Review Buku Membuka Tabir Makna Batu Nisan Belanda: Ketika Sejarah Tertinggal di Pekuburan
06 January 2024 |
18:06 WIB
Hubungan Belanda dan Indonesia diawali dengan kontrak dagang. Namun, sejarah mencatatkan takdir yang getir dalam balutan kolonialisme. Walau demikian, jejak orang Belanda selama empat abad lamanya telah menelurkan hubungan sosial-budaya dengan orang Indonesia.
Jejak-jejak tersebut salah satunya ditandai dengan adanya peninggalan batu-batu nisan di perkuburan Belanda yang tersebar di berbagai tempat di Indonesia. Di DKI Jakarta, batu nisan orang Belanda dapat ditemukan di Museum Prasasti, Museum Wayang, Gejera Sion, hingga Pulau Onrust.
Baca juga: Mengarsipkan Perkembangan Seni Rupa Lewat Buku Illuminations: Selected Media Publications By Carla Bianpoen
Keberadaan batu nisan Belanda yang utuh ini bisa menjadi benang merah penting mengungkap berbagai peristiwa yang berkelindan pada masa itu.
Dalam buku ini, Dr Lilie Suratminto sebagai orang Indonesia bakal mengajak para pembacanya untuk mempelajari cara memaknai isi batu nisan atau prasasti Belanda kuno. Hal ini menarik karena nisan Belanda kerap memuat simbol-simbol tertentu.
Dalam mempelajari sejarah, prasasti merupakan sumber primer yang penting untuk melihat peristiwa yang terjadi sehingga akurasinya menjadi bisa dipertanggungjawabkan. Tentunya, setelah dilakukan kritik sumber yang efektif.
Nisan kuno Belanda berbeda dengan nisan pekuburan orang Indonesia. nisan Belanda memiliki tampilan unik karena selain ada inskripsinya, juga sering disertai pesan nonverbal berupa simbol-simbol yang dipahat pada batu nusannya.
Melalui model cerita berbingkai, buku ini tidak hanya berbicara soal pemaknaan simbol. Namun, biografi singkat yang tertera pada batu nisan pun akan dijelaskan. Dengan demikian, potongan sejarah yang timbul di antaranya lebih objektif.
Dari pemaknaan yang timbul, pembaca pun bisa mempelajari bagaimana cara orang-orang asing ini berperilaku di masyarakat Indonesia, serta jabatan atau peran penting mereka selama hidup.
Meski sangat penting, keberadaan prasasti ini masih kerap terlupakan. Batu-batu nisan ini juga kerap dianggap tidak bernilai. Tidak jarang, makan-makam Belanda dihancurkan dan diratakan demi pembangunan. Padahal, itu adalah warisan kolonial yang tidak ternilai harganya.
Walaupun demikian, fenomena ini dipahami oleh Lilie sebagai imbas dari perilaku politik Belanda kala itu. Ketidaktahuan generasi milenial pada simbol dan makna yang ditampilkan pada pahatan prasasti Belanda dikarenakan pada waktu itu, Belanda memang tidak pernah sungguh-sungguh menularkan bahasa dan budayanya kepada orang Indonesia.
Buku Membuka Tabir Makna Batu Nisan Belanda merupakan penelitian Lilie Soeratminto yang komprehensif mengenai kehidupan dan kebudayaan kolonial di Indonesia. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Buddhi Dharma (2015-2023) dengan piawai mengombinasikan kepiawaian bahasa Belanda-nya untuk membuat pembaca dapat mengetahui misteri di balik tulisan-tulisan di batu nisan Belanda.
Sebelum ini, sejarah mengenai kolonial banyak disusun berdasarkan catatan yang dibuat ahli asing. Namun, lewat buku Membuka Tabir Makna Batu Nisan Belanda, Dr Lilie Suratminto mencoba memberi kacamata lokal dalam memahami objek-objek peristiwa pada masa lalu.
Salah satunya ialah dengan menelaah lebih dalam mengenai jejak-jejak orang Belanda yang masih tertinggal dalam bentuk batu-batu nisan dan prasasti di berbagai tempat di Indonesia.
Judul: Membuka Tabir Makna Batu Nisan Belanda
Penulis: Lilie Soeratminto
Editor: RBE Agung Nugroho
Grafis: Ratno
Penerbit: Penerbit Buku Kompas
Jumlah Hlm: 376
Tahun: 2023
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Jejak-jejak tersebut salah satunya ditandai dengan adanya peninggalan batu-batu nisan di perkuburan Belanda yang tersebar di berbagai tempat di Indonesia. Di DKI Jakarta, batu nisan orang Belanda dapat ditemukan di Museum Prasasti, Museum Wayang, Gejera Sion, hingga Pulau Onrust.
Baca juga: Mengarsipkan Perkembangan Seni Rupa Lewat Buku Illuminations: Selected Media Publications By Carla Bianpoen
Keberadaan batu nisan Belanda yang utuh ini bisa menjadi benang merah penting mengungkap berbagai peristiwa yang berkelindan pada masa itu.
Dalam buku ini, Dr Lilie Suratminto sebagai orang Indonesia bakal mengajak para pembacanya untuk mempelajari cara memaknai isi batu nisan atau prasasti Belanda kuno. Hal ini menarik karena nisan Belanda kerap memuat simbol-simbol tertentu.
Museum Prasasti (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)
Dalam mempelajari sejarah, prasasti merupakan sumber primer yang penting untuk melihat peristiwa yang terjadi sehingga akurasinya menjadi bisa dipertanggungjawabkan. Tentunya, setelah dilakukan kritik sumber yang efektif.
Nisan kuno Belanda berbeda dengan nisan pekuburan orang Indonesia. nisan Belanda memiliki tampilan unik karena selain ada inskripsinya, juga sering disertai pesan nonverbal berupa simbol-simbol yang dipahat pada batu nusannya.
Melalui model cerita berbingkai, buku ini tidak hanya berbicara soal pemaknaan simbol. Namun, biografi singkat yang tertera pada batu nisan pun akan dijelaskan. Dengan demikian, potongan sejarah yang timbul di antaranya lebih objektif.
Dari pemaknaan yang timbul, pembaca pun bisa mempelajari bagaimana cara orang-orang asing ini berperilaku di masyarakat Indonesia, serta jabatan atau peran penting mereka selama hidup.
Meski sangat penting, keberadaan prasasti ini masih kerap terlupakan. Batu-batu nisan ini juga kerap dianggap tidak bernilai. Tidak jarang, makan-makam Belanda dihancurkan dan diratakan demi pembangunan. Padahal, itu adalah warisan kolonial yang tidak ternilai harganya.
Sumber gambar: Penerbit Buku Kompas
Walaupun demikian, fenomena ini dipahami oleh Lilie sebagai imbas dari perilaku politik Belanda kala itu. Ketidaktahuan generasi milenial pada simbol dan makna yang ditampilkan pada pahatan prasasti Belanda dikarenakan pada waktu itu, Belanda memang tidak pernah sungguh-sungguh menularkan bahasa dan budayanya kepada orang Indonesia.
Buku Membuka Tabir Makna Batu Nisan Belanda merupakan penelitian Lilie Soeratminto yang komprehensif mengenai kehidupan dan kebudayaan kolonial di Indonesia. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora Universitas Buddhi Dharma (2015-2023) dengan piawai mengombinasikan kepiawaian bahasa Belanda-nya untuk membuat pembaca dapat mengetahui misteri di balik tulisan-tulisan di batu nisan Belanda.
Sebelum ini, sejarah mengenai kolonial banyak disusun berdasarkan catatan yang dibuat ahli asing. Namun, lewat buku Membuka Tabir Makna Batu Nisan Belanda, Dr Lilie Suratminto mencoba memberi kacamata lokal dalam memahami objek-objek peristiwa pada masa lalu.
Salah satunya ialah dengan menelaah lebih dalam mengenai jejak-jejak orang Belanda yang masih tertinggal dalam bentuk batu-batu nisan dan prasasti di berbagai tempat di Indonesia.
Data Buku
Judul: Membuka Tabir Makna Batu Nisan BelandaPenulis: Lilie Soeratminto
Editor: RBE Agung Nugroho
Grafis: Ratno
Penerbit: Penerbit Buku Kompas
Jumlah Hlm: 376
Tahun: 2023
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.