Setelah Vaksin Covid-19 Perlu Cek Antibodi di Laboratorium? Begini Penjelasan Ahli
12 August 2021 |
09:40 WIB
Genhype, akhir-akhir ini banyak orang yang bertanya-tanya tentang seberapa efektif vaksin Covid-19 yang mereka terima mampu melindungi tubuh dari serangan virus SARS CoV-2. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah mengikuti tes antibodi berbasis serologi.
Sampel darah diambil untuk kemudian dibawa ke laboratorium untuk mengetahui seberapa tinggi antibodi yang dihasilkan oleh vaksin di dalam tubuh. Tentunya hal tersebut dilakukan di laboratorium komersial yang biasanya menawarkan berbagai macam pemeriksaan kesehatan, termasuk diantaranya tes usap berbasis polymerase chain reaction (PCR).
Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (Paru) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Erlina Burhan menegaskan bahwa masyarakat yang sudah mendapatkan vaksin dosis kedua tak perlu mengikuti tes antibodi.
“Tidak perlu, karena saat ini WHO [World Health Organization/WHO] belum merekomendasikan teknik yang bisa dipakai masyarakat untuk pemeriksaan antibodi. Pemeriksaan serologi di laboratorium medis komersial yang nggak bisa mendeteksi terbentuknya antibodi," katanya.
Lebih lanjut, menurutnya, hasil tes antibodi yang didapatkan dari laboratorium komersial tidak bisa sepenuhnya menggambarkan seberapa besar proteksi terhadap Covid-19. Adapun, untuk mengetahui proteksi tersebut diperlukan pemeriksaan neutralizing antibody yang biasanya dilakukan oleh laboratorium riset khusus.
"Setelah dicek antibodi, titernya ternyata nggak banyak malah jadi was-was sendiri. Padahal, itu sudah memberikan perlindungan [terhadap virus]," tutur Erlina.
Sebagai catatan, antibodi adalah protein pelawan infeksi, yang diproduksi sebagai respons terhadap virus. Ini membantu tubuh Anda mengingat paparan dan mengenali virus. Dengan vaksinasi bisa meningkatkan respons kekebalan dengan meniru infeksi atau memasang antibodi pencegahan.
Sesuai standar internasional, jumlah antibodi antara 10-1000 IU dianggap protektif. Para ahli mengatakan bahwa kekebalan yang didorong oleh vaksin dapat meningkat hingga 300 ketika seseorang diinokulasi.
Misalnya, mungkin ada orang yang terlindungi dengan baik tetapi memiliki komplikasi tertentu yang tidak membantu mereka membentuk antibodi yang diperlukan. Itu juga bisa terjadi pada orang-orang sedang berjuang melawan infeksi. Produksi antibodi yang lebih rendah, meskipun jarang juga kadang-kadang dikaitkan dengan ketidakcocokan genetik dan kromosom.
Namun, itu tidak berarti vaksin tersebut mungkin tidak bekerja untuk kalian. Serupa halnya dengan mereka yang memiliki jumlah antibodi lebih tinggi.
Oleh karena itu, berapa pun hitungan antibodi yang kalian miliki, ketahuilah bahwa setiap orang akan sama-sama terlindungi dari virus.
Sampel darah diambil untuk kemudian dibawa ke laboratorium untuk mengetahui seberapa tinggi antibodi yang dihasilkan oleh vaksin di dalam tubuh. Tentunya hal tersebut dilakukan di laboratorium komersial yang biasanya menawarkan berbagai macam pemeriksaan kesehatan, termasuk diantaranya tes usap berbasis polymerase chain reaction (PCR).
Ilustrasi (Nguyen Hiep/Unsplash)
Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (Paru) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Erlina Burhan menegaskan bahwa masyarakat yang sudah mendapatkan vaksin dosis kedua tak perlu mengikuti tes antibodi.
“Tidak perlu, karena saat ini WHO [World Health Organization/WHO] belum merekomendasikan teknik yang bisa dipakai masyarakat untuk pemeriksaan antibodi. Pemeriksaan serologi di laboratorium medis komersial yang nggak bisa mendeteksi terbentuknya antibodi," katanya.
Lebih lanjut, menurutnya, hasil tes antibodi yang didapatkan dari laboratorium komersial tidak bisa sepenuhnya menggambarkan seberapa besar proteksi terhadap Covid-19. Adapun, untuk mengetahui proteksi tersebut diperlukan pemeriksaan neutralizing antibody yang biasanya dilakukan oleh laboratorium riset khusus.
"Setelah dicek antibodi, titernya ternyata nggak banyak malah jadi was-was sendiri. Padahal, itu sudah memberikan perlindungan [terhadap virus]," tutur Erlina.
Sebagai catatan, antibodi adalah protein pelawan infeksi, yang diproduksi sebagai respons terhadap virus. Ini membantu tubuh Anda mengingat paparan dan mengenali virus. Dengan vaksinasi bisa meningkatkan respons kekebalan dengan meniru infeksi atau memasang antibodi pencegahan.
Sesuai standar internasional, jumlah antibodi antara 10-1000 IU dianggap protektif. Para ahli mengatakan bahwa kekebalan yang didorong oleh vaksin dapat meningkat hingga 300 ketika seseorang diinokulasi.
Misalnya, mungkin ada orang yang terlindungi dengan baik tetapi memiliki komplikasi tertentu yang tidak membantu mereka membentuk antibodi yang diperlukan. Itu juga bisa terjadi pada orang-orang sedang berjuang melawan infeksi. Produksi antibodi yang lebih rendah, meskipun jarang juga kadang-kadang dikaitkan dengan ketidakcocokan genetik dan kromosom.
Namun, itu tidak berarti vaksin tersebut mungkin tidak bekerja untuk kalian. Serupa halnya dengan mereka yang memiliki jumlah antibodi lebih tinggi.
Oleh karena itu, berapa pun hitungan antibodi yang kalian miliki, ketahuilah bahwa setiap orang akan sama-sama terlindungi dari virus.
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.