Serial Monolog Di Tepi Sejarah Kembali Bawa Kisah 5 Tokoh Penting Indonesia di Atas Panggung
14 December 2023 |
21:55 WIB
Penikmat seni pertunjukan dan sejarah siap semringah. Sebab Direktorat Perfilman, Musik dan Media Kemendikbudristek kembali berkolaborasi dengan Titimangsa dan KawanKawan Media untuk menggelar pertunjukan Di Tepi Sejarah pada musim ketiga tahun ini.
Sesuai tajuknya, pertunjukan kali ini juga akan kembali menampilkan tokoh-tokoh penting Indonesia yang berada di luar pusaran sejarah besar bangsa. Beberapa di antaranya adalah Oto Iskandar Dinata, Tirto Adhi Soerjo, Ruhanna Kudus, Tan Tjeng Bok, hingga Fransisca Casparina.
Namun, berbeda dengan sebelumnya, yang hanya ditayangkan di kanal Indonesiana TV, pada musim ketiga ini selain ditayangkan secara daring, Di Tepi Sejarah juga dapat disaksikan secara langsung di Teater Salihara pada 12 hingga 20 Desember 2023.
Pendiri Titimangsa Foundation sekaligus Produser Di Tepi Sejarah, Happy Salma, mengatakan, dilanjutkannya pementasan kali ini karena melihat antusias masyarakat. Oleh karena itu pihaknya merasa haris menetuskan pertunjukan monolog Di Tepi Sejarah agar makin populer.
Menurutnya, pementasan ini merupakan ruang kolaborasi bagi segala macam disiplin ilmu dalam menghadirkan satu karya seni pertunjukan. Tak hanya itu, tokoh-tokoh yang dihadirkan tidak hanya merupakan para tokoh yang berada di tepian sejarah, tapi juga punya relevansi bagi peradaban bangsa, terutama melalui sudut pandang orang terdekat.
"Jadi, seolah ada lapisan-lapisan perasaan atau peristiwa lain yang dialami para tokoh. Selain itu, karya-karya yang dihadirkan tak lepas dari hasil riset, sebab ini merupakan karya interpretasi, yang nantinya dapat disaksikan oleh khalayak yang lebih luas,” terang Happy Salma dalam siaran resmi.
Senada, Direktur Perfilman, Musik, dan Media, Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra, juga menyambut baik hadirnya seri terbaru monolog Di Tepi Sejarah. Menurutnya, pementasan ini merupakan salah satu sarana dalam memberikan literasi hingga edukasi kepada masyarakat khususnya anak-anak muda.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa pementasan ini juga banyak menggali kisah sejarah inspiratif yang sebelumnya kurang dikenal terutama oleh anak-anak muda. Salah satunya karena kurangnya akses ke sumber literasi atau bahkan kurangnya minat untuk mempelajari sejarah tersebut.
"Namun dengan adanya monolog Di Tepi Sejarah ini, anak-anak muda dapat kembali mempelajari sejarah yang hampir terlupakan, dan bahkan dapat menjadi bagian dari edukasi," terang Mahendra.
Sebagai tambahan informasi, Di Tepi Sejarah musim ketiga ini mengangkat 5 judul monolog yakni Suamiku Oto dan Bel Pintu, Seroean Kemadjoean: Sebuah Monolog Tentang Ruhana Kuddus, Ke Pelukan Orang-orang Tercinta, Sudut Terlipat di Panggung Tan Tjeng Bok, dan Tirto: di Pengasingan.
Adapun, seri monolog Di Tepi Sejarah dibuka dengan pertunjukan Suamiku Oto dan Bel Pintu, lalu monolog tokoh Ruhana Kuddus sebagai pejuang kaum Perempuan, dan Fransisca Casparina sebagai seorang diplomat yang aktif berjuang pasca kemerdekaan.
Setelah itu, bakal ada juga seri monolog tentang Tan Tjeng Bok yang merupakan seniman multitalenta, yang kiprah seninya bertahan melewati tiga zaman, dan Tirto Adhi Soerjo yang merupakan seorang tokoh pers dan tokoh kebangkitan nasional Indonesia.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Roni Yunianto
Sesuai tajuknya, pertunjukan kali ini juga akan kembali menampilkan tokoh-tokoh penting Indonesia yang berada di luar pusaran sejarah besar bangsa. Beberapa di antaranya adalah Oto Iskandar Dinata, Tirto Adhi Soerjo, Ruhanna Kudus, Tan Tjeng Bok, hingga Fransisca Casparina.
Namun, berbeda dengan sebelumnya, yang hanya ditayangkan di kanal Indonesiana TV, pada musim ketiga ini selain ditayangkan secara daring, Di Tepi Sejarah juga dapat disaksikan secara langsung di Teater Salihara pada 12 hingga 20 Desember 2023.
Pendiri Titimangsa Foundation sekaligus Produser Di Tepi Sejarah, Happy Salma, mengatakan, dilanjutkannya pementasan kali ini karena melihat antusias masyarakat. Oleh karena itu pihaknya merasa haris menetuskan pertunjukan monolog Di Tepi Sejarah agar makin populer.
Menurutnya, pementasan ini merupakan ruang kolaborasi bagi segala macam disiplin ilmu dalam menghadirkan satu karya seni pertunjukan. Tak hanya itu, tokoh-tokoh yang dihadirkan tidak hanya merupakan para tokoh yang berada di tepian sejarah, tapi juga punya relevansi bagi peradaban bangsa, terutama melalui sudut pandang orang terdekat.
"Jadi, seolah ada lapisan-lapisan perasaan atau peristiwa lain yang dialami para tokoh. Selain itu, karya-karya yang dihadirkan tak lepas dari hasil riset, sebab ini merupakan karya interpretasi, yang nantinya dapat disaksikan oleh khalayak yang lebih luas,” terang Happy Salma dalam siaran resmi.
Senada, Direktur Perfilman, Musik, dan Media, Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra, juga menyambut baik hadirnya seri terbaru monolog Di Tepi Sejarah. Menurutnya, pementasan ini merupakan salah satu sarana dalam memberikan literasi hingga edukasi kepada masyarakat khususnya anak-anak muda.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa pementasan ini juga banyak menggali kisah sejarah inspiratif yang sebelumnya kurang dikenal terutama oleh anak-anak muda. Salah satunya karena kurangnya akses ke sumber literasi atau bahkan kurangnya minat untuk mempelajari sejarah tersebut.
"Namun dengan adanya monolog Di Tepi Sejarah ini, anak-anak muda dapat kembali mempelajari sejarah yang hampir terlupakan, dan bahkan dapat menjadi bagian dari edukasi," terang Mahendra.
Sebagai tambahan informasi, Di Tepi Sejarah musim ketiga ini mengangkat 5 judul monolog yakni Suamiku Oto dan Bel Pintu, Seroean Kemadjoean: Sebuah Monolog Tentang Ruhana Kuddus, Ke Pelukan Orang-orang Tercinta, Sudut Terlipat di Panggung Tan Tjeng Bok, dan Tirto: di Pengasingan.
Adapun, seri monolog Di Tepi Sejarah dibuka dengan pertunjukan Suamiku Oto dan Bel Pintu, lalu monolog tokoh Ruhana Kuddus sebagai pejuang kaum Perempuan, dan Fransisca Casparina sebagai seorang diplomat yang aktif berjuang pasca kemerdekaan.
Setelah itu, bakal ada juga seri monolog tentang Tan Tjeng Bok yang merupakan seniman multitalenta, yang kiprah seninya bertahan melewati tiga zaman, dan Tirto Adhi Soerjo yang merupakan seorang tokoh pers dan tokoh kebangkitan nasional Indonesia.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.