Yayu Unru. (Sumber gambar: Yayu Unru Official Instagram)

Mengenang Yayu Unru, Totalitas dari Panggung Teater Pantomim hingga Layar Lebar

08 December 2023   |   11:44 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Kabar duka kembali menyelimuti industri hiburan Indonesia. Aktor senior Yayu Unru meninggal dunia hari ini, Jumat (8/12/2023). Aktor kelahiran Makassar itu dikabarkan berpulang setelah sempat mengalami serangan jantung dan menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Sang seniman mengembuskan napas terakhir pada usia 61 tahun.

Berita duka itu disampaikan oleh aktor Teuku Rifnu Wikana melalui akun Instagram pribadinya. Teuku menuliskan duka mendalamnya atas kepergian Yayu Unru yang telah dianggapnya sebagai kakak sekaligus guru.

"Innalillahi wainnailaihi roji'un. Telah kembali ke pangkuanNya guru kami, abang kami, saudara kami, Yayu Unru. Beliau orang baik, sejatinya di dunia teater dan film banyak membawa kebajikan. Semoga Allah menempatkan beliau di sisiNya. Selamat jalan bang," tulisnya melalui akun @rifkuwikana. 

Baca juga: Eko Londo Meninggal Dunia, Pelawak Legendaris yang Getol Ingin Masuk Srimulat

Duka atas kepulangan Yayu ke haribaan Ilahi juga dialami oleh aktor Lukman Sardi. Melalui unggahan di akun Instagram pribadinya, aktor berusia 52 tahun itu mengungkapkan kesannya terhadap sosok Yayu Unru.

"Selamat jalan Mas Yayu. Terima kasih buat karya dan ilmunya yang selalu disampaikan dengan sederhana tapi penuh makna," tulis Lukman melalui akun @lumansrd.
 

Tak heran jika dua aktor tersebut dan mungkin saja banyak pelaku seni peran lainnya di Tanah Air merasakan kehilangan mendalam atas kepergian Yayu Unru. Sosoknya memang dikenal sebagai seniman yang totalitas dalam berkarya. Meski lebih sering mendapatkan peran sebagai karakter pendukung, Yayu selalu menunjukkan kualitas akting yang mumpuni.

Yayu Unru lahir dengan nama asli Andi Wahyuddin Unru di Makassar, Sulawesi Selatan, pada 4 Juni 1962. Dia dikenal sebagai aktor, pelatih akting, sekaligus pemain pantomim senior di Indonesia yang telah berkarier hampir empat dekade. Meski populer sebagai aktor film, perjalanan Yayu di dunia seni peran berawal dari panggung teater. 


Panggung Teater

Dia merupakan alumni prodi Teater di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) pada 1982. Di IKJ, Yayu digembleng soal akting dan keaktoran melalui pengajaran Sena Adiatmika Utoyo dan Didi Petet. Kemampuan akting Yayu diasah oleh dua seniman peran senior itu sehingga dia mampu membawakan berbagai peran, baik protagonis maupun antagonis.

Berkat kedua sosok itu juga, Yayu aktif di kelompok teater pantomim Sena Didi Meme. Kelompok itu didirikan oleh Sena sepulangnya menempuh pendidikan di Brownsway, Jerman. Sena memperkenalkan teater pantomim di Indonesia yang pada saat itu baru populer di Eropa.

Awalnya Sena membentuk kelompok pantomim bernama Kijang Grup bersama Krissno Bossa dan Edi Riwanto. Akhirnya, dia membuat kelompok pantomim bersama Didi Petet bernama Sena Didi Mime, yang merupakan gabungan dari nama Sena A. Utoyo dan Didi Petet. Mereka berdua adalah alumni IKJ.

Banyak karya pertunjukan besar yang diciptakan oleh Sena yang mengantarkan mahasiswa IKJ termasuk Yayu Unru pentas, tidak hanya di dalam negeri tapi juga ke mancanegara. Karya-karya tersebut di antaranya adalah Sekata, Kaktus The Fulus , Lobby-lobby Hotel Pelangi, Soldat, Becak, Stasiun, Becak B Komplek dan masih banyak lagi. Di kelompok itu, Yayu juga dipercaya sebagai sutradara pertunjukan.
 

Salah satu penampilan teater pantomim Yayu yang paling monumental ialah kala memainkan tokoh utama dalam versi pantomim dari opera Don Juan karya Christoph Willibald Gluck. Dalam pertunjukan itu, dia mengubah situasi kehidupan sehari-hari menjadi tema drama teater.

Diberi judul Sapu Tangan Di (Dengan sapu di tangan), pertunjukan itu mengisahkan Bumi yang hampir hancur karena produksi sampah yang berlebihan. Hanya sedikit orang yang bertahan hidup di sampah dan semua masing-masing memiliki sapu.

Sapu-sapu ini digunakan untuk menyapu sampah, juga dipakai sebagai senjata dan instrumen. Drama pantomim yang dipuji oleh kritikus internasional ini sangat menyenangkan dan lucu namun penuh dengan humor yang gelap. 


Layar Lebar

Yayu baru terjun ke dunia film layar lebar pada 1985 dengan membintangi Demam Tari. Namun, pemeran film The Last of Us itu baru benar-benar produktif dalam membintangi film layar lebar pada 2000-an. Film dan serial dengan berbagai genre dan peran telah dilakoninya hingga menyabet penghargaan bergengsi.

Sejumlah film dan serial populer yang pernah dibintangi Yayu di antaranya adalah Gara-Gara Warisan (2022), Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi (2019), Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (2017), Posesif (2017), Tabula Rasa (2014), dan Lovely Man (2011).

Piala Citra pertama Yayu diraihnya pada ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2014 berkat perannya dalam film Tabula Rasa. Dia meraih penghargaan sebagai Pemeran Pendukung Pria Terbaik. Kategori serupa juga diterimanya berkat film Posesif di ajang FFI 2017.

Sebelum kepergiannya, diketahui ada tujuh film dan serial yang dibintanginya dan belum dirilis yakni Perjalanan Pembuktian Cinta, Jamojaya, Kiss of the Con Queen, Lampir, Jaka, Biopik Ellyas Pical, dan Ratu Adil. Beberapa dari judul itu baru baru memulai proses syuting, sehingga kemungkinan perannya bakal digantikan.

Meski begitu, nama Yayu Unru, karya-karya, dan kontribusinya dalam dunia seni peran di Indonesia akan abadi selamanya. Selamat jalan Yayu Unru.

Baca juga: Profil Iqbal Pakula, Pemeran Mas Bram di Cinta Fitri yang Meninggal Dunia

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

7 Manfaat Pakai VPN, Enggak Cuma Buka Blokir Situs Web

BERIKUTNYA

Daftar Pemenang The Game Awards 2023, Baldur's Gate 3 Jadi Game of the Year

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: