3 Gaya Hidup Sehat untuk Mengurangi Risiko Sindrom Iritasi Usus
23 February 2024 |
19:00 WIB
Gaya hidup sehat dapat mengurangi risiko sindrom iritasi usus besar (IBS). Menurut studi baru di BMJ Journal, Gut, risiko gangguan pencernaan turun hingga 42 persen pada orang dewasa berusia paruh baya dan lebih tua yang aktif secara fisik, cukup tidur, mengonsumsi makanan berkualitas, mengonsumsi alkohol dengan wajar, atau tidak merokok.
Irritable bowel syndrome (IBS) mempengaruhi sistem pencernaan dan gejalanya meliputi kram perut, kembung, diare, dan sembelit. Orang bisa menderita selama berhari-hari, berminggu-minggu, atau berbulan-bulan, dan gejalanya bisa datang dan pergi. Sindrom ini diperkirakan mempengaruhi hingga satu dari 10 orang di seluruh dunia.
Baca juga: Polusi Udara Bisa Mengancam Kesehatan Pencernaan, Kok Bisa?
Penyebab kondisi ini belum diketahui secara pasti, tapi penelitian menunjukkan bahwa saraf yang terlalu sensitif di usus, stres, dan riwayat IBS dalam keluarga mungkin jadi faktor pemicu. Penelitian sebelumnya mengaitkan faktor gaya hidup individu dengan peningkatan risiko IBS, dan para peneliti terus mencari tahu apakah kombinasi beberapa gaya hidup sehat dapat menangkal kondisi tersebut.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Gut menemukan bahwa menjalani gaya hidup sehat sangat terkait dengan rendahnya peluang terkena IBS. Lima perilaku sehat seperti tidak merokok, tidur nyenyak, cukup olahraga, pola makan sehat, dan mengurangi konsumsi alkohol – semuanya dipelajari untuk melihat kebiasaan mana yang paling berperan dalam mengurangi risiko.
Tiga di antaranya – tidak merokok, olahraga rutin, dan tidur setidaknya tujuh jam setiap malam – tampaknya memiliki dampak terbesar secara individual.
Sebuah tim peneliti di Hong Kong menemukan bahwa semakin banyak perilaku gaya hidup sehat yang diikuti oleh peserta penelitian, semakin tinggi pula ketahanan organ tubuh terhadap IBS. Peserta yang menerapkan satu kebiasaan sehat memiliki risiko 21 persen lebih rendah terkena gejala IBS dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukan satu pun kebiasaan tersebut.
Sedangkan mereka yang melakukan dua kebiasaan sehat memiliki risiko 36 persen lebih rendah. Sementara mereka yang melakukan tiga hingga lima kebiasaan sehat memiliki risiko 42 lebih rendah.
Co-author studi Vincent Chi-ho Chung, profesor di Sekolah Kesehatan Masyarakat dan Perawatan Primer Jockey Club di Chinese University of Hong Kong, mengatakan bahwa temuan ini menunjukkan bahwa modifikasi gaya hidup berpotensi menjadi strategi pencegahan utama yang efektif untuk IBS.
"Sejauh pengetahuan kami, penelitian ini adalah salah satu penelitian berskala besar pertama yang mengonfirmasi bahwa kombinasi perilaku gaya hidup sehat … dapat secara signifikan mengurangi risiko pengembangan IBS,” ujarnya.
Meski demikian, penelitian ini tidak memasukkan pengurangan stres sebagai bagian dari perilaku gaya hidup yang diamati. Greenwood-Van Meerveld, yang telah mempelajari peran stres dalam sistem pencernaan, mengatakan pendekatan studi ini mengejutkan, karena stres telah dipelajari sebagai faktor yang memainkan peran penting dalam IBS.
Selain itu, keterbatasan kelompok usia juga mengkhawatirkan, karena menurutnya IBS kerap berkembang pada masa dewasa awal, tapi penelitian ini melibatkan peserta dengan usia rata-rata 55 tahun.
Secara keseluruhan, temuan penelitian ini menunjukkan bahwa menerapkan pilihan gaya hidup yang baik seperti tidak merokok, cukup tidur, olahraga secara teratur, mengonsumsi makanan seimbang, dan minum dalam jumlah sedang dapat meminimalkan prevalensi IBS.
Meskipun modifikasi gaya hidup sering direkomendasikan untuk menangani gejala IBS, peran potensialnya dalam mencegah risiko terjadinya IBS belum mendapat perhatian yang cukup hingga saat ini. Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya membuat pilihan gaya hidup sehat, tidak hanya untuk pencegahan IBS tetapi juga untuk kesehatan secara keseluruhan.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Irritable bowel syndrome (IBS) mempengaruhi sistem pencernaan dan gejalanya meliputi kram perut, kembung, diare, dan sembelit. Orang bisa menderita selama berhari-hari, berminggu-minggu, atau berbulan-bulan, dan gejalanya bisa datang dan pergi. Sindrom ini diperkirakan mempengaruhi hingga satu dari 10 orang di seluruh dunia.
Baca juga: Polusi Udara Bisa Mengancam Kesehatan Pencernaan, Kok Bisa?
Penyebab kondisi ini belum diketahui secara pasti, tapi penelitian menunjukkan bahwa saraf yang terlalu sensitif di usus, stres, dan riwayat IBS dalam keluarga mungkin jadi faktor pemicu. Penelitian sebelumnya mengaitkan faktor gaya hidup individu dengan peningkatan risiko IBS, dan para peneliti terus mencari tahu apakah kombinasi beberapa gaya hidup sehat dapat menangkal kondisi tersebut.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Gut menemukan bahwa menjalani gaya hidup sehat sangat terkait dengan rendahnya peluang terkena IBS. Lima perilaku sehat seperti tidak merokok, tidur nyenyak, cukup olahraga, pola makan sehat, dan mengurangi konsumsi alkohol – semuanya dipelajari untuk melihat kebiasaan mana yang paling berperan dalam mengurangi risiko.
Tiga di antaranya – tidak merokok, olahraga rutin, dan tidur setidaknya tujuh jam setiap malam – tampaknya memiliki dampak terbesar secara individual.
Sebuah tim peneliti di Hong Kong menemukan bahwa semakin banyak perilaku gaya hidup sehat yang diikuti oleh peserta penelitian, semakin tinggi pula ketahanan organ tubuh terhadap IBS. Peserta yang menerapkan satu kebiasaan sehat memiliki risiko 21 persen lebih rendah terkena gejala IBS dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukan satu pun kebiasaan tersebut.
Sedangkan mereka yang melakukan dua kebiasaan sehat memiliki risiko 36 persen lebih rendah. Sementara mereka yang melakukan tiga hingga lima kebiasaan sehat memiliki risiko 42 lebih rendah.
Co-author studi Vincent Chi-ho Chung, profesor di Sekolah Kesehatan Masyarakat dan Perawatan Primer Jockey Club di Chinese University of Hong Kong, mengatakan bahwa temuan ini menunjukkan bahwa modifikasi gaya hidup berpotensi menjadi strategi pencegahan utama yang efektif untuk IBS.
"Sejauh pengetahuan kami, penelitian ini adalah salah satu penelitian berskala besar pertama yang mengonfirmasi bahwa kombinasi perilaku gaya hidup sehat … dapat secara signifikan mengurangi risiko pengembangan IBS,” ujarnya.
Meski demikian, penelitian ini tidak memasukkan pengurangan stres sebagai bagian dari perilaku gaya hidup yang diamati. Greenwood-Van Meerveld, yang telah mempelajari peran stres dalam sistem pencernaan, mengatakan pendekatan studi ini mengejutkan, karena stres telah dipelajari sebagai faktor yang memainkan peran penting dalam IBS.
Selain itu, keterbatasan kelompok usia juga mengkhawatirkan, karena menurutnya IBS kerap berkembang pada masa dewasa awal, tapi penelitian ini melibatkan peserta dengan usia rata-rata 55 tahun.
Secara keseluruhan, temuan penelitian ini menunjukkan bahwa menerapkan pilihan gaya hidup yang baik seperti tidak merokok, cukup tidur, olahraga secara teratur, mengonsumsi makanan seimbang, dan minum dalam jumlah sedang dapat meminimalkan prevalensi IBS.
Meskipun modifikasi gaya hidup sering direkomendasikan untuk menangani gejala IBS, peran potensialnya dalam mencegah risiko terjadinya IBS belum mendapat perhatian yang cukup hingga saat ini. Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya membuat pilihan gaya hidup sehat, tidak hanya untuk pencegahan IBS tetapi juga untuk kesehatan secara keseluruhan.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.