Thomas Lionar dan Pesan Pembelajaran dari Pameran Clap
20 December 2023 |
00:44 WIB
Lebih dari sekadar memberikan kesan lucu, karya Thomas Lionar di pameran bertajuk Clap: Kilasan Meteor Thomas Lionar di Bentara Budaya Jakarta juga bisa jadi media pembelajaran. Goresan gambarnya yang menunjukkan defomarsi jenaka kerap menyimpan pesan bagi audiensnya.
Kartunis Jan Praba mengungkapkan, Thomas adalah tokoh kartunis Indonesia dengan kemampuan kelas dunia, baik dari segi teknik deformasi wajah maupun ide serta gagasan dalam menggarap sebuah peristiwa secara bernas dengan kemampuan tinggi dalam teknik gambar.
Baca juga: Mengkritik Seraya Berhumor ala Karikaturis Thomas Lionar
Teknik tersebut terlihat dari garis-garis dan juga goresan yang dibuat oleh sang karikatur. Sang seniman mampu membuat deformasi wajah seorang karakter tanpa menghilangkan ciri khasnya, sehingga masih dapat dikenali. Namun, tidak semua kartunis memiliki kemampuan seperti Thomas.
“Jadi, karakter dan ciri khas tidak hilang meskipun penuh deformasi,” ujarnya.
Teknik gambar dan deformasinya dengan garis yang lentur tanpa keragu-raguan itu kerap menjadi rujukan para kartunis pada masa itu. Tidak hanya itu, pada saat itu, siapa saja yang melihat karya dari sang seniman akan langsung mengetahui bahwa karya itu merupakan buatan Thomas.
Karya – karya berupa editorial karikatur yang terdapat dalam pameran juga memperlihatkan kecerdasan sang seniman yang tinggi. Penikmat karya bisa melihat bagaimana Thomas memvisualisasikan sebuah isu.
Dari sisi ide atau gagasan, karya sang seniman yang berupa editorial kartun atau kartun opini adalah merespons kejadian pada masa itu. Dia merekam gejolak sosial yang ada di muka bumi. Dengan begitu, tidak heran jika ide atau gagasan masih relevan sampai dengan saat ini seperti tentang polusi Jakarta.
“Makanya terkadang kaya klasik masih relevan karena tema yang mengikat,” Jan.
Tanpa melebih-lebihkan, pameran Clap: Kilasan Meteor Thomas Lionar merupakan harta karun bagi kartunis muda atau mereka yang mungkin ingin mengenal Thomas lebih dekat melalui karyanya.
Kemunculan sang seniman yang mengigit secara kualitas memberi rasa bangga kepada kartunis muda pada masanya. Karyanya juga sangat mempengaruhi perkembangan dunia kartun di dalam negeri.
Menurut Jan, pameran karya almarhum Thomas Lionar memberikan mampu memberikan pesan menyeluruh untuk seluruh kartunis Indonesia.
"Jika sebuah karya kartun yang digarap secara serius mulai dari pemahaman tentang masa lalu hingga proses visualisasi ke dalam satu bidang panel menjadi karya satire bernuansa politik berdasarkan data yang akurat, maka karya tersebut telah memenuhi unsur 5W 1H,” katanya.
Dalam catatan pameran, Thomas berada di urutan sepuluh dalam daftar 25 kartunis ternama dunia berdasarkan survei yang dilakukan oleh WittyWorld, yakni sebuah majalah kartun asal Amerika Serikat. Penentuan peringkat diketahui berdasarkan nilai artistik, ide, dan pengakuan sesama kartunis dalam skala nasional dan internasional.
Peringkat sepuluh Thomas menujukkan bahwa sang seniman berada di atas kartunis dunia lainnya seperti Gary Larson, Ranan Lurie, atau Herge. Meskipun survei itu merupakan satu dari sekian versi, tetap saja menunjukkan bahwa kartunis Indonesia mampu sejajar dengan seniman kartun dari dunia.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Kartunis Jan Praba mengungkapkan, Thomas adalah tokoh kartunis Indonesia dengan kemampuan kelas dunia, baik dari segi teknik deformasi wajah maupun ide serta gagasan dalam menggarap sebuah peristiwa secara bernas dengan kemampuan tinggi dalam teknik gambar.
Baca juga: Mengkritik Seraya Berhumor ala Karikaturis Thomas Lionar
Teknik tersebut terlihat dari garis-garis dan juga goresan yang dibuat oleh sang karikatur. Sang seniman mampu membuat deformasi wajah seorang karakter tanpa menghilangkan ciri khasnya, sehingga masih dapat dikenali. Namun, tidak semua kartunis memiliki kemampuan seperti Thomas.
“Jadi, karakter dan ciri khas tidak hilang meskipun penuh deformasi,” ujarnya.
Teknik gambar dan deformasinya dengan garis yang lentur tanpa keragu-raguan itu kerap menjadi rujukan para kartunis pada masa itu. Tidak hanya itu, pada saat itu, siapa saja yang melihat karya dari sang seniman akan langsung mengetahui bahwa karya itu merupakan buatan Thomas.
Karya – karya berupa editorial karikatur yang terdapat dalam pameran juga memperlihatkan kecerdasan sang seniman yang tinggi. Penikmat karya bisa melihat bagaimana Thomas memvisualisasikan sebuah isu.
Karikatur karya Thomas Lionar. (Sumber foto: Hypeabis/Yudi Supriyanto)
Dari sisi ide atau gagasan, karya sang seniman yang berupa editorial kartun atau kartun opini adalah merespons kejadian pada masa itu. Dia merekam gejolak sosial yang ada di muka bumi. Dengan begitu, tidak heran jika ide atau gagasan masih relevan sampai dengan saat ini seperti tentang polusi Jakarta.
“Makanya terkadang kaya klasik masih relevan karena tema yang mengikat,” Jan.
Tanpa melebih-lebihkan, pameran Clap: Kilasan Meteor Thomas Lionar merupakan harta karun bagi kartunis muda atau mereka yang mungkin ingin mengenal Thomas lebih dekat melalui karyanya.
Kemunculan sang seniman yang mengigit secara kualitas memberi rasa bangga kepada kartunis muda pada masanya. Karyanya juga sangat mempengaruhi perkembangan dunia kartun di dalam negeri.
Menurut Jan, pameran karya almarhum Thomas Lionar memberikan mampu memberikan pesan menyeluruh untuk seluruh kartunis Indonesia.
"Jika sebuah karya kartun yang digarap secara serius mulai dari pemahaman tentang masa lalu hingga proses visualisasi ke dalam satu bidang panel menjadi karya satire bernuansa politik berdasarkan data yang akurat, maka karya tersebut telah memenuhi unsur 5W 1H,” katanya.
Dalam catatan pameran, Thomas berada di urutan sepuluh dalam daftar 25 kartunis ternama dunia berdasarkan survei yang dilakukan oleh WittyWorld, yakni sebuah majalah kartun asal Amerika Serikat. Penentuan peringkat diketahui berdasarkan nilai artistik, ide, dan pengakuan sesama kartunis dalam skala nasional dan internasional.
Peringkat sepuluh Thomas menujukkan bahwa sang seniman berada di atas kartunis dunia lainnya seperti Gary Larson, Ranan Lurie, atau Herge. Meskipun survei itu merupakan satu dari sekian versi, tetap saja menunjukkan bahwa kartunis Indonesia mampu sejajar dengan seniman kartun dari dunia.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.