Ilustrasi gejala penyakit ginjal kronik. (Sumber gambar : Freepik/Stefamerpik)

Hadir Dalam Senyap, Waspada Penyakit Ginjal Kronik

09 March 2023   |   14:53 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Penyakit ginjal kronik (PGK) atau atau chronic kidney diseases (CKD) masih menjadi masalah serius yang dihadapi masyarakat Indonesia. Jumlah kasusnya terus meningkat dan seringkali pasien datang dalam kondisi stadium lanjut hingga akhirnya telat untuk ditangani. 

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerin Kesehatan Eva Susanti, menyampaikan prevalensi penyakit ginjal kronis pada umur di atas 15 tahun berdasarkan diagnosis dokter pada 2018 sebesar 3,8 per mil atau 739.2008 jiwa.

Jumlah tersebut paling tinggi terjadi pada rentang usia 65 sampai 74 tahun. “Diikuti usia lebih dari 75 tahun ke atas dan usia 55 sampai 64,” ujarnya yang dikutip Hypeabis.id dalam keterangannya, Kamis (9/3/2023). 

Baca juga: Studi Baru, 2 Cangkir Kopi Sehari Bisa Cegah Hipertensi

Eva menyebut pengobatan untuk penyakit tidak menular ini menyebabkan pembiayaan yang tinggi. Kisaran anggarannya lebih dari Rp1,9 triliun. Sejauh ini, provinsi yang paling tinggi angka kasus PGK ada di Kalimantan Utara, diikuti Maluku dan Sulawesi Utara. Sementara yang terendah, yakin di Sulawesi Barat, Banten, dan Riau.

Dia menerangkan penyakit ginjal kronik merupakan suatu kerusakan ginjal baik struktural maupun fungsional yang terjadi lebih dari 3 bulan dan berlangsung progresif atau semakin lama semakin memburuk. Mereka yang didiagnosis PGK, walaupun sudah minum obat, suatu saat kondisinya akan memburuk atau stadiumnya terus naik. 

Diketahui, tahapan penyakit ginjal kronik meliputi 5 stadium. Pada stadium 5, pasien harus menjalani cuci darah atau terapi pengganti ginjal.


Waspada Gejala

Perwakilan dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) Wachid Putranto, mengatakan seringkali penyakit ginjal kronik tidak menunjukkan gejala pada stadium awal. Munculnya gejala terjadi pada stadium yang sudah lanjut yakni stadium 4 atau stadium 5.

“Ini yang menyebabkan pentingnya kita melakukan deteksi dini jangan sampai pasien sudah ada gejala baru periksa kemudian ternyata sudah stadium lanjut,” tegasnya.

Wachid menuturkan deteksi dini gangguan ginjal adalah harus waspada bila air kencing berbusa, berwarna merah saat buang air kecil, atau pada pemeriksaan didapatkan adanya hipertensi. Untuk pencegahan, tentunya harus menerapkan pola hidup sehat. 

“Hal yang sangat penting adalah menghindari minum obat sembarangan seperti obat anti nyeri atau obat asam urat tanpa resep dokter,” jelasnya. 

Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal Dan Hipertensi RSUI Adi Wijaya menyebut, tanda dan gejala yang perlu diperhatikan terakit penyakit ini yaitu tekanan darah tinggi, perubahan frekuensi dan jumlah urin dalam sehari.

Gejala lainnya,  adanya darah dalam urin, lemah, lesu, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, tidak dapat berkonsentrasi, gatal, sesak, mual dan muntah, serta timbul bengkak terutama pada kaki dan pergelangan kaki, serta pada kelopak mata waktu pagi hari.

Sementara itu, ada 3 penyebab penyakit ginjal kronik yang harus diperhatikan yaitu hipertensi, penyakit diabetes, dan penyakit peradangan ginjal kronik atau disebut glomerulonefritis. Penyebab lainnya yang dapat menyebabkan penyakit ginjal kronik yaitu penyakit jantung, autoimun, obat-obatan yang merusak ginjal dan adanya sumbatan saluran kemih.

Dalam memperingati Hari GInjal Sedunia yang jatuh setiap 19 Maret, sebaiknya Genhype melakukan pemeriksaan kesehatan, salah satunya sebagai upaya skrining penyakit ginjal kronik. Jangan lupa juga untuk menerapkan pola hidup sehat dengan membatasi gula, garam, dan lemak berlebih ya!


Editor: Indyah Sutriningrum

SEBELUMNYA

Mengapa Wajib Lapor Pajak Itu Penting? Ini Alasannya

BERIKUTNYA

Lima Cara Tingkatkan Penjualan Selama Ramadhan Melalui Aplikasi WhatsApp

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: