Lukisan Syakieb Sugkar bertajuk Bukan Pasar Malam (sumber gambar galeri ZEN1)

Perupa Syakieb Sungkar Boyong Lukisan Sarat Kritik di Art Jakarta 2023

18 November 2023   |   18:30 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Seniman Syakieb Sungkar kembali mengejutkan para pencinta seni. Terbaru, perupa sekaligus kolektor itu meneroka berbagai tema dalam lukisan teranyarnya yang dipacak di Art Jakarta 2023 pada 17-19 November 2023 di JIEXPO Kemayoran. Dipamerkan di galeri ZEN1, Syakieb kembali mengeksplorasi warna, gaya, dan bentuk yang terbingkai dalam imaji liarnya di atas kanvas.

Total, terdapat empat lukisan sureal bernuansa pop yang sarat akan kritik dibuhul oleh perupa asal Jakarta itu. Hal itu misalnya, terejawantah lewat karya bertajuk Batslice (150x150 cm, Oil on Canvas).

Baca juga: 12 Seniman Muda Asal Korea Selatan Gelar Pertunjukan di Salihara

Dalam karya bertitimangsa 2023 itu sang seniman menggambarkan berbagai figur unik, seperti superhero batman yang mengendarai sepotong pizza, katak, dolar yang terbang, hingga ikon buaya.
 

Lukisan Syakieb Sungkar berjudul Batslice (150x150 cm, Oil on Canvas). (Sumber gambar galeri ZEN1)

Lukisan Syakieb Sungkar berjudul Batslice (150x150 cm, Oil on Canvas). (Sumber gambar galeri ZEN1)

Sementara itu, di bagian bawah lukisan yang berlatar warna oker itu digambarkan sosok kepala manusia tembus pandang dengan lanskap gurun pasir. Uniknya, sang seniman juga menggores palet-palet kontras seperti ungu, kuning, dan biru yang membuat lukisan semakin terlihat sureal saat diperhatikan dengan seksama.

"Batman ini merepresentasikan sosok pemimpin yang bekerja dengan oligarki, berteman dengan buaya maka hidupnya cuma nunggu drop-dropan dolar. Sementara rakyat yang mendukungnya dulu menjelma kodok yang hidup nelangsa," katanya saat ditemui Hypeabis.id.

Kritik Syakieb terhadap realitas juga terejawantah dalam karya berjudul Bukan Pasar Malam (120x170cm, Oil on Canvas, 2023). Berbeda dari karya sebelumnya yang selintas terlihat seperti berbagai fragmen, karya ini justru lebih terasa nuansa politisnya dengan penggunaan warna-warna yang lebih solid.

Dalam lukisan tersebut tampak figur wanita berkerudung, monumen ikonik Monas, lelaki yang bergerak menuju tali gantungan, dan berbagai boneka seperti Snoopy dan Teddy Bear. Sementara itu di bagian bawah terdapat tangan-tangan yang sedang menggapai, yang seolh merepresentasikan kalangan akar rumput.
 

Lukisan Syakieb Sungkar  bertajuk Imaginary Homeland, 150x 150 cm. Oil on Canvas, 2023 (sumber gambar galeri ZEN1)

Lukisan Syakieb Sungkar bertajuk Imaginary Homeland, 150x 150 cm. Oil on Canvas, 2023 (sumber gambar galeri ZEN1)


Kurator Anna Sungkar mengatakan, karya-karya bertajuk seri langit Biru Tosca itu memang merepresentasikan kondisi sosial politik di Indonesia dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, utamanya sejak Pilkada DKI 2017 yang membawa trauma tersendiri bagi sang seniman.

Menurut Anna, empat karya tersebut juga merupakan sekumpulan lukisan yang diciptakan untuk merespons perkembangan sosio-politik yang terjadi menjelang Pemilu di Tanah Air. Namun, karya-karya tersebut tidak ditunjukkan dalam bentuk kritik sosial eksplisit, melainkan  disamarkan dalam simbol-simbol yang tidak selalu mudah untuk dipahami.

"Sebagai pengikut pemikir Adhorno, Syakieb menganggap seni sebagai anti tesis masyarakat. Artinya,  masyarakat yang kita anggap normal selama ini, ternyata tidak baik-baik saja, di mana mereka menyembunyikan suatu krisis yang setiap saat dapat meledak," katanya.

Baca juga: Eksplorasi Baru Koreografi Lewat Festival Tari Kontemporer Jicon

Dikenal sebagai seorang kolektor, Syakieb Sungkar bukanlah orang baru dalam dunia seni rupa. Selama tiga dekade dia menjadi kolektor lukisan sekaligus aktif untuk mengulik seputar kekaryaan seni rupa. Seiring waktu, tabungan pengalaman dan pengetahuannya itulah menjadi pijakan kuatnya untuk memantapkan hati menjadi seorang pelukis.

Dalam kariernya sebagai perupa, dia pernah pameran bersama dengan Goenawan Mohamad di galeri Salihara (2020), berpameran dalam forum Art Moment di galeri Art-1 (2021), dan melakukan pameran tunggal di galeri Titik Dua, Ubud (2021), serta di galeri Cemara (2023).

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Indra Leonardi Rilis Buku Fotografi Vice Versa di Art Jakarta 2023

BERIKUTNYA

Kalkulasi Efek Konser Coldplay terhadap Perekonomian Indonesia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: