakan balok kayu bersejarah yang dilukis oleh Hiroshige Utagawa III pada 1869. Seni ini menggambarkan sekumpulan orang yang sedang merayakan Hanami dengan mengapresiasi berbagai bunga yang sedang mekar di Taman Mukojima.

Selain mengapresiasi keindahan bunga yang sedang mekar, Hanami dapat menjadi sebuah waktu di mana masyarakat Jepang dapat bergabung bersama dengan keluarga, teman, bahkan rekan kerja. Mereka berbondong-bondong  mencari spot untuk menggelar matras pada pagi hari biasanya sebelum jam 8 pagi. Tujuannya, tentu untuk menikmati  berbagai bunga bermekaran bersama-sama. Bento Box, Sake, dan musik hadir untuk meningkatkan atmosfer selebrasi dan keseruan dalam perayaan ini. 

Selain memiliki makna yang signifikan dalam budaya, sejarah, dan seni untuk masyarakat Jepang, Hanami juga memiliki tujuan filosofis. Bunga sakura hanya bermekaran dalam periode waktu yang singkat. Sama seperti hidup, hal-hal indah terkadang terlewatkan tanpa kita sadari. Khususnya saat kita lupa untuk menghargai momen-momen indah tersebut. 

Konsep ini dapat dikaitkan dengan salah satu frasa oleh filsuf Jepang dari abad-18 Motoori Norinaga,  yaitu “Mono no Aware”. Frasa ini adalah penggabungan dua kata, aware yang menyiratkan emosi melankolis, dengan mono yang berarti sesuatu. Mengekspresikan kesadaran penuh bahwa sebagian besar hal tidak bersifat permanen, fana, dan kesedihan yang mengikuti setelah berakhirnya sesuatu pasti ada. 

Festival Hanami dapat menjadi sebuah pengingat untuk sepenuhnya menghargai keindahan hidup selagi masih dapat dinikmati. Tradisi ini dijaga dan dirayakan selama berabad-abad oleh masyarakat Jepang sebagai pengajaran berharga, memberikan ketenangan pikiran ketika momen indah berlalu.

Tujuannya bukan hanya untuk merayakan masa lalu, tapi juga memberikan warisan berharga kepada generasi berikutnya agar mereka dapat memiliki perspektif maju namun yang damai. 

Baca juga: Mengenal Sejarah Kapal Pinisi, Teknologi Perahu Nenek Moyang yang Jadi Warisan Budaya Tak Benda

Lebih dari sekadar perayaan, Hanami adalah momen untuk bersatu, menikmati bunga bersama keluarga dan teman, sambil menghargai keindahan yang fana dan mengapresiasi momen indah dalam hidup yang singkat ini. 

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

7 Serial Terbaru Siap Tayang di Vidio: Ada Ratu Adil & Zona Merah

BERIKUTNYA

5 Manfaat Toner untuk Wajah Berjerawat, Bisa Redakan Peradangan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: