Simak Cara Aman Liburan Akhir 2023 di Tengah Potensi Kenaikan Kasus Covid-19
15 December 2023 |
17:00 WIB
Akhir 2023 akan menjadi waktu liburan yang sempurna untuk menghabiskan waktu bersama keluarga atau orang terkasih. Selain libur tahun baru dan natal, akhir Desember 2023 juga merupakan waktu libur anak sekolah. Namun, masyarakat harus berhati-hati mengingat kasus Covid-19 kembali mengalami kenaikan.
Data laman infeksi emerging Kementerian Kesehatan per 14 Desember 2023 pukul 16.00 WIB menunjukkan bahwa total kasus aktif mencapai 1.499. Sementara itu, laporan mingguan perkembangan kasus Covid-19 per 11 Desember 2023 menunjukkan bahwa kasus pada minggu 3 – 9 Desember 2023 mengalami pertumbuhan tinggi.
Baca juga: Kasus Melonjak di Singapura, Kemenkes RI Fokus Survei Efektivitas Kekebalan Covid-19
Pada minggu itu terdapat 554 kasus. Sementara pada minggu sebelumnya, jumlah kasus mencapai 237. Tren kasus mingguan nasional dalam laporan tersebut mulai menyentuh ratusan dari puluhan pada minggu 12 – 18 November 2023.
Di satu sisi kasus Covid-19 mengalami kenaikan. Di sisi lain, minat masyarakat untuk melakukan perjalanan pada masa libur Natal 2023 & Tahun Baru 2024 cukup tinggi, yakni 107,63 juta orang akan melakukan pergerakan.
Hasil survei Badan Kebijakan Transportasi (BKT) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menunjukkan potensi itu mencapai sebesar 39,83 persen dari total populasi yang ada di dalam negeri pada saat ini.
Tidak hanya itu, jumlah orang yang akan melakukan perjalanan itu juga mengalami peningkatan signifikan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Hasil survei itu juga mengungkapkan bahwa alasan masyarakat bepergian pada masa libur Natal dan Tahun Baru 2023 yang paling tertinggi adalah liburan ke lokasi wisata. Kemudian liburan pulang kampung, dan merayakan Natal dan Tahun Baru di kampung halaman.
Individu yang hendak melakukan liburan juga melakukan perjalanan dengan menggunakan kendaraan pribadi mobil dan motor serta transportasi umum. Namun, di antara itu semua, penggunaan kendaraan pribadi mobil menjadi yang paling besar.
Pengamat pariwisata Chusmeru menilai sesungguhnya libur Natal dan Tahun Baru tahun ini menjadi momentum pengelola objek dan daya tarik wisata untuk mendapatkan angin segar setelah pandemi Covid-19 dinyatakan berakhir.
“Apalagi mobilitas masyarakat yang akan memanfaatkan libur sangat tinggi, dan tersebar ke berbagai daerah,” katanya kepada Hypeabis.id.
Namun, kemunculan varian baru Covid-19 membuat pemerintah perlu bersikap waspada meskipun angka kasus dan gejalanya belum mengkhawatirkan. Para wisatawan dan pengelola objek wisata pun perlu memperhatikan beberapa hal terkait dengan musim libur akhir tahun seiring peningkatan kasus Covid-19. Pertama adalah wisatawan harus memastikan kondisi kesehatannya.
Jika kurang sehat, para traveller sebaiknya tidak memaksakan diri mengunjungi sebuah objek wisata. Kemudian, wisatawan juga harus membawa perlengkapan kesehatan guna mengantisipasi gangguan kesehatan secara mendadak.
“Jika merasa khawatir, tidak ada salahnya memakai masker dan selalu membawa hand sanitizer,” ujarnya.
Selanjutnya, traveller sebaiknya tidak memaksakan diri masuk ke objek-objek wisata yang sudah padat pengunjung. Tidak hanya itu, ada baiknya untuk memilih objek wisata alam yang lebih sejuk dan terbuka.
Kemudian, pengelola objek dan daya tarik wisata dapat menerapkan kembali CHSE maupun protokol kesehatan secara fleksibel atau tidak terlalu ketat. “Minimal mengingatkan wisatawan agar menjaga jarak dan mencuci tangan,” paparya.
Selain itu, pengelola juga harus menyiapkan fasilitas kesehatan di objek wisata, seperti posko kesehatan.
Sementara itu, pemerintah perlu melakukan monitoring objek wisata guna memastikan bahwa semua objek wisata sudah menerapkan CHSE. Chusmeru menilai, regulator juga harus mengimbau wisatawan agar tetap memperhatikan dan menjaga kesehatan sebelum dan pada saat berada di objek wisata.
Langkah lain yang tidak kalah penting adalah pemerintah mengoptimalkan Satgas Kesehatan menghadapi libur Natal dan Tahun Baru. Meskipun begitu, dia mengingatkan bahwa pemerintah tidak perlu membuat kebijakan yang kontroversial dan kontraproduktif jika memang kasus Covid 19 varian baru ini belum masuk fase kritis.
“Intinya, libur Nataru ini adalah momentum bagi masyarakat untuk berekreasi dan pengelola objek wisata untuk meraih rejeki. Peran pemerintah mengendalikan agar tidak terjadi peningkatan kasus tanpa menimbulkan kecemasan baru,” katanya.
Sebelumnya, terkait dengan perkembangan kasus Covid-19, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menuturkan bahwa peningkatan kasus mingguan yang terjadi di dalam negeri karena subvarian baru. Saat ini, ada dua subvarian baru Covid-19 di Indonesia, yakni EG.2 dan EG.5.
Peningkatan kasus Covid-19 yang terjadi di dalam negeri membuat Kementerian Kesehatan mengimbau kepada masyarakat untuk menggunakan masker jika mengalami sakit flu. Kemudian, individu perlu melakukan tes untuk mengetahui terkena Covid-19 atau tidak.
Jika positif terkena Covid-19, Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat untuk melakukan isolasi. “Lengkapi vaksinasi Covid-19 sampai booster kedua,” ujarnya kepada Hypeabis.id. Dia juga meminta masyarakat menunda perjalanan ke daerah yang mengalami lonjakan kasus.
Untuk diketahui, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mencatat bahwa gejala Covid-19 yang paling umum adalah demam, batuk kering, dan rasa lelah.
Gejala lainnya yang lebih jarang seperti rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, sakit kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, kehilangan indera rasa atau penciuman, ruam di kulit, atau perubahan warna jari tangan dan kaki.
Orang yang terinfeksi biasanya mengalami gejala yang bersifat ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi hanya memiliki gejala ringan. Dengan begitu, sebagian besar atau sekitar 80 persen orang yang terjangkit berhasil pulih, tanpa perlu mendapatkan perawatan khusus.
Selain itu, sekitar 1 dari 5 orang yang menderita Covid-19 mengalami sakit parah dan kesulitan bernapas. Individu dengan usia lanjut dan orang yang memiliki kondisi medis penyerta seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan paru-paru, diabetes, atau kanker memiliki kemungkinan lebih besar mengalami sakit lebih serius.
Meskipun begitu, WHO menuliskan setiap orang dapat terinfeksi dan mengalami sakit yang serius. Individu perlu menghubungi fasilitas kesehatan ketika mengalami demam atau batuk dan mengalami kesulitan bernapas, nyeri atau tekanan dada, kehilangan kemampuan berbicara atau bergerak.
Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Begini Cara Dapat Vaksin Gratis
Editor: Dika Irawan
Data laman infeksi emerging Kementerian Kesehatan per 14 Desember 2023 pukul 16.00 WIB menunjukkan bahwa total kasus aktif mencapai 1.499. Sementara itu, laporan mingguan perkembangan kasus Covid-19 per 11 Desember 2023 menunjukkan bahwa kasus pada minggu 3 – 9 Desember 2023 mengalami pertumbuhan tinggi.
Baca juga: Kasus Melonjak di Singapura, Kemenkes RI Fokus Survei Efektivitas Kekebalan Covid-19
Pada minggu itu terdapat 554 kasus. Sementara pada minggu sebelumnya, jumlah kasus mencapai 237. Tren kasus mingguan nasional dalam laporan tersebut mulai menyentuh ratusan dari puluhan pada minggu 12 – 18 November 2023.
Di satu sisi kasus Covid-19 mengalami kenaikan. Di sisi lain, minat masyarakat untuk melakukan perjalanan pada masa libur Natal 2023 & Tahun Baru 2024 cukup tinggi, yakni 107,63 juta orang akan melakukan pergerakan.
Hasil survei Badan Kebijakan Transportasi (BKT) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menunjukkan potensi itu mencapai sebesar 39,83 persen dari total populasi yang ada di dalam negeri pada saat ini.
Tidak hanya itu, jumlah orang yang akan melakukan perjalanan itu juga mengalami peningkatan signifikan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Hasil survei itu juga mengungkapkan bahwa alasan masyarakat bepergian pada masa libur Natal dan Tahun Baru 2023 yang paling tertinggi adalah liburan ke lokasi wisata. Kemudian liburan pulang kampung, dan merayakan Natal dan Tahun Baru di kampung halaman.
Individu yang hendak melakukan liburan juga melakukan perjalanan dengan menggunakan kendaraan pribadi mobil dan motor serta transportasi umum. Namun, di antara itu semua, penggunaan kendaraan pribadi mobil menjadi yang paling besar.
Pengamat pariwisata Chusmeru menilai sesungguhnya libur Natal dan Tahun Baru tahun ini menjadi momentum pengelola objek dan daya tarik wisata untuk mendapatkan angin segar setelah pandemi Covid-19 dinyatakan berakhir.
“Apalagi mobilitas masyarakat yang akan memanfaatkan libur sangat tinggi, dan tersebar ke berbagai daerah,” katanya kepada Hypeabis.id.
Namun, kemunculan varian baru Covid-19 membuat pemerintah perlu bersikap waspada meskipun angka kasus dan gejalanya belum mengkhawatirkan. Para wisatawan dan pengelola objek wisata pun perlu memperhatikan beberapa hal terkait dengan musim libur akhir tahun seiring peningkatan kasus Covid-19. Pertama adalah wisatawan harus memastikan kondisi kesehatannya.
Jika kurang sehat, para traveller sebaiknya tidak memaksakan diri mengunjungi sebuah objek wisata. Kemudian, wisatawan juga harus membawa perlengkapan kesehatan guna mengantisipasi gangguan kesehatan secara mendadak.
“Jika merasa khawatir, tidak ada salahnya memakai masker dan selalu membawa hand sanitizer,” ujarnya.
Selanjutnya, traveller sebaiknya tidak memaksakan diri masuk ke objek-objek wisata yang sudah padat pengunjung. Tidak hanya itu, ada baiknya untuk memilih objek wisata alam yang lebih sejuk dan terbuka.
Kemudian, pengelola objek dan daya tarik wisata dapat menerapkan kembali CHSE maupun protokol kesehatan secara fleksibel atau tidak terlalu ketat. “Minimal mengingatkan wisatawan agar menjaga jarak dan mencuci tangan,” paparya.
Selain itu, pengelola juga harus menyiapkan fasilitas kesehatan di objek wisata, seperti posko kesehatan.
Sementara itu, pemerintah perlu melakukan monitoring objek wisata guna memastikan bahwa semua objek wisata sudah menerapkan CHSE. Chusmeru menilai, regulator juga harus mengimbau wisatawan agar tetap memperhatikan dan menjaga kesehatan sebelum dan pada saat berada di objek wisata.
Langkah lain yang tidak kalah penting adalah pemerintah mengoptimalkan Satgas Kesehatan menghadapi libur Natal dan Tahun Baru. Meskipun begitu, dia mengingatkan bahwa pemerintah tidak perlu membuat kebijakan yang kontroversial dan kontraproduktif jika memang kasus Covid 19 varian baru ini belum masuk fase kritis.
“Intinya, libur Nataru ini adalah momentum bagi masyarakat untuk berekreasi dan pengelola objek wisata untuk meraih rejeki. Peran pemerintah mengendalikan agar tidak terjadi peningkatan kasus tanpa menimbulkan kecemasan baru,” katanya.
Sebelumnya, terkait dengan perkembangan kasus Covid-19, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menuturkan bahwa peningkatan kasus mingguan yang terjadi di dalam negeri karena subvarian baru. Saat ini, ada dua subvarian baru Covid-19 di Indonesia, yakni EG.2 dan EG.5.
Peningkatan kasus Covid-19 yang terjadi di dalam negeri membuat Kementerian Kesehatan mengimbau kepada masyarakat untuk menggunakan masker jika mengalami sakit flu. Kemudian, individu perlu melakukan tes untuk mengetahui terkena Covid-19 atau tidak.
Jika positif terkena Covid-19, Kementerian Kesehatan mengimbau masyarakat untuk melakukan isolasi. “Lengkapi vaksinasi Covid-19 sampai booster kedua,” ujarnya kepada Hypeabis.id. Dia juga meminta masyarakat menunda perjalanan ke daerah yang mengalami lonjakan kasus.
Untuk diketahui, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mencatat bahwa gejala Covid-19 yang paling umum adalah demam, batuk kering, dan rasa lelah.
Gejala lainnya yang lebih jarang seperti rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, sakit kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, kehilangan indera rasa atau penciuman, ruam di kulit, atau perubahan warna jari tangan dan kaki.
Orang yang terinfeksi biasanya mengalami gejala yang bersifat ringan dan muncul secara bertahap. Beberapa orang yang terinfeksi hanya memiliki gejala ringan. Dengan begitu, sebagian besar atau sekitar 80 persen orang yang terjangkit berhasil pulih, tanpa perlu mendapatkan perawatan khusus.
Selain itu, sekitar 1 dari 5 orang yang menderita Covid-19 mengalami sakit parah dan kesulitan bernapas. Individu dengan usia lanjut dan orang yang memiliki kondisi medis penyerta seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung dan paru-paru, diabetes, atau kanker memiliki kemungkinan lebih besar mengalami sakit lebih serius.
Meskipun begitu, WHO menuliskan setiap orang dapat terinfeksi dan mengalami sakit yang serius. Individu perlu menghubungi fasilitas kesehatan ketika mengalami demam atau batuk dan mengalami kesulitan bernapas, nyeri atau tekanan dada, kehilangan kemampuan berbicara atau bergerak.
Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Begini Cara Dapat Vaksin Gratis
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.