The Internet Love Machine (Series) 2023 karya Azizi Al Majid (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Walau Cuma Gambar, Meme Tidak Boleh Diremehkan

27 December 2023   |   17:00 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Meme adalah salah satu gambar yang muncul dan begitu berkembang di era internet. Mereka kerap kali hadir dalam bentuk yang lucu, menarik, tetapi juga serbaguna. Hal tersebut membuat meme mampu tumbuh sebagai budaya populer yang punya pengaruh penting dalam dekade terakhir ini.

Karya bertajuk The Internet Love Machine (Series) yang dipajang di pameran Seni Rupa Indonesia Kini: Pascamasa dengan jeli melihat fenomena tersebut. Lukisan bertitimangsa 2023 ini adalah buah tangan dari perupa Azizi Al Majid.

Baca juga: Menilik Suara-suara yang Bergolak di Pameran Voice Against Reason

Dalam lukisannya, Azizi mencoba mengikhtisarkan persoalan meme sebagai sebuah format visual komedi yang belakangan makin banyak digunakan, khususnya di dunia maya. Empat seri lukisan yang dihadirkannya menyuguhkan sederet dramaturgi berbeda yang terjadi di dalam budaya meme.
 

The Internet Love Machine (Series) 2023 karya Azizi Al Majid (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

The Internet Love Machine (Series) 2023 karya Azizi Al Majid (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Setiap seri lukisannya, sejumlah figur, kata, hingga benda yang populer di dalam budaya meme dimunculkan dengan apik. Azizi menyusun deretan gambar tersebut dengan format montase yang digambar dengan cat akrilik dan dicetak digital di atas kanvas.

Dengan jeli, setiap karyanya disusun dalam orientasi potret. Hal ini merefleksikan layar smartphone yang mayoritas memakai aspek rasio 16:9. Ini juga menjadi responsnya terhadap budaya layar yang di dalamnya telah menumbuhkan berbagai budaya seni baru.

Setiap meme yang hadir pada lukisan berserinya juga membentuk pola seperti sebuah menara. Hal ini membuat setiap montase bisa ditelisik secara jelas satu per satu atau juga memunculkan pemilahan sesuai dengan preferensi setiap penikmatnya.

Bagi Azizi, meme adalah simbol narasi evolusi internet. Dalam perjalanannya, budaya populer ini kerap dianggap sebagai sesuatu yang remeh dan sepele. Namun, bentuk-bentuk seperti ini sebenarnya punya kekuatan yang tumbuh secara organik yang tanpa disadari perlahan membentuk makna tertentu.

“Hampir setiap orang di generasi internet telah terpapar meme. Saya melihat meme ketika dimuat di layar bisa punya kekuatan dan dimanfaatkan oleh banyak pihak,” kata Azizi di Galeri Nasional, Kamis (21/12/2023).

Meme awalnya lahir dari sebuah satir dan humor. Sesuatu yang receh. Namun, ketika diletakkan dalam konteks tertenti, rupanya budaya populer ini begitu fleksibel mencari ruang maknanya sendiri. Hal ini membuatnya meyakini meme bisa jadi sesuatu yang lebih besar dari fine arts, utamanya ketika melihatnya dalam kacamata makro.

Misalnya, salah satu meme paling populer adalah Pepe si Katak. Karakter ini pertama kali muncul pada 2005 di kartun online Boy’s Club. Karakter gambar ini sama sekali tidak berkonotasi rasis atau negatif. Lalu, ketika figur ini menjadi meme, pengguna internet menyesuaikan karakter tersebut dan menempatkannya dalam berbagai situasi yang berbeda. Hal tersebut memunculkan pemaknaan yang berbeda pula.
 

The Internet Love Machine (Series) 2023 karya Azizi Al Majid (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

The Internet Love Machine (Series) 2023 karya Azizi Al Majid (Sumber gambar: Chelsea Venda/Hypeabis.id)

Figur ini pernah dipakai di politik Amerika, utamanya ketika era Donald Trump. Simbol ini juga pernah juga dijadikan dilarang karena dianggap sebagai lambang kebencian. Di Hong Kong, figur ini juga dipakai oleh sayap kiri dan menjadi bahasa visual untuk menjangkau ruang-ruang baru.

“Padahal, kalau kita tarik lagi, gambar itu innocence. Namun, ketika diambil sebagai figur meme, orang bisa menarik konteks apa pun,” imbuhnya.

Oleh karenanya, meme baginya telah bersalin jadi salah satu medan seni penting dalam dunia internet sekarang ini. “Meme adalah fenomena yang harus kita sadari keberadaannya,” terangnya.

Pameran Seni Rupa Indonesia Kini: Pascamasa di Galeri Nasional Indonesia menampilkan karya terbaru dari 12 perupa Indonesia dalam beragam medium. Dari lukisan, patung, instalasi, hingga suguhan seni interaktif, semuanya merespons perkembangan terkini dari praktik kesenian yang bertaut pada isu pasca.

Beberapa seniman yang karyanya dipajang di pameran ini di antaranya adalah Arafura, Arkiv Vilmansa, Azizi Al Majid, Condro Priyoaji, Franziska Fennert, Irfan Hendrian, Iwan Yusuf, Meliantha Muliawan, Nesar Eesar, Nona Yoanisarah, Tomy Herseta, dan Sikukeluang. Total, ada 12 perupa dengan medium kesenian berbeda-beda yang terlibat.

Pameran Seni Rupa Indonesia Kini: Pascamasa dapat dikunjungi publik mulai 21 Desember 2023 hingga 20 Januari 2024, setiap hari pukul 09.00 - 19.00 WIB.

Baca juga: Merayakan Siklus Hidup dalam Pameran CollectorsMoments: Musim Kehidupan

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Sinopsis & 5 Fakta Unik Film 13 Bom di Jakarta Besutan Sutradara Angga Dwimas Sasongko 

BERIKUTNYA

7 Drama Korea Pilihan Tayang Januari 2024: Marry My Husband hingga Doctor Slump

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: