Tekan Inflamasi, Begini Mekanisme Kerja Finerenone Bagi Penderita Ginjal Kronis
22 January 2024 |
22:33 WIB
Indonesia masih berjuang melawan penyakit degeneratif. Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) memposisikan diabetes pada urutan ketiga sebagai penyebab kematian tertinggi dengan total 40,78 juta jiwa. Penyakit tidak menular ini bisa menyebabkan fungsi organ lain menjadi rusak, salah satunya adalah ginjal.
Diabetes yang diawali dengan gula darah tinggi (hiperglikemia) akan membuat ginjal rusak secara perlahan. Hal ini menyebabkan ginjal tidak mampu menyaring darah sesuai dengan fungsinya. Inilah yang mendorong banyaknya penyakit ginjal kronis pada pasien diabetes tipe 2.
Data IHME Global Burden of Disease 2019 menyebutkan penyakit ginjal kronis masuk dalam 10 penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Berdasarkan diagnosa etiologi, nefropati diabetic atau diabetic kidney disease (DKD) menempati urutan kedua dengan persentase 32%, sebagai penyebab penyakit dasar dari pasien penderita penyakit ginjal kronis stadium 5.
Baca juga: Gula Darah Tinggi Bisa Memicu Penyakit Ginjal Kronis, Bagaimana Kaitannya?
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal & Hipertensi Pringgodigdo Nugroho mengatakan, penyakit ginjal kronis terjadi karena faktor metabolik, hemodinamik, serta inflamasi dan fibrosis.
Saat ini, obat-obatan penyakit ginjal kronis lebih menargetkan pada faktor hemodinamik dan metabolik. Kedua faktor ini berkaitan dengan mekanisme sirkulasi darah dan gejala akibat faktor risiko kardiovaskular. Sementara obat-obatan penyakit ginjal kronis yang terjadi karena faktor inflamasi dan fibrosis masih belum banyak.
“Untuk progresi penyakit ginja kronis pada pasien diabetes tipe 2 perlu pemeriksaan sejak dini. Pengobatan inovatif juga mampu memperlambat progresi penyakit ginjal kronis secara langsung, yang menargetkan inflamasi dan fibrosis serta penurunan albumin,” kata Pringgodigdo.
Head of Medical Dept. Pharmaceutical Division PT Bayer Indonesia Dr. Dewi Muliatin Santoso mengatakan, obat ini telah teruji mampu mencegah munculnya inflamasi dan fibrosis pada ginjal sebagai faktor utama kerusakan struktur permanen pada ginjal. Pada pasien diabetes tipe 2, kerusakan karena inflamasi dan fibrosis kerap berujung pada gagal ginjal dan proses cuci darah.
Berdasarkan penelitian The American Society of Nephrology Kidney Week 2021, terapi dengan Finerenone mampu menurunkan risiko progresi penyakit ginjal kronis pada pasien diabetes tipe 2. Ini juga menunjukkan penurunan kebutuhan dialisis atau cuci darah sebesar 36%.
Finerenone bermanfaat untuk mengatasi tingginya risiko perburukan ginjal. Jenis obat ini ditujukan pada pasien penyakit ginjal kronis dengan diabetes tipe 2 tahap lanjut yang tujuannya adalah pencegahan ke tahap cuci darah dan gagal ginjal.
“Finerenone dari Bayer adalah Mineralocorticoid Receptor Antagonist (MRA) nonsteroid pertama yang disetujui BPOM untuk pasien penyakit ginjal kronis dengan albuminuria pada orang dewasa,” kata Dewi.
Mekanisme Finerenone bekerja dengan memblokir sekelompok protein yang disebut reseptor mineralokortikoid. Sebab, reseptor mineralokortikoid yang meningkat digadang bisa memicu cedera dan peradangan pada ginjal yang berperan dalam progresi penyakit ginjal kronis.
Finerenone akan menghentikan stimulasi reseptor tersebut untuk memperlambat dan mencegah peradangan terjadi. Obat ini juga efektif mencegah terjadinya fibrosis yang bisa merusak ginjal.
Dewi mengatakan, efektivitas obat ini sudah teruji menurunkan albumin lebih cepat setelah 4 bulan menggunakan Finerenone dan berdampak positif dalam jangka panjang. Efek penggunaan Finerenone pada ginjal akan merangsang penurunan rasio albumin-kreatinin urin (UACR) lebih dini pada pasien penyakit ginjal kronis dengan diabetes tipe 2.
Kemudian penurunan UACR ini berdampak baik pada menekan risiko perkembangan penyakit ginjal kronis lewat penurunan perkiraan laju filtrasi glomerulus yang menjadi proses penting untuk menciptakan ultrafiltrasi darah sebesar 57% lebih awal hingga kematian akibat penyakit ginjal.
Baca juga: Waspada Gangguan Ginjal Sering Tanpa Gejala, Cek Cara Pencegahannya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Diabetes yang diawali dengan gula darah tinggi (hiperglikemia) akan membuat ginjal rusak secara perlahan. Hal ini menyebabkan ginjal tidak mampu menyaring darah sesuai dengan fungsinya. Inilah yang mendorong banyaknya penyakit ginjal kronis pada pasien diabetes tipe 2.
Data IHME Global Burden of Disease 2019 menyebutkan penyakit ginjal kronis masuk dalam 10 penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Berdasarkan diagnosa etiologi, nefropati diabetic atau diabetic kidney disease (DKD) menempati urutan kedua dengan persentase 32%, sebagai penyebab penyakit dasar dari pasien penderita penyakit ginjal kronis stadium 5.
Baca juga: Gula Darah Tinggi Bisa Memicu Penyakit Ginjal Kronis, Bagaimana Kaitannya?
Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal & Hipertensi Pringgodigdo Nugroho mengatakan, penyakit ginjal kronis terjadi karena faktor metabolik, hemodinamik, serta inflamasi dan fibrosis.
Saat ini, obat-obatan penyakit ginjal kronis lebih menargetkan pada faktor hemodinamik dan metabolik. Kedua faktor ini berkaitan dengan mekanisme sirkulasi darah dan gejala akibat faktor risiko kardiovaskular. Sementara obat-obatan penyakit ginjal kronis yang terjadi karena faktor inflamasi dan fibrosis masih belum banyak.
“Untuk progresi penyakit ginja kronis pada pasien diabetes tipe 2 perlu pemeriksaan sejak dini. Pengobatan inovatif juga mampu memperlambat progresi penyakit ginjal kronis secara langsung, yang menargetkan inflamasi dan fibrosis serta penurunan albumin,” kata Pringgodigdo.
Menurunkan Risiko Cuci Darah
Salah satu jenis obat yang dianggap bisa membantu menyembuhkan penyakit ginjal kronis pada pasien diabetes tipe 2 adalah Finerenone. Perusahaan obat kesehatan Bayer Indonesia juga meluncurkan Finerenone yang kini telah tersedia di beberapa rumah sakit swasta.Head of Medical Dept. Pharmaceutical Division PT Bayer Indonesia Dr. Dewi Muliatin Santoso mengatakan, obat ini telah teruji mampu mencegah munculnya inflamasi dan fibrosis pada ginjal sebagai faktor utama kerusakan struktur permanen pada ginjal. Pada pasien diabetes tipe 2, kerusakan karena inflamasi dan fibrosis kerap berujung pada gagal ginjal dan proses cuci darah.
Berdasarkan penelitian The American Society of Nephrology Kidney Week 2021, terapi dengan Finerenone mampu menurunkan risiko progresi penyakit ginjal kronis pada pasien diabetes tipe 2. Ini juga menunjukkan penurunan kebutuhan dialisis atau cuci darah sebesar 36%.
Finerenone bermanfaat untuk mengatasi tingginya risiko perburukan ginjal. Jenis obat ini ditujukan pada pasien penyakit ginjal kronis dengan diabetes tipe 2 tahap lanjut yang tujuannya adalah pencegahan ke tahap cuci darah dan gagal ginjal.
“Finerenone dari Bayer adalah Mineralocorticoid Receptor Antagonist (MRA) nonsteroid pertama yang disetujui BPOM untuk pasien penyakit ginjal kronis dengan albuminuria pada orang dewasa,” kata Dewi.
Mekanisme Finerenone bekerja dengan memblokir sekelompok protein yang disebut reseptor mineralokortikoid. Sebab, reseptor mineralokortikoid yang meningkat digadang bisa memicu cedera dan peradangan pada ginjal yang berperan dalam progresi penyakit ginjal kronis.
Finerenone akan menghentikan stimulasi reseptor tersebut untuk memperlambat dan mencegah peradangan terjadi. Obat ini juga efektif mencegah terjadinya fibrosis yang bisa merusak ginjal.
Dewi mengatakan, efektivitas obat ini sudah teruji menurunkan albumin lebih cepat setelah 4 bulan menggunakan Finerenone dan berdampak positif dalam jangka panjang. Efek penggunaan Finerenone pada ginjal akan merangsang penurunan rasio albumin-kreatinin urin (UACR) lebih dini pada pasien penyakit ginjal kronis dengan diabetes tipe 2.
Kemudian penurunan UACR ini berdampak baik pada menekan risiko perkembangan penyakit ginjal kronis lewat penurunan perkiraan laju filtrasi glomerulus yang menjadi proses penting untuk menciptakan ultrafiltrasi darah sebesar 57% lebih awal hingga kematian akibat penyakit ginjal.
Baca juga: Waspada Gangguan Ginjal Sering Tanpa Gejala, Cek Cara Pencegahannya
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.