Latte Factor dan 4 Tips Sederhana Mengatasinya
06 August 2021 |
23:48 WIB
Tanpa disadari, mengeluarkan uang untuk hal-hal kecil secara rutin tiap bulannya bisa menjadi penyebab buruknya kondisi keuangan Genhype. Situasi tersebut merupakan bagian dari Latte Factor yang dipopulerkan oleh penulis keuangan asal Amerika Serikat David Bach.
Pada dasarnya, konsep Latte Factor ini adalah teori yang cukup sederhana. Bach menggunakan kata Latte yang merujuk pada kebiasaan orang-orang menghabiskan uang secara rutin untuk mengonsumsi kopi kekinian.
Menurutnya, hal itu menjadi salah satu contoh pengeluaran rutin yang jika diakumulasi akan membuat pengeluaran membengkak.
Perencana Keuangan Finansialku.com Widya Yuliarti mengatakan bahwa latte factor adalah kondisi ketika kamu melakukan pengeluaran untuk hal-hal kecil yang selama ini tidak dimasukkan ke dalam daftar pengeluaran karena nominalnya kamu anggap sepele.
“Ternyata, pengeluaran yang kecil-kecil kayak gitu justru mempengaruhi keuangan kamu, sehingga di akhir bulan kamu sering merasa uang gue udah kemana aja ya selama ini,” ujarnya dalam video di akun YouTube Finansialku.com dikutip Hypeabis.id, Jumat (6/8/2021).
Widya juga mengatakan bahwa latte factor ini rentan terjadi pada kelompok fresh graduate yang baru saja terjun ke dalam dunia kerja. Penghasilan pertama yang didapat menyebabkan mereka rentan untuk melakukan pengeluaran yang tidak direncanakan.
Untuk mengatasinya, Widya memberikan beberapa tips sederhana sebagai berikut.
1. Rencanakan pengeluaran tiap bulan
Usahakan untuk merencanakan pengeluaran tiap bulan dari gaji yang dihasilkan. Misalnya, kamu mendapatkan gaji sebesar Rp 5 juta, kamu harus bisa menentukan gaji itu akan digunakan untuk apa saja. Namun, kamu juga perlu menganggarkannya untuk investasi dan tabungan dengan cara menyisihkan 20 persen dari total gaji ke rekening lainnya. Sisa 80 persennya, bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari termasuk asuransi.
2. Catatan keuangan harian
Mencatat keuangan yang dikeluarkan setiap harinya akan memudahkan kamu memonitor penghasilanmu—apakah sudah digunakan sesuai dengan rencana awal yang telah dibuat. Jika belum sesuai, kamu bisa mengevaluasi atau me-review kembali di akhir bulan, supaya kamu tahu alokasi anggaranmu dengan jelas setiap bulannya.
3. Tulis secara detail pengeluaran yang dibutuhkan
Sedikit berbeda dengan tips sebelumnya, dalam hal ini, kamu harus bisa menulis secara detail bagaimana pengeluaran kamu anggarkan. Misalnya, kalau kamu butuh ngopi per bulan, anggarkan kebutuhan kopi per bulan. Begitu pun dengan kamu yang suka belanja atau rutin membeli make up dan skin care. Hal ini akan membantu kamu benar-benar memahami pengeluaranmu setiap bulannya.
4. Mencintai diri sendiri
Satu hal yang tidak kalah pentingnya untuk mengatasi diri dari latte factor adalah dengan mencintai diri sendiri dengan menyusun perencanaan keuangan yang lebih baik. Mulai dari merencanakan pengeluaran, menulis pengeluaran tiap harinya, sampai menulis sedetail dan selengkap mungkin kebutuhan pengeluaran setiap bulannya.
Editor: Avicenna
Pada dasarnya, konsep Latte Factor ini adalah teori yang cukup sederhana. Bach menggunakan kata Latte yang merujuk pada kebiasaan orang-orang menghabiskan uang secara rutin untuk mengonsumsi kopi kekinian.
Menurutnya, hal itu menjadi salah satu contoh pengeluaran rutin yang jika diakumulasi akan membuat pengeluaran membengkak.
Perencana Keuangan Finansialku.com Widya Yuliarti mengatakan bahwa latte factor adalah kondisi ketika kamu melakukan pengeluaran untuk hal-hal kecil yang selama ini tidak dimasukkan ke dalam daftar pengeluaran karena nominalnya kamu anggap sepele.
“Ternyata, pengeluaran yang kecil-kecil kayak gitu justru mempengaruhi keuangan kamu, sehingga di akhir bulan kamu sering merasa uang gue udah kemana aja ya selama ini,” ujarnya dalam video di akun YouTube Finansialku.com dikutip Hypeabis.id, Jumat (6/8/2021).
Widya juga mengatakan bahwa latte factor ini rentan terjadi pada kelompok fresh graduate yang baru saja terjun ke dalam dunia kerja. Penghasilan pertama yang didapat menyebabkan mereka rentan untuk melakukan pengeluaran yang tidak direncanakan.
Untuk mengatasinya, Widya memberikan beberapa tips sederhana sebagai berikut.
1. Rencanakan pengeluaran tiap bulan
Usahakan untuk merencanakan pengeluaran tiap bulan dari gaji yang dihasilkan. Misalnya, kamu mendapatkan gaji sebesar Rp 5 juta, kamu harus bisa menentukan gaji itu akan digunakan untuk apa saja. Namun, kamu juga perlu menganggarkannya untuk investasi dan tabungan dengan cara menyisihkan 20 persen dari total gaji ke rekening lainnya. Sisa 80 persennya, bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari termasuk asuransi.
Mencatat pengeluaran harian bisa menjadi salah satu cara untuk mengatasi latte lactor-Myriam Jessier (Dok. Unsplash)
2. Catatan keuangan harian
Mencatat keuangan yang dikeluarkan setiap harinya akan memudahkan kamu memonitor penghasilanmu—apakah sudah digunakan sesuai dengan rencana awal yang telah dibuat. Jika belum sesuai, kamu bisa mengevaluasi atau me-review kembali di akhir bulan, supaya kamu tahu alokasi anggaranmu dengan jelas setiap bulannya.
3. Tulis secara detail pengeluaran yang dibutuhkan
Sedikit berbeda dengan tips sebelumnya, dalam hal ini, kamu harus bisa menulis secara detail bagaimana pengeluaran kamu anggarkan. Misalnya, kalau kamu butuh ngopi per bulan, anggarkan kebutuhan kopi per bulan. Begitu pun dengan kamu yang suka belanja atau rutin membeli make up dan skin care. Hal ini akan membantu kamu benar-benar memahami pengeluaranmu setiap bulannya.
4. Mencintai diri sendiri
Satu hal yang tidak kalah pentingnya untuk mengatasi diri dari latte factor adalah dengan mencintai diri sendiri dengan menyusun perencanaan keuangan yang lebih baik. Mulai dari merencanakan pengeluaran, menulis pengeluaran tiap harinya, sampai menulis sedetail dan selengkap mungkin kebutuhan pengeluaran setiap bulannya.
Editor: Avicenna
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.