Yuk Pelajari Cara Tidur Nyenyak Bebas Demensia
24 February 2024 |
10:36 WIB
Kualitas tidur sangat mempengaruhi banyak aspek dalam kesehatan fisik dan mental pada manusia. Namun sayangnya, banyak orang terutama lansia tidak bisa mendapatkan kualitas tidur yang baik. Dalam penelitian terbaru yang dirilis Monash University, kondisi ini bisa meningkatkan risiko demensia.
Monash University mengungkap bahwa rata-rata individu berusia 60 tahun ke atas mengalami penurunan waktu tidur nyenyak sebesar 0,6 persen seiring bertambahnya usia setiap tahunnya. Individu yang mengalami penurunan waktu tidur nyenyak memiliki risiko demensia yang lebih besar di masa depan, setiap persentase penurunannya diasosiasikan dengan peningkatan risiko demensia sebesar 27 persen.
Baca juga: Kenali Manfaat Wall Pilates, Bisa Menguatkan Otot hingga Membantu Tidur Nyenyak
Tahapan tidur nyenyak atau dikenal sebagai tahapan tidur gelombang lambat diketahui penting untuk mengoptimalkan kesehatan fisik dan otak. Tahapan ini berfungsi membantu proses pembuangan protein beracun yang terkait dengan penyakit Alzheimer, penyebab paling umum demensia. Oleh sebab itu, penting bagi orang dewasa untuk memprioritaskan tidur nyenyak dengan durasi waktu yang cukup, yakni 7-8 jam setiap harinya.
“Temuan studi kami menunjukkan bahwa kurangnya kecukupan tidur gelombang lambat mungkin menjadi faktor risiko pemicu demensia,” ujar Associate Professor Matthew Pase dari Monash School of Psychological Sciences.
Pase dan tim diketahui telah meneliti 346 responden lanjut usia yang terdaftar dalam Framingham Heart Study. Para responden menjalani dua studi tidur semalaman (overnight sleep) antara tahun 1995-1998 dan 2001-2003, dengan rentang waktu sekitar lima tahun. Responden yang sama kemudian secara hati-hati dipantau untuk risiko demensia hingga 2018. Selama 17 tahun masa penelitian, terdapat 52 kasus demensia yang ditemukan.
Temuan serupa lainnya datang dari hasil penelitian gabungan oleh Sleep Health Foundation dan Monash University. Para peneliti menyebut gangguan pola tidur dapat menjadi tanda awal penyakit Alzheimer.
Premisnya adalah seiring perubahan kapasitas otak, masalah gangguan tidur dan gejala Alzheimer cenderung meningkat secara bersamaan. Oleh karena itu, penting sesegera mungkin menanamkan kebiasaan sehat untuk meningkatkan kualitas tidur secara keseluruhan.
Cara agar mendapat kualitas tidur optimal yakni menciptakan rutinitas waktu tidur yang nyenyak dan konsisten, serta memastikan lingkungan tidur yang nyaman. Menjaga paparan cahaya alami secara teratur juga memainkan peran penting dalam mengatur jam biologis alami tubuh.
Pase menjelaskan menetapkan rutinitas yang mencakup aktivitas fisik secara teratur merupakan faktor penting dalam memperkuat siklus alami tubuh untuk tidur dan bangun setiap harinya. Aktivitas fisik yang rutin mempengaruhi kualitas tidur dengan berdampak pada suhu tubuh, meningkatkan suasana hati, mengurangi kecemasan, dan meningkatkan faktor-faktor di otak yang berkontribusi terhadap kesehatan otak secara keseluruhan.
Sementara itu, potensi musik transformatif juga patut diperhatikan. Sebagaimana mengutip data 2023 World Alzheimer Report, tari poco poco, yakni tarian serupa senam yang berasal dari wilayah Indonesia bagian timur, ternyata mendatangkan manfaat luar biasa dalam membantu pasien demensia.
Banyak perawat yang mengurus pasien demensia menyadari kekuatan musik dalam memberikan kenyamanan, kebahagiaan, dan memulihkan ingatan, bahkan ketika komunikasi verbal menjadi sulit.
Baca juga: Stop Bergadang, Waspadai 5 Efek Buruk Akibat Sering Tidur Larut Malam
Begitupun terkait pola makan, terutama yang kaya akan melatonin dan triptofan seperti pada buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, ikan, dan minyak zaitun, dapat meningkatkan durasi dan kualitas tidur. Praktik nutrisi kini diakui sebagai bagian integral dari kesehatan kognitif dan mungkin berperan dalam menurunkan risiko demensia.
Editor: Fajar Sidik
Monash University mengungkap bahwa rata-rata individu berusia 60 tahun ke atas mengalami penurunan waktu tidur nyenyak sebesar 0,6 persen seiring bertambahnya usia setiap tahunnya. Individu yang mengalami penurunan waktu tidur nyenyak memiliki risiko demensia yang lebih besar di masa depan, setiap persentase penurunannya diasosiasikan dengan peningkatan risiko demensia sebesar 27 persen.
Baca juga: Kenali Manfaat Wall Pilates, Bisa Menguatkan Otot hingga Membantu Tidur Nyenyak
Tahapan tidur nyenyak atau dikenal sebagai tahapan tidur gelombang lambat diketahui penting untuk mengoptimalkan kesehatan fisik dan otak. Tahapan ini berfungsi membantu proses pembuangan protein beracun yang terkait dengan penyakit Alzheimer, penyebab paling umum demensia. Oleh sebab itu, penting bagi orang dewasa untuk memprioritaskan tidur nyenyak dengan durasi waktu yang cukup, yakni 7-8 jam setiap harinya.
“Temuan studi kami menunjukkan bahwa kurangnya kecukupan tidur gelombang lambat mungkin menjadi faktor risiko pemicu demensia,” ujar Associate Professor Matthew Pase dari Monash School of Psychological Sciences.
Pase dan tim diketahui telah meneliti 346 responden lanjut usia yang terdaftar dalam Framingham Heart Study. Para responden menjalani dua studi tidur semalaman (overnight sleep) antara tahun 1995-1998 dan 2001-2003, dengan rentang waktu sekitar lima tahun. Responden yang sama kemudian secara hati-hati dipantau untuk risiko demensia hingga 2018. Selama 17 tahun masa penelitian, terdapat 52 kasus demensia yang ditemukan.
Temuan serupa lainnya datang dari hasil penelitian gabungan oleh Sleep Health Foundation dan Monash University. Para peneliti menyebut gangguan pola tidur dapat menjadi tanda awal penyakit Alzheimer.
Premisnya adalah seiring perubahan kapasitas otak, masalah gangguan tidur dan gejala Alzheimer cenderung meningkat secara bersamaan. Oleh karena itu, penting sesegera mungkin menanamkan kebiasaan sehat untuk meningkatkan kualitas tidur secara keseluruhan.
Cara agar mendapat kualitas tidur optimal yakni menciptakan rutinitas waktu tidur yang nyenyak dan konsisten, serta memastikan lingkungan tidur yang nyaman. Menjaga paparan cahaya alami secara teratur juga memainkan peran penting dalam mengatur jam biologis alami tubuh.
Pase menjelaskan menetapkan rutinitas yang mencakup aktivitas fisik secara teratur merupakan faktor penting dalam memperkuat siklus alami tubuh untuk tidur dan bangun setiap harinya. Aktivitas fisik yang rutin mempengaruhi kualitas tidur dengan berdampak pada suhu tubuh, meningkatkan suasana hati, mengurangi kecemasan, dan meningkatkan faktor-faktor di otak yang berkontribusi terhadap kesehatan otak secara keseluruhan.
Sementara itu, potensi musik transformatif juga patut diperhatikan. Sebagaimana mengutip data 2023 World Alzheimer Report, tari poco poco, yakni tarian serupa senam yang berasal dari wilayah Indonesia bagian timur, ternyata mendatangkan manfaat luar biasa dalam membantu pasien demensia.
Banyak perawat yang mengurus pasien demensia menyadari kekuatan musik dalam memberikan kenyamanan, kebahagiaan, dan memulihkan ingatan, bahkan ketika komunikasi verbal menjadi sulit.
Baca juga: Stop Bergadang, Waspadai 5 Efek Buruk Akibat Sering Tidur Larut Malam
Begitupun terkait pola makan, terutama yang kaya akan melatonin dan triptofan seperti pada buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, ikan, dan minyak zaitun, dapat meningkatkan durasi dan kualitas tidur. Praktik nutrisi kini diakui sebagai bagian integral dari kesehatan kognitif dan mungkin berperan dalam menurunkan risiko demensia.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.