Pengunjung melihat karya seni dalam pameran Collectors Moments di Jakarta, Jumat (22/12/2023) (Sumber foto: Hypeabis/Fanny Kusumawardhani)

Merayakan Siklus Hidup dalam Pameran CollectorsMoments: Musim Kehidupan

22 December 2023   |   20:37 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Perjalanan tidak hanya telah membawa individu dari satu titik ke titik lain. Di dalam setiap pengembaraan, kehidupan selalu seperti sebuah siklus yang kadang tak selalu linear, penuh ketidakpastian, tetapi juga menghasilkan harapan-harapan.

Hal inilah yang menjadi premis pameran CollectorsMoments: Seasons of Life yang digelar di SPAC8, Ashta District 8, Jakarta. Diinisiasi ArtMoments, pameran koleksi para kolektor ini menjadi semacam ruang refleksi, hal yang kerap dilakukan banyak orang dalam menyambut pergantian tahun menuju ke sebuah musim yang baru.

Baca juga: Karya-karya yang Mencuri Perhatian di Pameran Pascamasa Galeri Nasional

Pameran CollectorsMoments: Musim Kehidupan dibuka untuk umum mulai 23 Desember 2023 hingga 11 Februari 2024. Pameran ini memajang kembali puluhan karya dari seniman nasional dan internasional yang telah dikoleksi kolektor.

Karya-karya tersebut ditampilkan kembali ke publik dengan konsep yang berbeda, sehingga memunculkan pemakanaan anyar yang reflektif. Layaknya sebuah perjalanan, pameran ini juga membagi pengembaraan panjang kehidupan ke dalam tiga siklus waktu.
 

Momentum #2 karya Lovis Ostenrik. (Sumber foto: Hypeabis/Chelsea Venda)

Momentum #2 karya Lovis Ostenrik. (Sumber foto: Hypeabis/Chelsea Venda)

Set Designer Nina Nasution mengejawantahkan musim kehidupan ke dalam tiga siklus besar. Setiap musim akan menggambarkan sebuah gejolak dan dinamika yang perlahan membawa individu menuju ruang-ruang baru yang tak terduga.

Siklus pertama adalah Kembali ke Titik Awal. Menurut Nina, musim pertama ini layaknya seseorang yang baru memulai kehidupannya. Sebuah fase yang terkadang berjalan sulit, penuh badai, dan kejutan yang memaksa siapa saja keluar dari zona nyaman.

Siklus berikutnya adalah Menunggu. Pada musim kedua ini, fase sepi dan sunyi muncul secara serampangan seperti sebuah kutukan yang tak ada habisnya. Namun, di saat yang sama, jeda ini juga perlahan menuju ke sebuah harapan baru.


Siklus ketiga adalah Sukacita. Menurut Nina, sukacita adalah momen kebahagiaan. Sebuah puncak dari sebuah arus kehidupan yang panjang, sebelum akhirnya sebuah siklus bisa kembali berputar.

“Ini adalah musim yang selalu ditunggu, tetapi juga menjadi momen pemaknaan baru. Sebab, sukacita selalu tidak hadir dari keserakahan kemenangan, melainkan rasa syukur ketika sebuah perjalanan panjang telah terlewati,” ungkap Nina kepada Hypeabis.id.
 

a

Untitled karya Ugo Untoro. (Sumber foto: Hypeabis/Fanny Kusumawardhani)


Sementara itu, kurator Sudjud Dartanto mengatakan siklus kehidupan ini menjadi narasi yang menarik dalam pameran yang menjadi bagian Road Show to ArtMoments 2024 Renewal. Lewat instalasi dan simbolisme bunga, setiap siklusnya seolah mengajak para pengunjung untuk merenun tentang perjalanan hidup yang penuh makna.

“Pameran ini menampilkan keragaman ekspresi, pemikiran, hingga pergulatan pengalaman yang berkaitan dengan pengalaman manusia mengarungi hidup,” kata Sudjud.

Dengan tiga siklus yang telah dikonsepkan Nina, Sudjud lantas mengkurasi sejumlah karya untuk disesuaikan dengan konteks dari setiap ruang yang dihadirkan. Sehingga eksporasi pengalaman hidup tiga sesi ini bisa mewujud dalam pengalaman batin tiap pengunjung yang dirasakan berbeda-beda.

Hal itu misalnya terefleksi dari karya Lovis Ostenrik bertajuk Momentum #2. Karya bertitimangsa 2009 ini berada di musim pertama Kembali ke Titik Awal. Foto berdimensi 80x80cm ini menginterpretasikan sebuah kekosongan dan ketidakpastian.

Karya itu menggambarkan seorang pria sedang melompat di sebuah kehampaan. Tak ada objek apa pun, tak ada warna mencolok, dan hanya tersisa bayangan. Namun, ekspresi tegas dan gerakan solid seolah mengisyaratkan optimisme akan sebuah masa yang akan datang.
 

.

Sunflower dari Sasya Tranggono. (Sumber foto: Hypeabis/Fanny Kusumawardhani).

Sebuah bayangan yang tercetak di belakang subjek juga menjadi semacam simbolisasi masa lalu, atau hal-hal yang kerap menghambat saat bergerak ke depan. hal-hal yang selalu terasa lebih besar, tetapi sebenarnya hanya sekadar bayang.

Bergerak ke ruang yang lain, terpajang lukisan Ugo Untoro bertajuk Untitled. Karya bertitimangsa 2008 itu berada di musim kedua Menunggu. Lukisan ini menggambarkan sesosok pribadi yang seolah membutuhkan penopang.

Kendati demikian, gerakannya yang seolah sembari melangkah menjadi semacam kepastian untuk terus bergerak ke depan. Warna putih yang mendominasi tampak merefleksikan objek berada di antah berantah.

Kemudian, pada ruang yang lain ada karya bertajuk Sunflower dari Sasya Tranggono. Lukisan ini terpajang di bagian musim ketiga Sukacita. Sasya mencoba merefleksikan sebuah momen sukacita dengan simbolisme buket bunga di dalam pot.

Mengandalkan palet kuning yang mencolok, karya ini memberi kesan musim cerah telah tiba. Sebuah siklus yang menimbulkan semerbak wangi. Kendati demikian, bunga di dalam pot tak pernah benar-benar menguning sempurna, tetapi tetap mampu menciptakan keindahannya sendiri.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Rekomendasi 5 Wisata Adrenalin untuk Liburan Akhir Tahun, Ada Susur Goa hingga Panjat Tebing

BERIKUTNYA

5 Tip Kantong Tetap Aman saat Liburan Akhir Tahun

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: