Sutradara dan pemain film Women From Rote Island. (Sumber foto: Hypeabis.id/Himawan L Nugraha)

Film Women from Rote Island & Perlawanan Terhadap Kekerasan Seksual

15 November 2023   |   19:40 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Women from Rote Island menjadi film yang paling menarik perhatian pada malam puncak anugerah Festival Film Indonesia (FFI) 2023. Pasalnya, karya sutradara Jeremias Nyangoen itu membawa pulang beberapa piala Citra, termasuk kategori film terbaik di ajang apresiasi perfilman paling bergengsi tersebut. 

Film Women from Rote Island berhasil mengalahkan karya-karya lain yang ada di kategori Film Panjang Terbaik. Mereka adalah Budi Pekerti, Like & Share, 24 Jam Bersama Gaspar, dan Sleep Call. Akhirnya, dewan juri FFI 2023 memutuskan bahwa film besutan Jeremias berhak menyandang gelar film terbaik Indonesia tahun ini. 

“Orkestrasi semua unsur, baik estetika, eksplorasi teknis, maupun kekuatan gagasan tersampaikan dengan berani, membuat film ini menjadi sebuah karya seni yang utuh disuguhkan tanpa rasa takut,” kata Shanty Harmayn, salah satu juri akhir Film Cerita Panjang Terbaik sebelum membacakan pemenang kategori tersebut.

Juri mengungkapkan tema yang disajikan oleh film ini menampilkan lapisan masalah yang mendalam, memiliki tingkat pertaruhan yang besar, dan persoalan-persoalan sosial yang kental menjadikan film tersebut memiliki identitas yang kuat.

Baca juga: Daftar Lengkap Pemenang Piala Citra FFI 2023, Women From Rote Island Borong 4 Penghargaan

Women From Rote Island adalah sebuah karya yang didedikasikan untuk para korban pelecehan dan kekerasan seksual. Tidak hanya itu, film itu juga diperuntukkan bagi para ibu yang berjuang mendapatkan keadilan bagi anak-anak korban kejahatan seksual di NTT. 
 

Sinopsis 

Film yang berhasil meraih 4 Piala Citra di ajang Festival Film Indonesia 2023 itu bercerita tentang karakter wanita bernama Marta (diperankan oleh Irma Novita Rihi) yang ditunggu-tunggu pulang oleh keluarganya di Nusa Tenggara Timur dari Sabah, Malaysia.

Kepulangannya sangat dinantikan untuk memenuhi pesan terakhir sang kepala keluarga yang bernama Abraham, yang mensyaratkan tidak ada pemakaman sebelum Martha pulang.

Rasa getir makin terasa lantaran sang anak mengalami depresi berat setelah 2 tahun merantau ke negeri jiran itu. Dia mengalami pemerkosaan saat bekerja sebagai buruh di perkebunan kelapa sawit. Ibunya, Orpha (diperankan oleh Merlinda Dessy Adoe) mendorongnya untuk tidak boleh lemah dengan musibah yang menimpa. 

Alih-alih selesai dengan masalah yang dialaminya di luar negeri, Martha sekali lagi harus menjadi korban pelecehan seksual akibat lingkungan yang tidak mendukung di negaranya sendiri. 
 
 

Keliling Festival Film 

Sebelum membawa pulang piala untuk kategori Film Cerita Panjang Terbaik, film yang juga diproduseri oleh Rizka Shakira itu telah malang melintang di banyak negara untuk menyuarakan tentang perlawanan terhadap kekerasan dan pelecehan seksual.

Pada Oktober 2023, karya ini diputar di Busan International Film Festival, Korea Selatan. Setelah itu, petualangannya berlanjut ke Jakarta Film Week, Indonesia. Film ini juga sempat berkunjung ke Barcelona, Spanyol, dalam Netpack Section Asian International Film Barcelona.

Women From Rote Island juga menyuarakan perlawanannya terhadap kekerasan seksual dalam QCINEMA International Film Festival New Horizons, Filipina.

Dalam proses produksinya, naskah tentang film yang juga memiliki judul Perempuan Berkelamin Darah itu melalui sebuah proses riset terlebih dahulu. Jeremias yang juga menulis naskah film, membuatnya di Pulau Rote Ndao dan Jakarta selama 18 bulan.

Dia bahkan harus pulang-pergi dari Jakarta dan Rote. Sementara itu, proses syuting dilakukan di Pulau Rote Ndao dengan melibatkan 170 kru film. Women From Rote Island adalah debut Jeremias sebagai seorang sutradara film.

Selama ini, pria kelahiran Pontianak, Kalimantan Barat, itu lebih dikenal oleh banyak orang sebagai seorang aktor. Salah satu perannya yang mungkin melekat dalam ingatan para pencinta film di dalam negeri adalah ketika menjadi Sumanto dalam karya berjudul Kanibal-Sumanto pada 2004.

Selain sebagai aktor, dia juga dikenal sebagai seorang penulis naskah. Kemampuannya dalam menulis bahkan sudah tidak perlu diragukan lagi. Penghargaan kategori sebagai penulis skenario di ajang FFI bukanlah yang pertama kali.

Sebelum meraih Piala Citra kategori Penulis Skenario Asli Terbaik pada tahun ini, dia juga pernah meraih Piala FFI kategori Penulis Skenario Asli Terbaik pada 2006. 

Baca juga: Profil H. M. Soleh Ruslani & Raam Punjabi yang Raih Lifetime Achievement di FFI 2023

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Stand Up Night 9 Depok Bakal Sajikan 'Nurtrisi Tawa' yang Segar

BERIKUTNYA

Rekor, Reza Rahadian 5 Kali Raih Piala Citra Untuk Pemeran Utama Pria Terbaik FFI

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: