Kasus Covid-19 varian JN.1 Terdeteksi di Indonesia, Ini Langkah Kementerian Kesehatan
20 December 2023 |
14:00 WIB
Kasus Covid-19 varian Covid-19 sub varian JN.1 mendapat perhatian dari Kementerian Kesehatan nih Genhype. Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan bahwa saat ini terdapat empat kasus yang diduga terjangkit varian JN.1.
“Masih dalam penyelidikan epidemiologi dan cek,” katanya kepada Hypeabis.id, Rabu (20/12/2023).
Dia menuturkan bahwa penyelidikan epidemiologi yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan terkait dengan riwayat perjalanan, gejala, dan sebagainya yang membuat kasus diduga terjangkit Covid-19 varian JN.1.
Baca juga: Kasus Naik Lagi, Cek Jenis-Jenis Vaksin Covid-19 di Indonesia
Pemerintah juga masih melakukan pemeriksaan terkait dengan karakteristik dari Covid-19 varian JN.1. Saat ini, kementerian masih menunggu hasil penyelidikan dan pemeriksaan dan belum memutuskan langkah lanjutan yang akan dilakukan mengenai varian itu.
Meskipun begitu, pada saat ini, Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat untuk melengkapi vaksinasi Covid-19 dan menggunakan masker jika mengalami sakit batuk dan pilek. Kementerian juga mengimbau masyarakat untuk melakukan isolasi ketika positif Covid-19.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu mengungkapkan bahwa kasus JN.1 adalah sublineage dari BA.2.86 dan sudah ada di Indonesia.
Pada umumnya, kasus ini berada di DKI Jakarta. pada 17 November 2023, kasus JN.1 ditemukan di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Lima hari berselang, 1 kasus juga ditemukan di Jakarta Utara. Sementara itu, beberapa hari lalu atau pada 13 Desember 2023, terdapat 1 kasus JN.1 di Batam.
Sementara itu, laman CDC menuliskan, tidak ada bukti bahwa subvarian JN.1 menimbulkan peningkatan risiko terhadap kesehatan masyarakat dibandingkan varian lain yang beredar saat ini.
Pertumbuhan kasus JN.1 yang terus berlanjut di Amerika Serikat menunjukkan bahwa virus ini lebih mudah menular atau lebih baik dalam menghindari sistem kekebalan tubuh manusia pada saat ini.
Lembaga tersebut juga menuliskan bahwa pada saat ini tidak diketahui apakah infeksi JN.1 menimbulkan gejala yang berbeda dari varian lainnya. Namun, secara umum, gejala COVID-19 cenderung serupa antar varian.
Jenis gejala dan seberapa parah gejala biasanya lebih bergantung kepada kekebalan dan kesehatan seseorang secara keseluruhan dibandingkan varian penyebab infeksi.
Per 8 Desember 2023, CDC memproyeksikan bahwa varian JN.1 diperkirakan mencakup 15 persen –29 persen di Amerika Serikat. Lembaga ini juga memprediksi bahwa subvarian JN.1 akan terus meningkat seiring dengan proporsi rangkaian genom SARS-CoV-2.
Saat ini varian tersebut merupakan varian dengan pertumbuhan tercepat di Amerika Serikat. Pesatnya pertumbuhan JN.1 dibandingkan varian lainnya menimbulkan pertanyaan apakah varian ini dapat mendorong peningkatan infeksi secara bertahap.
CDC menuliskan bahwa JN.1 terkait erat dengan varian BA.2.86 yang telah dilacak oleh CDC sejak Agustus 2023. Meskipun BA.2.86 dan JN.1 terdengar sangat berbeda karena cara penamaan varian, perbedaan keduanya hanya terletak kepada protein lonjakan.
Baca juga: Simak Cara Aman Liburan Akhir 2023 di Tengah Potensi Kenaikan Kasus Covid-19
Editor: Dika Irawan
“Masih dalam penyelidikan epidemiologi dan cek,” katanya kepada Hypeabis.id, Rabu (20/12/2023).
Dia menuturkan bahwa penyelidikan epidemiologi yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan terkait dengan riwayat perjalanan, gejala, dan sebagainya yang membuat kasus diduga terjangkit Covid-19 varian JN.1.
Baca juga: Kasus Naik Lagi, Cek Jenis-Jenis Vaksin Covid-19 di Indonesia
Pemerintah juga masih melakukan pemeriksaan terkait dengan karakteristik dari Covid-19 varian JN.1. Saat ini, kementerian masih menunggu hasil penyelidikan dan pemeriksaan dan belum memutuskan langkah lanjutan yang akan dilakukan mengenai varian itu.
Meskipun begitu, pada saat ini, Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat untuk melengkapi vaksinasi Covid-19 dan menggunakan masker jika mengalami sakit batuk dan pilek. Kementerian juga mengimbau masyarakat untuk melakukan isolasi ketika positif Covid-19.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu mengungkapkan bahwa kasus JN.1 adalah sublineage dari BA.2.86 dan sudah ada di Indonesia.
Pada umumnya, kasus ini berada di DKI Jakarta. pada 17 November 2023, kasus JN.1 ditemukan di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Lima hari berselang, 1 kasus juga ditemukan di Jakarta Utara. Sementara itu, beberapa hari lalu atau pada 13 Desember 2023, terdapat 1 kasus JN.1 di Batam.
Sementara itu, laman CDC menuliskan, tidak ada bukti bahwa subvarian JN.1 menimbulkan peningkatan risiko terhadap kesehatan masyarakat dibandingkan varian lain yang beredar saat ini.
Pertumbuhan kasus JN.1 yang terus berlanjut di Amerika Serikat menunjukkan bahwa virus ini lebih mudah menular atau lebih baik dalam menghindari sistem kekebalan tubuh manusia pada saat ini.
Lembaga tersebut juga menuliskan bahwa pada saat ini tidak diketahui apakah infeksi JN.1 menimbulkan gejala yang berbeda dari varian lainnya. Namun, secara umum, gejala COVID-19 cenderung serupa antar varian.
Jenis gejala dan seberapa parah gejala biasanya lebih bergantung kepada kekebalan dan kesehatan seseorang secara keseluruhan dibandingkan varian penyebab infeksi.
Per 8 Desember 2023, CDC memproyeksikan bahwa varian JN.1 diperkirakan mencakup 15 persen –29 persen di Amerika Serikat. Lembaga ini juga memprediksi bahwa subvarian JN.1 akan terus meningkat seiring dengan proporsi rangkaian genom SARS-CoV-2.
Saat ini varian tersebut merupakan varian dengan pertumbuhan tercepat di Amerika Serikat. Pesatnya pertumbuhan JN.1 dibandingkan varian lainnya menimbulkan pertanyaan apakah varian ini dapat mendorong peningkatan infeksi secara bertahap.
CDC menuliskan bahwa JN.1 terkait erat dengan varian BA.2.86 yang telah dilacak oleh CDC sejak Agustus 2023. Meskipun BA.2.86 dan JN.1 terdengar sangat berbeda karena cara penamaan varian, perbedaan keduanya hanya terletak kepada protein lonjakan.
Baca juga: Simak Cara Aman Liburan Akhir 2023 di Tengah Potensi Kenaikan Kasus Covid-19
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.