Waspadai Dislipidemia bisa Memicu Penyakit Jantung Koroner
30 August 2021 |
10:22 WIB
Kamu pernah dengan dislipidemia? Kondisi medis ini menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya penyakit kardiovaskular, di samping faktor risiko lain seperti diabetes melitus, obesitas dan hipertensi, loh. Dislipidemia adalah kondisi di mana terjadi penumpukan lipid yang berlebihan pada pembuluh darah, terutama arteri.
Kondisi itu dapat memicu terjadinya penebalan arteri. Akibatnya aliran darah di dalam arteri menjadi terhambat sehingga dapat memunculkan beragam komplikasi seperti penyakit jantung koroner dan stroke.
Adapun lipid adalah kelompok molekul alami yang meliputi lemak, lilin, sterol, vitamin yang larut dalam lemak, monogliserida, digliserida, trigliserida, fosfolipid, dan lain-lain. Fungsi biologis utama lipid yaitu untuk menyimpan energi, berperan dalam pensinyalan, dan bertindak sebagai komponen pembangun membran sel.
Ketua Divisi Endokrin Metabolik dan Diabetes, Departemen Penyakit Dalam FKUI-RSCM dokter Tri Juli Edi Tarigan menjelaskan dislipidemia ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, peningkatan Low Density Lipoprotein (LDL), peningkatan kadar trigliserida serta penurunan High Density Lipoprotein (HDL).
Berdasarkan National Cholesterol Education Program Adult Panel III (NCEP-ATP III) seseorang dikatakan memiliki kadar lipid abnormal apabila terjadi peningkatan kolesterol total lebih 240 mg/dl, peningkatan kadar kolesterol LDL lebuh dari 160 mg/dl, kadar kolesterol trigliserida lebih dari 200 mg/dl, atau rendahnya kadar kolesterol HDL kurang dari 40 mg/dl.
Kata dia ada beberapa faktor penyebab dislipidemia. Pertama yakni faktor genetik berupa terjadinya mutasi gen yang menyebabkan tubuh memproduksi terlalu banyak kolesterol LDL atau trigliserida. Kadar kolesterol dan trigliserida tertinggi pada orang dengan dislipidemia primer dapat mengganggu metabolisme tubuh dan eliminasi lipid.
Faktor kedua yakni gaya hidup seperti kurangnya aktivitas fisik dan asupan makanan yang berlebihan dari total kalori, lemak jenuh, kolesterol, dan lemak.
Beberapa penyebab lainnya yaitu, menderita diabetes melitus, mengonsumsi alkohol, penyakit ginjal kronik, hipotiroid, sorosis billier, dan mengonsumsi obat-obatan tertentu.
"Pasien dengan diabetes memiliki peningkatan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular hingga 2-4 kali lipat dan peningkatan kematian 1,5-3,6 kali lipat kematian akibat komplikasi penyakit ini," ujar Tri.
Sebagian besar dislipidemia tidak menunjukkan gejala yang berarti. Kondisi medis ini diketahui ketika seseorang menjalani pemeriksaan rutin untuk darah dan kondisi lainnya.
Manifestasi klinis yang timbul biasanya adalah gejala komplikasi dari dislipidemia itu sendiri seperti penyakit jantung koroner atau stroke. Pada kasus kadar trigliserida yang sangat tinggi, dapat terjadi pankreatitis akut, hepatosplenomegali, parastesia, rasa sesak napas dan gangguan kesadaran, serta merubah warna pembuluh darah retina menjadi krem (lipidemia retinalis) dan warna plasma darah seperti susu.
"Adapun pada kondisi kadar LDL yang sangat tinggi dapat muncul arkus kornea, zantelasma pada kelopak mata dan xantoma pada daerah tendon achiles, siku dan lutut," tuturnya.
Sementara itu, Tri menerangkan penyakit ini lebih banyak ditemukan pada pasien berusia dewasa dan usia lanjut. Seseorang memiliki peluang besar untuk terserang penyakit dislipidemia jika memiliki anggota keluarga dengan riwayat penyakit kardiovaskular atau hiperlipidemia.
Mereka yang memiliki berat badan berlebih atau obesitas, tidak aktif bergerak atau kurang olahraga, merokok, penderita diabetes, dan sering mengonsumsi alkohol juga rentan memiliki kondisi klinis ini.
Dalam hal pengobatan dislipidemia, Tri menyebut itu terdiri dari terapi non farmakologis seperti aktivitas fisik, pengelolaan nutrisi, penurunan berat badan, dan berhenti merokok, serta terapi farmakologis melalui obat anti lipid.
"Jalan cepat, bersepeda statis, atau berenang setidaknya selama 30 menit sebanyak 4 sampai 6 kali seminggu. Diet rendah kalori juga perlu dilakukan. Obat utama yang disarankan adalah statin," jelasnya.
Editor: Fajar Sidik
Kondisi itu dapat memicu terjadinya penebalan arteri. Akibatnya aliran darah di dalam arteri menjadi terhambat sehingga dapat memunculkan beragam komplikasi seperti penyakit jantung koroner dan stroke.
Adapun lipid adalah kelompok molekul alami yang meliputi lemak, lilin, sterol, vitamin yang larut dalam lemak, monogliserida, digliserida, trigliserida, fosfolipid, dan lain-lain. Fungsi biologis utama lipid yaitu untuk menyimpan energi, berperan dalam pensinyalan, dan bertindak sebagai komponen pembangun membran sel.
Ketua Divisi Endokrin Metabolik dan Diabetes, Departemen Penyakit Dalam FKUI-RSCM dokter Tri Juli Edi Tarigan menjelaskan dislipidemia ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, peningkatan Low Density Lipoprotein (LDL), peningkatan kadar trigliserida serta penurunan High Density Lipoprotein (HDL).
Berdasarkan National Cholesterol Education Program Adult Panel III (NCEP-ATP III) seseorang dikatakan memiliki kadar lipid abnormal apabila terjadi peningkatan kolesterol total lebih 240 mg/dl, peningkatan kadar kolesterol LDL lebuh dari 160 mg/dl, kadar kolesterol trigliserida lebih dari 200 mg/dl, atau rendahnya kadar kolesterol HDL kurang dari 40 mg/dl.
Kata dia ada beberapa faktor penyebab dislipidemia. Pertama yakni faktor genetik berupa terjadinya mutasi gen yang menyebabkan tubuh memproduksi terlalu banyak kolesterol LDL atau trigliserida. Kadar kolesterol dan trigliserida tertinggi pada orang dengan dislipidemia primer dapat mengganggu metabolisme tubuh dan eliminasi lipid.
Faktor kedua yakni gaya hidup seperti kurangnya aktivitas fisik dan asupan makanan yang berlebihan dari total kalori, lemak jenuh, kolesterol, dan lemak.
Beberapa penyebab lainnya yaitu, menderita diabetes melitus, mengonsumsi alkohol, penyakit ginjal kronik, hipotiroid, sorosis billier, dan mengonsumsi obat-obatan tertentu.
"Pasien dengan diabetes memiliki peningkatan morbiditas dan mortalitas kardiovaskular hingga 2-4 kali lipat dan peningkatan kematian 1,5-3,6 kali lipat kematian akibat komplikasi penyakit ini," ujar Tri.
Sebagian besar dislipidemia tidak menunjukkan gejala yang berarti. Kondisi medis ini diketahui ketika seseorang menjalani pemeriksaan rutin untuk darah dan kondisi lainnya.
Manifestasi klinis yang timbul biasanya adalah gejala komplikasi dari dislipidemia itu sendiri seperti penyakit jantung koroner atau stroke. Pada kasus kadar trigliserida yang sangat tinggi, dapat terjadi pankreatitis akut, hepatosplenomegali, parastesia, rasa sesak napas dan gangguan kesadaran, serta merubah warna pembuluh darah retina menjadi krem (lipidemia retinalis) dan warna plasma darah seperti susu.
"Adapun pada kondisi kadar LDL yang sangat tinggi dapat muncul arkus kornea, zantelasma pada kelopak mata dan xantoma pada daerah tendon achiles, siku dan lutut," tuturnya.
Sementara itu, Tri menerangkan penyakit ini lebih banyak ditemukan pada pasien berusia dewasa dan usia lanjut. Seseorang memiliki peluang besar untuk terserang penyakit dislipidemia jika memiliki anggota keluarga dengan riwayat penyakit kardiovaskular atau hiperlipidemia.
Mereka yang memiliki berat badan berlebih atau obesitas, tidak aktif bergerak atau kurang olahraga, merokok, penderita diabetes, dan sering mengonsumsi alkohol juga rentan memiliki kondisi klinis ini.
Dalam hal pengobatan dislipidemia, Tri menyebut itu terdiri dari terapi non farmakologis seperti aktivitas fisik, pengelolaan nutrisi, penurunan berat badan, dan berhenti merokok, serta terapi farmakologis melalui obat anti lipid.
"Jalan cepat, bersepeda statis, atau berenang setidaknya selama 30 menit sebanyak 4 sampai 6 kali seminggu. Diet rendah kalori juga perlu dilakukan. Obat utama yang disarankan adalah statin," jelasnya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.