Polusi Udara Bisa Mengancam Kesehatan Pencernaan, Kok Bisa?
14 August 2023 |
11:30 WIB
Udara Jakarta kian tak layak untuk dihirup. Data IQAir mencatat Indonesia sebagai salah satu negara dengan polusi tertinggi, khususnya untuk kota Jakarta. Jakarta masuk dalam empat kota teratas dengan kualitas udara tidak sehat. Adapun posisi Jakarta berada di bawah Dubai, Doha, dan Accra.
Keempat kota ini mendapat nilai AQI US di atas 151 yang mengartikan udara tidak sehat untuk dihirup. Kualitas udara yang buruk tentu menganggu kesehatan tubuh manusia. Salah satunya adalah kesehatan pasa saluran pernapasan dan organ paru-paru.
Baca juga: Duh, Ini Bahayanya Polusi Udara Buat Kesehatan Paru-paru
Selama ini, polusi memang hanya dikaitkan dengan gangguan pada saluran pernapasan saja. Padahal, ada beberapa gangguan lainnya yang bisa menganggu kesehatan tubuh manusia. Salah satunya adalah gangguan pada pencernaan. Saat ini, belum banyak masyarakat yang mengetahui dampak nyata polusi terhadap gangguan pencernaan.
Dokter Penyakit Dalam Bidang Gastroenterologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Ari Fahrial Syam mengatakan gangguan pencernaan bukan hanya diakibatkan oleh aspek konsumsi makanan dan minuman.
"Udara yang buruk ini juga bisa masuk ke dalam sistem pencernaan kita yang bisa menyebabkan berbagai macam permasalahan, salah satunya radang usus," kata Ari.
Ari mengatakan, saat ini salah satu radang usus yang cukup membawa dampak buruk di tengah masyarakat adalah penyakit yang terkait inflamasi. Jika tidak ditangani dengan baik, penyakit yang disebabkan oleh inflamasi ini juga bisa mendorong kemungkinan radang usus di kemudian hari.
Dia juga menyebutkan kasus-kasus ini tengah menjadi perhatian di negara-negara berkembang. Sebab, Ari menyebut jika belakangan kasus inflammatory bowel disease (IBD) meningkat di negara berkembang. "Ini dibuktikan dengan adanya polusi udara. Sedangkan untuk Eropa yg sudah cukup menjaga pengaturan polusinya, angka IBD ini cenderung menurun," tambahnya.
Ari mengatakan, momentum ini menjadi waktu bagi pemerintah dan masyarakat untuk berrefleksi, bahwa persoalan polusi tidak hanya menyangkut industri saja tetapi berefek domino pada aspek kesehatan masyarakat. Aspek kesehatan ini pun menyentuh persoalan selain penyakit saluran pernapasan paru-paru, misalnya memberi dampak buruk pada gangguan pencernaan, stunting pada anak, hingga gangguan kulit.
Perlu diketahui bahwa polusi merupakan zat kimia yang secara tidak langsung akan menganggu organ dalam tubuh saat tak sengaja terhirup oleh tubuh manusia. Ari mencontohkan, misalnya peningkatan pada angka kanker pankreas yang meningkat bisa saja datang karena permasalahan polusi udara.
"Padahal misalnya orang tersebut tidak merokok atau konsumsi alkohol. Jadi kembali lagi, anggapannya seperti sama orang yang terpapar polusi berat ini dengan merokok. Ada risikonya ke arah sana," katanya.
Ari menyebutkan, asap pada rokok dan asap pada polusi lebih kurang memiliki dampak yang sama. Secara zat, polusi dari hasil pembakaran kendaraan bermotor lebih ekstrim komponennya di banding asap lain.
Di tengah polusi yang tinggi ini. Ari menyarankan agar masyarakat segera memperhatikan berbagai gejala seperti nyeri perut dan gangguan buang air besar. Lebih lanjut, masyarakat juga harus waspada dengan makanan yang dikonsumsi dari luar. "Makanan sehat pun terkadang terpapar udara. Bisa terkena polusi juga, polusi kan ada di mana-mana," jelasnya.
Selain itu, masyarakat bisa meminimalkan paparan polusi dengan menghindari keluar rumah jika tidak terlalu diperlukan, menggunakan masker sebagai bentuk perlindungan diri, melakukan olahraga di waktu pagi saat minim kendaraan lalu lalang, dan terakhir memperkuat tubuh dengan melawan zat toksin dari polusi dengan mencukupi nutrisi sayur dan buah.
Dari sisi pemerintah, langkah yang bisa dilakukan antara lain melakukan transparasi informasi terkait polusi dan sosialisasinya, serta memperhatikan aturan lain mengenai penekanan polusi disamping peraturan pada undang-undang terkait kesehatan.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Keempat kota ini mendapat nilai AQI US di atas 151 yang mengartikan udara tidak sehat untuk dihirup. Kualitas udara yang buruk tentu menganggu kesehatan tubuh manusia. Salah satunya adalah kesehatan pasa saluran pernapasan dan organ paru-paru.
Baca juga: Duh, Ini Bahayanya Polusi Udara Buat Kesehatan Paru-paru
Selama ini, polusi memang hanya dikaitkan dengan gangguan pada saluran pernapasan saja. Padahal, ada beberapa gangguan lainnya yang bisa menganggu kesehatan tubuh manusia. Salah satunya adalah gangguan pada pencernaan. Saat ini, belum banyak masyarakat yang mengetahui dampak nyata polusi terhadap gangguan pencernaan.
Dokter Penyakit Dalam Bidang Gastroenterologi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Ari Fahrial Syam mengatakan gangguan pencernaan bukan hanya diakibatkan oleh aspek konsumsi makanan dan minuman.
"Udara yang buruk ini juga bisa masuk ke dalam sistem pencernaan kita yang bisa menyebabkan berbagai macam permasalahan, salah satunya radang usus," kata Ari.
Ari mengatakan, saat ini salah satu radang usus yang cukup membawa dampak buruk di tengah masyarakat adalah penyakit yang terkait inflamasi. Jika tidak ditangani dengan baik, penyakit yang disebabkan oleh inflamasi ini juga bisa mendorong kemungkinan radang usus di kemudian hari.
Dia juga menyebutkan kasus-kasus ini tengah menjadi perhatian di negara-negara berkembang. Sebab, Ari menyebut jika belakangan kasus inflammatory bowel disease (IBD) meningkat di negara berkembang. "Ini dibuktikan dengan adanya polusi udara. Sedangkan untuk Eropa yg sudah cukup menjaga pengaturan polusinya, angka IBD ini cenderung menurun," tambahnya.
Ari mengatakan, momentum ini menjadi waktu bagi pemerintah dan masyarakat untuk berrefleksi, bahwa persoalan polusi tidak hanya menyangkut industri saja tetapi berefek domino pada aspek kesehatan masyarakat. Aspek kesehatan ini pun menyentuh persoalan selain penyakit saluran pernapasan paru-paru, misalnya memberi dampak buruk pada gangguan pencernaan, stunting pada anak, hingga gangguan kulit.
Perlu diketahui bahwa polusi merupakan zat kimia yang secara tidak langsung akan menganggu organ dalam tubuh saat tak sengaja terhirup oleh tubuh manusia. Ari mencontohkan, misalnya peningkatan pada angka kanker pankreas yang meningkat bisa saja datang karena permasalahan polusi udara.
"Padahal misalnya orang tersebut tidak merokok atau konsumsi alkohol. Jadi kembali lagi, anggapannya seperti sama orang yang terpapar polusi berat ini dengan merokok. Ada risikonya ke arah sana," katanya.
Ari menyebutkan, asap pada rokok dan asap pada polusi lebih kurang memiliki dampak yang sama. Secara zat, polusi dari hasil pembakaran kendaraan bermotor lebih ekstrim komponennya di banding asap lain.
Di tengah polusi yang tinggi ini. Ari menyarankan agar masyarakat segera memperhatikan berbagai gejala seperti nyeri perut dan gangguan buang air besar. Lebih lanjut, masyarakat juga harus waspada dengan makanan yang dikonsumsi dari luar. "Makanan sehat pun terkadang terpapar udara. Bisa terkena polusi juga, polusi kan ada di mana-mana," jelasnya.
Selain itu, masyarakat bisa meminimalkan paparan polusi dengan menghindari keluar rumah jika tidak terlalu diperlukan, menggunakan masker sebagai bentuk perlindungan diri, melakukan olahraga di waktu pagi saat minim kendaraan lalu lalang, dan terakhir memperkuat tubuh dengan melawan zat toksin dari polusi dengan mencukupi nutrisi sayur dan buah.
Dari sisi pemerintah, langkah yang bisa dilakukan antara lain melakukan transparasi informasi terkait polusi dan sosialisasinya, serta memperhatikan aturan lain mengenai penekanan polusi disamping peraturan pada undang-undang terkait kesehatan.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.