Hypereport: Tangan Dingin Couplepreneur Membangun Ladang Cuan
12 February 2024 |
14:15 WIB
Nanang Suherman dan Yeni Isnawati sempat berada di titik terendah. Bisnis produksi biji plastik yang dirintis keduanya terpaksa harus gulung tikar dengan menyisakan utang dan kerugian yang besar. Namun, pasangan ini tak gentar untuk terus menapaki jalan berbisnis, dengan mencari peluang usaha lain.
Di tengah masa sulit itu, Nanang dan Yeni memutuskan untuk menjajal bisnis kuliner yang menurut mereka relatif membutuhkan modal yang tidak terlalu besar. Akhirnya pada 2013, mereka memulai lembaran bisnis baru di bidang makanan dengan brand Ayam Goreng Nelongso di sebuah toko sewaan di Kota Malang.
Kala itu, Nanang dan Yeni melihat peluang bisnis kuliner yang sangat potensial terutama di Kota Malang khususnya untuk area kampus dan kos-kosan. Peluang tersebut adalah jarangnya kuliner yang buka 24 jam dengan harga terjangkau untuk kalangan mahasiswa.
Peluang lainnya adalah banyak mahasiswa yang membutuhkan kerja part time atau paruh waktu sebagai tambahan penghasilan ataupun hanya sekadar mengisi waktu. Dengan kondisi itu, Nanang dan Yeni pun mulai merekrut dan menempatkan posisi karyawan di beberapa outlet, juga penambahan karyawan untuk menjadi sales paruh waktu dan petugas layanan delivery order.
Latar belakang tersebut menjadikan Ayam Goreng Nelongso sebagai konsep perintis usaha kuliner pertama di Kota Malang yang buka 24 jam, menggunakan layanan delivery dan sales, dengan memberdayakan para mahasiswa sebagai karyawan paruh waktu.
Baca juga: Hypereport: Pasangan Seniman yang Merayakan Cinta Lewat Seni Rupa
Satu dekade berdiri, Ayam Goreng Nelongso boleh dibilang menjadi salah satu kuliner populer di Malang, khususnya di kalangan pecinta makanan pedas. Merek satu ini terkenal lantaran menjual beragam menu ayam dan bebek dengan harga yang murah. Varian sambal yang pedas juga menjadi daya tarik tersendiri dari merek makanan satu ini.
Restoran ini secara strategis menyasar mahasiswa dengan mendirikan gerai di dekat asrama dan kos-kosan di seluruh Jawa. Jaringan restoran 24 jam itu saat ini tercatat memiliki 54 gerai dan mempekerjakan lebih dari 800 pekerja, termasuk mahasiswa yang bekerja paruh waktu.
Terbaru, Ayam Goreng Nelongso melalui PT Bersama Mencapai Puncak Tbk, resmi melantai atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia untuk semakin melebarkan sayap bisnisnya. Lewat kode emiten BAIK, perusahaan itu menawarkan 20 persen sahamnya dengan nilai IPO sebanyak-banyaknya Rp60,30 miliar-Rp62,55 miliar.
Dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum perdana saham itu disebut akan digunakan oleh PT Bersama Mencapai Puncak Tbk untuk biaya operasional, biaya sewa outlet, dan pembelian bahan baku untuk sejumlah bisnis seperti kemitraan rumah makan, serta perdagangan bahan baku (makanan beku dan sembako).
Di belakang kesuksesan perusahaan tersebut, ada nama pasangan pebisnis atau couplepreneur Nanang Suherman dan Yeni Isnawati. Kepada Hypeabis.id melalui wawancara sambungan telepon, Yeni mengatakan hal utama yang membuat bisnis bersama pasangan bisa berjalan dengan baik adalah mengetahui kapasitas dan kelebihan masing-masing diri, sehingga bisa mendorong bisnis untuk bisa terus berkembang.
Untuk mengembangkan bisnisnya, Yeni bertindak sebagai eksekutor sekaligus manajer yang mengatur jalannya operasional di perusahaan, sembari mengurus anak di rumah. Sementara sang suami dengan kemampuan sosial yang baik, bertindak sebagai pemimpin sekaligus pencari peluang dan pembuka jaringan bersama rekan bisnis, mitra, dan investor.
"Jadi kalau couplepreneur itu sama-sama terjun tapi paham potensi, kelebihan, dan kelemahan masing-masing, ya bisa. Jadi kita sudah paham tugas kita masing-masing, di situ sih kuncinya," katanya.
Yeni menuturkan ada beberapa kelebihan berbisnis dengan pasangan dibandingkan dengan orang lain, salah satunya adalah lebih cepat dalam mengeksekusi ide dan peluang. Dia bisa dengan mudah membicarakan ide sekaligus kendala kepada sang suami lalu langsung memecahkannya, begitupun sebaliknya.
Selain itu, kehadiran pasangan sebagai pemilik bisnis juga diakuinya lebih menciptakan kepercayaan di kalangan tim. Namun, hal itu bisa tercipta asalkan pasangan benar-benar solid bisa saling mengisi satu sama lain dengan kemampuan masing-masing dalam menjalankan bisnis.
Meski demikian, Yeni juga tak memungkiri ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam berbisnis dengan pasangan, utamanya adalah perbedaan pendapat dan kesulitan dalam merealisasikan ide untuk pengembangan bisnis. Namun, menurutnya, semua tantangan itu tidak pernah benar-benar menjadi vital selama kedua belah pihak tetap solid dan fokus pada tujuan besar bersama.
Menariknya, kesibukan dalam mengelola bisnis justru membuat Yeni merasa hubungan dengan suaminya semakin erat lantaran hampir setiap hari melakukan kegiatan bersama. Plus, lantaran tidak berkegiatan formal seperti bekerja di kantor, Yeni dan suami memiliki waktu yang banyak untuk dihabiskan bersama keluarga di rumah.
Agar semua urusan baik itu yang berurusan dengan keluarga maupun bisnis bisa berjalan beriringan, Yeni pun telah membuat jadwal kegiatan sehari-hari. "Jadi saya itu bersyukur banget karena waktu saya banyak dan tetap berkualitas baik di hubungan pekerjaan ataupun di rumah tangga," ucapnya.
Bisnis pasangan atau couplepreneur memang menjadi bentuk bisnis yang terus booming di berbagai belahan dunia. Istilah tersebut muncul dari adanya penggabungan antara kata couple yang berarti pasangan dan entrepreneur yang berarti pengusaha.
Seperti namanya, couplepreneur merujuk pada fenomena pasangan yang menjalankan dan mengelola bisnis secara bersama-sama. Pasangan dapat berkonotasi dengan pasangan yang hidup bersama alias menikah atau belum memiliki ikatan resmi pernikahan. Kedua pihak memiliki peran kontribusi dan keterlibatan masing-masing secara aktif dalam pengelolaan bisnis.
Mengutip jurnal berjudul Couplepreneur: Efektivitas dan Tantangan Kombinasi Peran Pasangan dan Wirausahawan, disebutkan bahwa di Amerika, diperkirakan ada 3 juta dari 22 juta usaha kecil yang dijalankan oleh pasangan, dan jumlah tersebut diproyeksikan meningkat setiap tahunnya.
Selain itu, hasil survei yang diterbitkan oleh Family Business Review mengungkapkan bahwa setidaknya terdapat 80 persen bisnis di seluruh dunia yang mempekerjakan anggota keluarga mereka, dan sepertiga dari jumlah tersebut merupakan pasangan.
Tumbuh dan perkembangan couplepreneur ini disebabkan adanya keterbatasan peluang kerja yang dimiliki oleh tenaga kerja perempuan, seperti yang diungkapkan oleh laporan penelitian dari Institute for the Study of Labor (IZA) di Denmark. Faktor lainnya termasuk potensi bisa menghasilkan keuntungan signifikan bagi pasangan, dan menghindarkan pasangan dari adanya konflik ketidaksetaraan pendapatan dalam rumah tangga.
Founder sekaligus Chief Marketing Officer Ladang Lima Annisa Pratiwi mengatakan kelebihan utama menggeluti bisnis bersama pasangan adalah bisa memiliki teman sharing dan diskusi, dengan tujuan yang sama. Terlebih, jika kedua pihak memang sama-sama memiliki minat dan passion dalam bidang bisnis. Hal itu akan lebih memudahkan untuk membangun dan mengembangkan bisnis bersama.
Selain itu, bisnis bersama pasangan juga dinilai bisa membangun kepercayaan lebih besar dibandingkan dengan orang lain. "Kalau yang salah satunya tidak passion tapi ingin berbisnis bareng, salah satunya harus bisa mendorong atau memotivasi untuk bisa sama-sama membangun bisnis dengan tujuan yang telah disepakati berdua," katanya.
Meski demikian, Annisa tak menampik lantaran berbisnis dengan pasangan, dia kerap menghadapi masalah yang dihadapi dalam bisnis dan rentan terbawa sampai ke hubungan rumah tangga. Oleh karena itu, penting untuk berkomitmen dengan pasangan bahwa permasalahan yang terjadi dalam lingkup bisnis, tidak boleh terbawa pada kehidupan rumah tangga.
Annisa bersama suami, Raka Bagus Vinaya, mendirikan bisnis merek Ladang Lima sejak tahun 2013. Ladang Lima menghadirkan beragam produk olahan singkong bebas gluten seperti tepung singkong, mi sayur sehat, tepung premiks, tepung bumbu serbaguna, cookies dan pasta bebas gluten. Semua produk tersebut bersumber dari petani lokal yang menanam singkong secara organik.
Bahan baku singkong yang digunakan Ladang Lima didapatkan dari petani lokal di Pasuruan, daerah Malang yang merupakan penghasil singkong terbesar di Indonesia. Kebun ini juga berada di bawah kaki Gunung Bromo yang dekat dengan pabrik pembuatan produk Ladang Lima, sehingga olahan yang dihasilkan selalu menggunakan singkong yang segar.
Berbeda dengan tepung tapioka yang cenderung mengambil sari pati singkong, produk tepung singkong Ladang Lima masih memiliki kadar fiber yang tinggi dan mengalami proses fermentasi. Dengan begitu, tepung singkong yang dihasilkan bisa menggantikan tepung terigu untuk membuat beragam produk olahan makanan.
Annisa menilai sebagai couplepreneur, bisnis bukanlah merupakan tujuan utama dalam membangun rumah tangga, melainkan hal yang harus diutamakan justru keluarga itu sendiri. "Itu yang harus dijadikan fondasi utama. Bahwa kita melakukan bisnis bersama itu tujuannya adalah untuk membangun rumah tangga atau keluarga yang lebih baik," terangnya.
Ada beberapa hal yang menurut Annisa menjadi kunci sukses couplepreneur. Salah satunya adalah pengelolaan keuangan yang baik. Pasangan yang berbisnis bersama harus disiplin dalam menentukan prioritas dan membagi keuangan antara perusahaan dan pribadi. Dengan begitu, bisnis akan berjalan secara profesional, bukan lagi usaha yang dibangun dengan pasangan.
Selain itu, penting juga untuk memiliki alasan sekaligus tujuan yang kuat berbisnis dengan pasangan. Hal ini, kata Annisa, menjadi semacam pengingat yang baik ketika pasangan menghadapi konflik ataupun perbedaan pendapat saat menjalankan bisnis.
Baca juga: Hypereport: Menggali Kembali Harta Karun Warisan Budaya
Tak ketinggalan, hal lain yang juga perlu dilakukan adalah sering-sering menghabiskan waktu berdua bersama pasangan tanpa membahas mengenai pekerjaan ataupun urusan bisnis. "Karena kita harus secara profesional membagi peran ketika di kantor kita adalah partner bisnis, tapi ketika di rumah, kita adalah pasangan suami istri," imbuhnya.
Editor: Fajar Sidik
Di tengah masa sulit itu, Nanang dan Yeni memutuskan untuk menjajal bisnis kuliner yang menurut mereka relatif membutuhkan modal yang tidak terlalu besar. Akhirnya pada 2013, mereka memulai lembaran bisnis baru di bidang makanan dengan brand Ayam Goreng Nelongso di sebuah toko sewaan di Kota Malang.
Kala itu, Nanang dan Yeni melihat peluang bisnis kuliner yang sangat potensial terutama di Kota Malang khususnya untuk area kampus dan kos-kosan. Peluang tersebut adalah jarangnya kuliner yang buka 24 jam dengan harga terjangkau untuk kalangan mahasiswa.
Peluang lainnya adalah banyak mahasiswa yang membutuhkan kerja part time atau paruh waktu sebagai tambahan penghasilan ataupun hanya sekadar mengisi waktu. Dengan kondisi itu, Nanang dan Yeni pun mulai merekrut dan menempatkan posisi karyawan di beberapa outlet, juga penambahan karyawan untuk menjadi sales paruh waktu dan petugas layanan delivery order.
Latar belakang tersebut menjadikan Ayam Goreng Nelongso sebagai konsep perintis usaha kuliner pertama di Kota Malang yang buka 24 jam, menggunakan layanan delivery dan sales, dengan memberdayakan para mahasiswa sebagai karyawan paruh waktu.
Baca juga: Hypereport: Pasangan Seniman yang Merayakan Cinta Lewat Seni Rupa
Satu dekade berdiri, Ayam Goreng Nelongso boleh dibilang menjadi salah satu kuliner populer di Malang, khususnya di kalangan pecinta makanan pedas. Merek satu ini terkenal lantaran menjual beragam menu ayam dan bebek dengan harga yang murah. Varian sambal yang pedas juga menjadi daya tarik tersendiri dari merek makanan satu ini.
Restoran ini secara strategis menyasar mahasiswa dengan mendirikan gerai di dekat asrama dan kos-kosan di seluruh Jawa. Jaringan restoran 24 jam itu saat ini tercatat memiliki 54 gerai dan mempekerjakan lebih dari 800 pekerja, termasuk mahasiswa yang bekerja paruh waktu.
Terbaru, Ayam Goreng Nelongso melalui PT Bersama Mencapai Puncak Tbk, resmi melantai atau initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia untuk semakin melebarkan sayap bisnisnya. Lewat kode emiten BAIK, perusahaan itu menawarkan 20 persen sahamnya dengan nilai IPO sebanyak-banyaknya Rp60,30 miliar-Rp62,55 miliar.
Dana yang diperoleh dari hasil penawaran umum perdana saham itu disebut akan digunakan oleh PT Bersama Mencapai Puncak Tbk untuk biaya operasional, biaya sewa outlet, dan pembelian bahan baku untuk sejumlah bisnis seperti kemitraan rumah makan, serta perdagangan bahan baku (makanan beku dan sembako).
Di belakang kesuksesan perusahaan tersebut, ada nama pasangan pebisnis atau couplepreneur Nanang Suherman dan Yeni Isnawati. Kepada Hypeabis.id melalui wawancara sambungan telepon, Yeni mengatakan hal utama yang membuat bisnis bersama pasangan bisa berjalan dengan baik adalah mengetahui kapasitas dan kelebihan masing-masing diri, sehingga bisa mendorong bisnis untuk bisa terus berkembang.
Nanang Suherman dan Yeni Isnawati. (Dok: Pribadi)
"Jadi kalau couplepreneur itu sama-sama terjun tapi paham potensi, kelebihan, dan kelemahan masing-masing, ya bisa. Jadi kita sudah paham tugas kita masing-masing, di situ sih kuncinya," katanya.
Yeni menuturkan ada beberapa kelebihan berbisnis dengan pasangan dibandingkan dengan orang lain, salah satunya adalah lebih cepat dalam mengeksekusi ide dan peluang. Dia bisa dengan mudah membicarakan ide sekaligus kendala kepada sang suami lalu langsung memecahkannya, begitupun sebaliknya.
Selain itu, kehadiran pasangan sebagai pemilik bisnis juga diakuinya lebih menciptakan kepercayaan di kalangan tim. Namun, hal itu bisa tercipta asalkan pasangan benar-benar solid bisa saling mengisi satu sama lain dengan kemampuan masing-masing dalam menjalankan bisnis.
Meski demikian, Yeni juga tak memungkiri ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam berbisnis dengan pasangan, utamanya adalah perbedaan pendapat dan kesulitan dalam merealisasikan ide untuk pengembangan bisnis. Namun, menurutnya, semua tantangan itu tidak pernah benar-benar menjadi vital selama kedua belah pihak tetap solid dan fokus pada tujuan besar bersama.
Menariknya, kesibukan dalam mengelola bisnis justru membuat Yeni merasa hubungan dengan suaminya semakin erat lantaran hampir setiap hari melakukan kegiatan bersama. Plus, lantaran tidak berkegiatan formal seperti bekerja di kantor, Yeni dan suami memiliki waktu yang banyak untuk dihabiskan bersama keluarga di rumah.
Agar semua urusan baik itu yang berurusan dengan keluarga maupun bisnis bisa berjalan beriringan, Yeni pun telah membuat jadwal kegiatan sehari-hari. "Jadi saya itu bersyukur banget karena waktu saya banyak dan tetap berkualitas baik di hubungan pekerjaan ataupun di rumah tangga," ucapnya.
Bisnis pasangan atau couplepreneur memang menjadi bentuk bisnis yang terus booming di berbagai belahan dunia. Istilah tersebut muncul dari adanya penggabungan antara kata couple yang berarti pasangan dan entrepreneur yang berarti pengusaha.
Seperti namanya, couplepreneur merujuk pada fenomena pasangan yang menjalankan dan mengelola bisnis secara bersama-sama. Pasangan dapat berkonotasi dengan pasangan yang hidup bersama alias menikah atau belum memiliki ikatan resmi pernikahan. Kedua pihak memiliki peran kontribusi dan keterlibatan masing-masing secara aktif dalam pengelolaan bisnis.
Mengutip jurnal berjudul Couplepreneur: Efektivitas dan Tantangan Kombinasi Peran Pasangan dan Wirausahawan, disebutkan bahwa di Amerika, diperkirakan ada 3 juta dari 22 juta usaha kecil yang dijalankan oleh pasangan, dan jumlah tersebut diproyeksikan meningkat setiap tahunnya.
Selain itu, hasil survei yang diterbitkan oleh Family Business Review mengungkapkan bahwa setidaknya terdapat 80 persen bisnis di seluruh dunia yang mempekerjakan anggota keluarga mereka, dan sepertiga dari jumlah tersebut merupakan pasangan.
Tumbuh dan perkembangan couplepreneur ini disebabkan adanya keterbatasan peluang kerja yang dimiliki oleh tenaga kerja perempuan, seperti yang diungkapkan oleh laporan penelitian dari Institute for the Study of Labor (IZA) di Denmark. Faktor lainnya termasuk potensi bisa menghasilkan keuntungan signifikan bagi pasangan, dan menghindarkan pasangan dari adanya konflik ketidaksetaraan pendapatan dalam rumah tangga.
Ladang Lima Annisa Pratiwi
Founder sekaligus Chief Marketing Officer Ladang Lima Annisa Pratiwi mengatakan kelebihan utama menggeluti bisnis bersama pasangan adalah bisa memiliki teman sharing dan diskusi, dengan tujuan yang sama. Terlebih, jika kedua pihak memang sama-sama memiliki minat dan passion dalam bidang bisnis. Hal itu akan lebih memudahkan untuk membangun dan mengembangkan bisnis bersama.Selain itu, bisnis bersama pasangan juga dinilai bisa membangun kepercayaan lebih besar dibandingkan dengan orang lain. "Kalau yang salah satunya tidak passion tapi ingin berbisnis bareng, salah satunya harus bisa mendorong atau memotivasi untuk bisa sama-sama membangun bisnis dengan tujuan yang telah disepakati berdua," katanya.
Meski demikian, Annisa tak menampik lantaran berbisnis dengan pasangan, dia kerap menghadapi masalah yang dihadapi dalam bisnis dan rentan terbawa sampai ke hubungan rumah tangga. Oleh karena itu, penting untuk berkomitmen dengan pasangan bahwa permasalahan yang terjadi dalam lingkup bisnis, tidak boleh terbawa pada kehidupan rumah tangga.
Annisa Pratiwi dan Raka Bagus Vinaya. (Sumber gambar: Annisa Pratiwi/Instagram)
Bahan baku singkong yang digunakan Ladang Lima didapatkan dari petani lokal di Pasuruan, daerah Malang yang merupakan penghasil singkong terbesar di Indonesia. Kebun ini juga berada di bawah kaki Gunung Bromo yang dekat dengan pabrik pembuatan produk Ladang Lima, sehingga olahan yang dihasilkan selalu menggunakan singkong yang segar.
Berbeda dengan tepung tapioka yang cenderung mengambil sari pati singkong, produk tepung singkong Ladang Lima masih memiliki kadar fiber yang tinggi dan mengalami proses fermentasi. Dengan begitu, tepung singkong yang dihasilkan bisa menggantikan tepung terigu untuk membuat beragam produk olahan makanan.
Annisa menilai sebagai couplepreneur, bisnis bukanlah merupakan tujuan utama dalam membangun rumah tangga, melainkan hal yang harus diutamakan justru keluarga itu sendiri. "Itu yang harus dijadikan fondasi utama. Bahwa kita melakukan bisnis bersama itu tujuannya adalah untuk membangun rumah tangga atau keluarga yang lebih baik," terangnya.
Ada beberapa hal yang menurut Annisa menjadi kunci sukses couplepreneur. Salah satunya adalah pengelolaan keuangan yang baik. Pasangan yang berbisnis bersama harus disiplin dalam menentukan prioritas dan membagi keuangan antara perusahaan dan pribadi. Dengan begitu, bisnis akan berjalan secara profesional, bukan lagi usaha yang dibangun dengan pasangan.
Selain itu, penting juga untuk memiliki alasan sekaligus tujuan yang kuat berbisnis dengan pasangan. Hal ini, kata Annisa, menjadi semacam pengingat yang baik ketika pasangan menghadapi konflik ataupun perbedaan pendapat saat menjalankan bisnis.
Baca juga: Hypereport: Menggali Kembali Harta Karun Warisan Budaya
Tak ketinggalan, hal lain yang juga perlu dilakukan adalah sering-sering menghabiskan waktu berdua bersama pasangan tanpa membahas mengenai pekerjaan ataupun urusan bisnis. "Karena kita harus secara profesional membagi peran ketika di kantor kita adalah partner bisnis, tapi ketika di rumah, kita adalah pasangan suami istri," imbuhnya.
Kiat Sukses Berbisnis dengan Pasangan
-
Pahami kapasitas dan kelebihan masing-masing diri
-
Buat jobdesk sesuai kebutuhan dan kemampuan masing-masing
-
Pisahkan urusan pribadi dan bisnis
-
Buat komitmen yang kuat untuk kesuksesan bisnis & hubungan keluarga
-
Membuat tujuan berbisnis bersama pasangan
-
Ciptakan hubungan profesional dalam berbisnis
-
Sering melakukan quality time bersama pasangan
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.