Penulis Raiy Ichwana Siap Terbitkan Novel Hibrida, Kisah Fiksi-Ilmiah dengan Drama Keluarga
18 January 2024 |
21:03 WIB
Rayinda Muhammad Ichwan tampak bungah. Penulis yang lebih dikenal dengan nama Raiy Ichwana itu tengah merampungkan buku keenamnya berjudul Hibrida. Novel grafis yang mengusung genre supranatural dan fiksi-ilmiah itu merupakan buku lanjutan dari serial Senggang, yang sebelumnya telah menghadirkan novel Senggang (2014) dan Gama (2019).
Hibrida, yang ditargetkan bakal rilis 24 Mei 2024, akan menjadi spin-off cerita karakter-karakter yang sebelumnya telah hadir dalam buku Senggang dan Gama. Namun, lantaran masih dalam proses penulisan, Raiy belum bisa membeberkan dengan detail karakter apa saja yang akan hadir dalam buku barunya itu. Di samping itu, sang penulis juga memastikan bahwa akan hadir pula karakter-karakter baru yang akan ikut mewarnai semesta Senggang.
Sementara dari segi setting waktu cerita, kisah dalam novel Hibrida akan menjadi penghubung antara buku Senggang dan Gama. "Karakter-karakternya sebenarnya sudah pernah aku spill sebelumnya di media sosial dan beberapa proyek kolaborasi. Jadi nanti ada karakter baru namanya Prabu Gasmara dan Mima di buku Hibrida," katanya kepada Hypeabis.id, baru-baru ini.
Baca juga; Review Buku Membuka Tabir Makna Batu Nisan Belanda: Ketika Sejarah Tertinggal di Pekuburan
Seperti judulnya, Raiy bercerita bahwa novel Hibrida akan lebih banyak mengupas kisah tentang karakter manusia Hibrida yang sebelumnya telah muncul dalam novel Gama. Bagi pembaca yang telah mengikuti kisahnya, akan disuguhkan cerita asal muasal dari karakter Hibrida tersebut. Termasuk, kisah Mima dan Prabu Gasmara, sang raja alam gaib dari Alas Moyo.
Berbeda dari dua seri sebelumnya, novel Hibrida akan disuguhkan dalam bentuk novel grafis. Hal itu dipilih Raiy lantaran menurutnya karakter Hibrida memiliki cerita latar belakang yang menarik, dan kehadiran ilustrasi visual akan lebih memantik imajinasi pembaca tentang karakter tersebut.
"Ini [Hibrida] memang akan lebih dominan gambarnya dibandingkan tulisannya, tapi bukan berarti mematikan imajinasi pembaca. Tetap ada pancingan-pancingan yang akan bisa memantik imajinasi pembaca," katanya.
Selain kehadiran lebih banyak ilustrasi, hal lain yang juga membedakan Hibrida dengan dua seri sebelumnya yakni eksplorasi cerita supranatural yang akan lebih dominan. Berbeda dengan buku Senggang dan Gama yang lebih banyak mengeksplorasi dari sisi fiksi-ilmiahnya. "Akan ada unsur drama keluarganya juga di buku Hibrida," imbuh Raiy.
Diakui oleh Raiy kehadiran novel Hibrida tak terlepas dari keinginan para pembaca yang mengharapkan adanya kisah spin-off dari dua buku serial Senggang. Meski demikian, sebagai penulis, dia ingin buku barunya itu juga bisa menjangkau pasar pembaca yang baru. Salah satu caranya dengan lebih menonjolkan penceritaan karakter baru, alih-alih menggunakan tokoh-tokoh yang telah dikenal sebelumnya, sehingga menjadi kejutan tersendiri bagi pembaca.
Lantaran minat yang cukup besar terhadap dua buku itu, terbentuklah komunitas Semesta Senggang yang dibuat secara organik oleh para pembaca setia novel seri tersebut yang diberi nama Rekan Semesta. Dengan komunitas pembaca setianya itu, Raiy juga aktif mengadakan kelas menulis kreatif, yang diikuti oleh peserta dari berbagai kalangan mulai dari ibu rumah tangga, ASN, karyawan swasta, hingga jurnalis.
Dari kelas itu, Rekan Semesta akhirnya menerbitkan buku digital berjudul Cerita Tak Bersyarat, kumpulan cerita dari tokoh-tokoh yang ada di novel Senggang dan Gama, namun direkayasa ulang sehingga memiliki semestanya sendiri. Seluruh cerita tersebut dikurasi langsung oleh Raiy dan tim penerbit, dan menjadi bagian dari intellectual property (IP) dari serial Senggang.
"Kehadiran mereka tentunya penting dan sangat memotivasi aku. Sekarang itu aku sebagai penulis bukan cuma untuk karier, tapi juga profesi yang punya makna untuk orang-orang di sekitar aku seperti mereka yang sudah menjadi support system aku," katanya.
Tak hanya itu, untuk mengembangkan IP dari Semesta Senggang, dia juga akan berkolaborasi dengan beberapa event dan merek salah satunya toko roti Ann's Bakehouse & Creamery yang berjalan hingga akhir tahun 2024. Termasuk, membuat proyek audio visual dari IP Semesta Senggang.
Di tengah peluang dan sederet rencana itu, Raiy tak menampik bahwa profesi penulis sampai saat ini juga masih menghadapi beberapa tantangan serius, utamanya adalah terkait pembajakan. Dia mengaku masih menemukan buku-bukunya dibajak oleh orang-orang tidak bertanggung jawab baik dalam bentuk digital maupun cetak.
Selain itu, hal lain yang menurutnya cukup menjadi tantangan juga yakni kian masifnya kehadiran para penulis baru di berbagai platform. "Itu menjadi tantangan bagaimana kami bisa survive di tengah gempuran platform yang bisa bikin orang menulis dan menerbitkan buku dengan gratis," ujarnya.
Namun, di tengah kondisi menantang itu, Raiy tak gentar untuk terus berkarya. Sebaliknya, menurutnya, penting untuk adaptif dengan kemajuan teknologi salah satunya dengan mengkomersilkan kekayaan IP yang dipunya oleh penulis. Misalnya, berkolaborasi dengan perusahaan gim online untuk menciptakan skin character dari tokoh-tokoh fiksi.
"Sebenarnya banyak cara untuk penulis berkarya dengan story-telling dan mendapatkan royalti, untuk menyiasati pembajakan. Jadi penulis harus beradaptasi dengan kemajuan teknologi, sistem, dan informasi," tambahnya.
Baca juga; Cerita Penulis Wicak Hidayat Garap Novel Perjamuan Arwah
Editor: Puput Ady Sukarno
Hibrida, yang ditargetkan bakal rilis 24 Mei 2024, akan menjadi spin-off cerita karakter-karakter yang sebelumnya telah hadir dalam buku Senggang dan Gama. Namun, lantaran masih dalam proses penulisan, Raiy belum bisa membeberkan dengan detail karakter apa saja yang akan hadir dalam buku barunya itu. Di samping itu, sang penulis juga memastikan bahwa akan hadir pula karakter-karakter baru yang akan ikut mewarnai semesta Senggang.
Sementara dari segi setting waktu cerita, kisah dalam novel Hibrida akan menjadi penghubung antara buku Senggang dan Gama. "Karakter-karakternya sebenarnya sudah pernah aku spill sebelumnya di media sosial dan beberapa proyek kolaborasi. Jadi nanti ada karakter baru namanya Prabu Gasmara dan Mima di buku Hibrida," katanya kepada Hypeabis.id, baru-baru ini.
Baca juga; Review Buku Membuka Tabir Makna Batu Nisan Belanda: Ketika Sejarah Tertinggal di Pekuburan
Seperti judulnya, Raiy bercerita bahwa novel Hibrida akan lebih banyak mengupas kisah tentang karakter manusia Hibrida yang sebelumnya telah muncul dalam novel Gama. Bagi pembaca yang telah mengikuti kisahnya, akan disuguhkan cerita asal muasal dari karakter Hibrida tersebut. Termasuk, kisah Mima dan Prabu Gasmara, sang raja alam gaib dari Alas Moyo.
Berbeda dari dua seri sebelumnya, novel Hibrida akan disuguhkan dalam bentuk novel grafis. Hal itu dipilih Raiy lantaran menurutnya karakter Hibrida memiliki cerita latar belakang yang menarik, dan kehadiran ilustrasi visual akan lebih memantik imajinasi pembaca tentang karakter tersebut.
"Ini [Hibrida] memang akan lebih dominan gambarnya dibandingkan tulisannya, tapi bukan berarti mematikan imajinasi pembaca. Tetap ada pancingan-pancingan yang akan bisa memantik imajinasi pembaca," katanya.
Selain kehadiran lebih banyak ilustrasi, hal lain yang juga membedakan Hibrida dengan dua seri sebelumnya yakni eksplorasi cerita supranatural yang akan lebih dominan. Berbeda dengan buku Senggang dan Gama yang lebih banyak mengeksplorasi dari sisi fiksi-ilmiahnya. "Akan ada unsur drama keluarganya juga di buku Hibrida," imbuh Raiy.
Diakui oleh Raiy kehadiran novel Hibrida tak terlepas dari keinginan para pembaca yang mengharapkan adanya kisah spin-off dari dua buku serial Senggang. Meski demikian, sebagai penulis, dia ingin buku barunya itu juga bisa menjangkau pasar pembaca yang baru. Salah satu caranya dengan lebih menonjolkan penceritaan karakter baru, alih-alih menggunakan tokoh-tokoh yang telah dikenal sebelumnya, sehingga menjadi kejutan tersendiri bagi pembaca.
Komunitas Semesta Senggang
Dua novel serial Senggang sebelumnya memang telah memiliki pembaca setianya. Novel Senggang yang diterbitkan pada 2016 lalu kini telah memasuki cetakan ke-10 hingga tahun 2023. Begitupun dengan novel Gama yang terbit pada 2019 lalu kini telah memasuki cetakan ke-6 hingga tahun 2023.Lantaran minat yang cukup besar terhadap dua buku itu, terbentuklah komunitas Semesta Senggang yang dibuat secara organik oleh para pembaca setia novel seri tersebut yang diberi nama Rekan Semesta. Dengan komunitas pembaca setianya itu, Raiy juga aktif mengadakan kelas menulis kreatif, yang diikuti oleh peserta dari berbagai kalangan mulai dari ibu rumah tangga, ASN, karyawan swasta, hingga jurnalis.
Dari kelas itu, Rekan Semesta akhirnya menerbitkan buku digital berjudul Cerita Tak Bersyarat, kumpulan cerita dari tokoh-tokoh yang ada di novel Senggang dan Gama, namun direkayasa ulang sehingga memiliki semestanya sendiri. Seluruh cerita tersebut dikurasi langsung oleh Raiy dan tim penerbit, dan menjadi bagian dari intellectual property (IP) dari serial Senggang.
"Kehadiran mereka tentunya penting dan sangat memotivasi aku. Sekarang itu aku sebagai penulis bukan cuma untuk karier, tapi juga profesi yang punya makna untuk orang-orang di sekitar aku seperti mereka yang sudah menjadi support system aku," katanya.
Resolusi 2024
Untuk tahun 2024, Raiy mengaku menargetkan hanya akan merilis buku Hibrida. Kendati begitu, tidak menutup kemungkinan dia akan menulis buku lain juga pada tahun ini dengan mengeksplorasi genre dan penceritaan yang berbeda, misalnya novel romansa metro pop dewasa. "Kalau memang ada waktunya. Karena aku enggak mau jadi penulis yang terpaku dengan satu tema saja," ucapnya.Tak hanya itu, untuk mengembangkan IP dari Semesta Senggang, dia juga akan berkolaborasi dengan beberapa event dan merek salah satunya toko roti Ann's Bakehouse & Creamery yang berjalan hingga akhir tahun 2024. Termasuk, membuat proyek audio visual dari IP Semesta Senggang.
Di tengah peluang dan sederet rencana itu, Raiy tak menampik bahwa profesi penulis sampai saat ini juga masih menghadapi beberapa tantangan serius, utamanya adalah terkait pembajakan. Dia mengaku masih menemukan buku-bukunya dibajak oleh orang-orang tidak bertanggung jawab baik dalam bentuk digital maupun cetak.
Selain itu, hal lain yang menurutnya cukup menjadi tantangan juga yakni kian masifnya kehadiran para penulis baru di berbagai platform. "Itu menjadi tantangan bagaimana kami bisa survive di tengah gempuran platform yang bisa bikin orang menulis dan menerbitkan buku dengan gratis," ujarnya.
Namun, di tengah kondisi menantang itu, Raiy tak gentar untuk terus berkarya. Sebaliknya, menurutnya, penting untuk adaptif dengan kemajuan teknologi salah satunya dengan mengkomersilkan kekayaan IP yang dipunya oleh penulis. Misalnya, berkolaborasi dengan perusahaan gim online untuk menciptakan skin character dari tokoh-tokoh fiksi.
"Sebenarnya banyak cara untuk penulis berkarya dengan story-telling dan mendapatkan royalti, untuk menyiasati pembajakan. Jadi penulis harus beradaptasi dengan kemajuan teknologi, sistem, dan informasi," tambahnya.
Baca juga; Cerita Penulis Wicak Hidayat Garap Novel Perjamuan Arwah
Editor: Puput Ady Sukarno
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.