Review Buku Kiat Menjadi Diktator, Cara Jitu Mikael Hem Menguliti Borok Para Despot Dunia
30 November 2023 |
14:33 WIB
Dalam sejarah dunia, ternyata tidak semua pemimpin negara mendapat nilai positif dari rakyatnya maupun internasional. Beberapa di antara mereka, bahkan banyak pula yang mendapat nilai negatif selama duduk di tampuk kekuasaan dengan segala kebijakannya.
Sebut saja Ilham Aliyev, Rafael Trujillo, Francois Duvalier, Ali Soilih, Felix Houphouet-Boigny, Than Swe, Nursultan Nazarbayev, Kim il Sung, Saddam Husein, Charles Taylor, Alexander Lukashenko, Mao Zedong, Mugabe, atau Theodore Nguema Obiang Mbasogo.
Baca juga: Indra Leonardi Rilis Buku Fotografi Vice Versa di Art Jakarta 2023
Ya, nama-nama di atas mungkin kurang populer di Indonesia. Namun, di negaranya, mereka adalah para despot sekaligus tiran edan. Bahkan, beberapa di antaranya pernah mengaku sebagai tuhan dengan membuat aturan-aturan aneh agar kekuasaannya bisa terus abadi yang mungkin bisa ditiru di negara lain, termasuk Indonesia.
Buku Kiat Menjadi Diktator: Pelajaran Dari Para Pemimpin Edan menguak berbagai hal dari pemimpin tersebut. Mantan Presiden Sierra Leone, Valentine Strasser, misalnya, pernah mendeklarasikan hari Valentine dan ulang tahun Bob Marley sebagai hari libur nasional. Atau, tengok saja presiden Iran, Ayatollah Khomeini, yang melarang rakyat untuk mendengar musik karena dianggap dapat membuat otak jadi bebal.
Aturan-aturan ngaco dari para pemimpin dunia itu hanyalah segelintir fakta yang mungkin jarang diketahui oleh publik. Namun, di tangan Mikal Hem, berbagai borok dari para despot itu berhasil diramu menjadi kisah ironi yang satir. Terutama tentang bagaimana mempertahankan jabatan, agar tetap bisa berkuasa.
Terdiri dari sepuluh bab, buku penulis asal Oslo ini memang hendak membagikan kajian pemikiran politik dengan cara yang unik. Meski dikemas dengan jenaka, tapi berbagai persoalan serius juga tak lupa diselipkan, terutama lewat lelucon-lelucon gelap yang membuat pembaca menyunggingkan senyum atau misuh.
Diterjemahkan dengan sangkil oleh Irwan Syahrir, sesuai judulnya, buku terbitan Marjin Kiri ini menguraikan kiat-kiat sukses bagi generasi muda yang bercita-cita menjadi despot. Termasuk dengan cara mencurangi pemilu, memperkaya diri sendiri dan kroni, hingga membangun kultus individu untuk melanggengkan kekuasaan.
Namun, tujuan utama pembuatan buku ini tentu hanya sebagai bentuk sindiran belaka, bahwa hidup di bawah rezim otoriter tidaklah senyaman saat seseorang bermimpi indah di siang bolong. Keunikan lain dari buku ini adalah bagaimana sang pengarang meramu sejarah dengan cara yang mudah dipahami.
Hal itu misalnya saat mantan Presiden Republik Demokratik Kongo, Mobutu Sese Seko yang lebih berhasrat menggemukkan kantong alih-alih membangun infrastruktur. Kisah itu diungkap Mobutu saat bertemu mantan Presiden Rwanda, Juvenal Habyarimana.
"Aku sudah berkuasa di Zaire selama 30 tahun, dan aku tidak pernah membangun jalan satupun," kata Mobutu. "Kau tahu kenapa aku melakukannya, karena nanti mereka bisa dengan lancar menangkapmu," tandas lelaki yang dijuluki The Rumble in the Jungle itu.
Selain itu, pembaca juga akan mendapat banyak referensi baru mengenai kebiasaan para diktator, mulai dari menu makan, kehidupan pribadi, hingga mitos-mitos yang menyertainya. Bahkan, tentang bagaimana mereka melakukan propaganda, baik dengan menggunakan karya seni, membuat buku, atau hobi yang mereka tekuni.
Secara umum, buku ini juga akan mengajak pembaca untuk mengetahui konstelasi politik global dengan cara yang mudah. Salah satunya lewat lembaran-lembaran fakta yang diajukan oleh Hem, yang tentunya didasari dengan penelitian yang mendalam lewat berbagai jurnal dan kajian politik.
Data Buku:
Judul: Kiat Menjadi Diktator: Pelajaran Dari Para Pemimpin Edan
Penulis: Mikal Hem
Penerjemah: Diterjemahkan dari Bahasa Norwegia oleh Irwan Syahrir
Penerbit: Marjin Kiri
Tahun Terbit: September 2023
Jumlah Halaman: 191 halaman
ISBN 978-602-0788-46-3
Baca juga: Resensi Buku Bagaimana Media Sosial Menghancurkanmu, Menyingkap Pisau Bermata Dua Era Digital
Editor: Indyah Sutriningrum
Sebut saja Ilham Aliyev, Rafael Trujillo, Francois Duvalier, Ali Soilih, Felix Houphouet-Boigny, Than Swe, Nursultan Nazarbayev, Kim il Sung, Saddam Husein, Charles Taylor, Alexander Lukashenko, Mao Zedong, Mugabe, atau Theodore Nguema Obiang Mbasogo.
Baca juga: Indra Leonardi Rilis Buku Fotografi Vice Versa di Art Jakarta 2023
Ya, nama-nama di atas mungkin kurang populer di Indonesia. Namun, di negaranya, mereka adalah para despot sekaligus tiran edan. Bahkan, beberapa di antaranya pernah mengaku sebagai tuhan dengan membuat aturan-aturan aneh agar kekuasaannya bisa terus abadi yang mungkin bisa ditiru di negara lain, termasuk Indonesia.
Buku Kiat Menjadi Diktator: Pelajaran Dari Para Pemimpin Edan menguak berbagai hal dari pemimpin tersebut. Mantan Presiden Sierra Leone, Valentine Strasser, misalnya, pernah mendeklarasikan hari Valentine dan ulang tahun Bob Marley sebagai hari libur nasional. Atau, tengok saja presiden Iran, Ayatollah Khomeini, yang melarang rakyat untuk mendengar musik karena dianggap dapat membuat otak jadi bebal.
Aturan-aturan ngaco dari para pemimpin dunia itu hanyalah segelintir fakta yang mungkin jarang diketahui oleh publik. Namun, di tangan Mikal Hem, berbagai borok dari para despot itu berhasil diramu menjadi kisah ironi yang satir. Terutama tentang bagaimana mempertahankan jabatan, agar tetap bisa berkuasa.
Terdiri dari sepuluh bab, buku penulis asal Oslo ini memang hendak membagikan kajian pemikiran politik dengan cara yang unik. Meski dikemas dengan jenaka, tapi berbagai persoalan serius juga tak lupa diselipkan, terutama lewat lelucon-lelucon gelap yang membuat pembaca menyunggingkan senyum atau misuh.
Diterjemahkan dengan sangkil oleh Irwan Syahrir, sesuai judulnya, buku terbitan Marjin Kiri ini menguraikan kiat-kiat sukses bagi generasi muda yang bercita-cita menjadi despot. Termasuk dengan cara mencurangi pemilu, memperkaya diri sendiri dan kroni, hingga membangun kultus individu untuk melanggengkan kekuasaan.
Namun, tujuan utama pembuatan buku ini tentu hanya sebagai bentuk sindiran belaka, bahwa hidup di bawah rezim otoriter tidaklah senyaman saat seseorang bermimpi indah di siang bolong. Keunikan lain dari buku ini adalah bagaimana sang pengarang meramu sejarah dengan cara yang mudah dipahami.
Hal itu misalnya saat mantan Presiden Republik Demokratik Kongo, Mobutu Sese Seko yang lebih berhasrat menggemukkan kantong alih-alih membangun infrastruktur. Kisah itu diungkap Mobutu saat bertemu mantan Presiden Rwanda, Juvenal Habyarimana.
"Aku sudah berkuasa di Zaire selama 30 tahun, dan aku tidak pernah membangun jalan satupun," kata Mobutu. "Kau tahu kenapa aku melakukannya, karena nanti mereka bisa dengan lancar menangkapmu," tandas lelaki yang dijuluki The Rumble in the Jungle itu.
Selain itu, pembaca juga akan mendapat banyak referensi baru mengenai kebiasaan para diktator, mulai dari menu makan, kehidupan pribadi, hingga mitos-mitos yang menyertainya. Bahkan, tentang bagaimana mereka melakukan propaganda, baik dengan menggunakan karya seni, membuat buku, atau hobi yang mereka tekuni.
Secara umum, buku ini juga akan mengajak pembaca untuk mengetahui konstelasi politik global dengan cara yang mudah. Salah satunya lewat lembaran-lembaran fakta yang diajukan oleh Hem, yang tentunya didasari dengan penelitian yang mendalam lewat berbagai jurnal dan kajian politik.
Data Buku:
Judul: Kiat Menjadi Diktator: Pelajaran Dari Para Pemimpin Edan
Penulis: Mikal Hem
Penerjemah: Diterjemahkan dari Bahasa Norwegia oleh Irwan Syahrir
Penerbit: Marjin Kiri
Tahun Terbit: September 2023
Jumlah Halaman: 191 halaman
ISBN 978-602-0788-46-3
Baca juga: Resensi Buku Bagaimana Media Sosial Menghancurkanmu, Menyingkap Pisau Bermata Dua Era Digital
Editor: Indyah Sutriningrum
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.