Tom Tandio (Sumber foto: Hypeabis.id/Fanny Kusumawardhani )

Wawancara Khusus Fair Director Art Jakarta 2023 Tom Tandio: Pasar Seni Rupa Sekarang Digerakkan Anak Muda

31 October 2023   |   20:00 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Setelah penantian panjang, Art Jakarta akhirnya hadir kembali di Jakarta. Tahun ini, ajang tersebut dijadwalkan berlangsung pada 17–19 November 2023 di lokasi konvensi terkemuka, JIEXPO Kemayoran, Jakarta Pusat. Tempat ini merupakan venue baru pekan seni rupa kontemporer internasional itu. 

Menempati area gabungan Hall B3 dan C3, Art Jakarta akan menghadirkan pameran yang lebih besar serta mencakup lebih banyak exhibitor. Tak hanya itu, ajang pameran tahunan  ini juga akan menampilkan berbagai program unik di dalamnya yang bisa dinikmati publik.

Baca juga: Annyeonghaseyo, Ada 7 Galeri asal Korea Selatan yang Bakal Hadir di Art Jakarta 2023

Ditemui secara khusus oleh Hypeabis.id, Tom Tandio, Fair Director Art Jakarta bercerita panjang lebar mengenai persiapan gelaran lebaran seni rupa itu. Termasuk, pandangannya terhadap potensi pasar seni rupa di Indonesia di kalangan anak  muda. Seperti apa keseruannya? Berikut petikan obrolan kami. 

Tahun ini Art Jakarta pindah ke JIEXPO, ke depannya jika melihat antusiasme akan naik apakah akan tetap dilangsungkan di sana?

Sebenarnya kami pindah dari JCC ke JIEXPO karena  gelaran KTT Asean. Ada 8 acara yang juga terdampak karena renovasi. Namun ketika kami  pindah JIEXPO, banyak juga benefitnya. Pertama, tempat ini memiliki aula (hall) seluas 10.000 meter persegi di satu hall, yaitu B3 dan C3, dan tidak terpisah, sedangkan di JCC itu terpisah.

Kedua, JIEXPo itu lebih destination place juga, artinya tempat itu lebih representatif karena traffic-nya lebih bisa ditoleransi dibanding daerah Senayan. Hal inilah yang jika membuat gelaran di JIEXPO sukses, bakal kami lanjutkan di sana tahun depan.

Jika merujuk gelaran terakhir seperti Art Jakarta Gardens, seperti apa ekspektasi gelaran tahun ini, terutama menjelang momen pemilu?

Jika melihat tahun lalu Art Jakarta Gardens yang dikemas secara event pop-up (temporer) muncul imbas karena adanya Covid-19. Selain itu kami juga ada Art Jakarta Virtual yang dilakukan secara daring. Barul pada 2022 kami mulai outdoor lewat Art Jakarta Gardens.

Saat itu, kami memang memfokuskannya hanya sekali, tapi ketika antusiasme dari pengunjung sangat ramai sepertinya juga akan menjadi program baru di Art Jakarta, yang bakal dimunculkan tiap tahunnya.

Selain itu, secara umum jika melihat pasar seni rupa Indonesia saat ini semakin bertumbuh. Hal ini bisa dilihat dengan semakin banyaknya anak-anak muda, yang mulai mengoleksi karya-karya baru yang mayoritas juga dibuat para seniman muda. 

Secara ekonomi memang saya tidak bisa membicarakan secara global, tapi dari segi seni rupa terlihat ada pertumbuhan signifikan. Di Jakarta saja sekarang mulai banyak pameran dan bermunculan galeri-galeri baru, di Art Hub misalnya, atau galeri-galeri kontemporer di mal.

Bagaimana menyikapi momen pemilu, apakah hal ini  juga akan berimbas pada kalangan kolektor?

Sejauh ini kalau ngobrol dengan banyak galeri jadi makin baik sih. Tidak ada yang mengeluh bahwa momen pemilu bakal membuat penjualan turun. Malah sekarang itu aktif sekali tiap Minggu ada pameran jadi saya pikir tidak memberi pengaruh berarti.

Namun tidak menutup kemungkinan juga bakal ada penurunan pada bulan Januari nanti ya. Beberapa galeri mungkin juga akan khawatir mengenai imbas pemilu, sehingga penjualan diprediksi tidak semasif bulan-bulan sebelumnya.

 
(Sumber foto: Hypeabis.id/Fanny Kusumawardhani)
Jika melihat regenerasi kolektor, tolok ukurnya bisa dilihat dari mana tahun ini?

Memang jika dilihat secara industri seni, pembeli itu biasanya confidential. Artinya mereka membeli satu karya dan tidak mempublikasikannya, selain itu galeri juga tidak boleh memberi tahu pada publik. Namun, sesama kolektor kan biasanya sering ngobrol karya apa yang dibeli.

Dari perbincangan sesama kolektor inilah saya bisa mengetahui semakin banyaknya anak muda yang mulai mengoleksi karya-karya baru dari seniman muda. Jadi, kalau aku lihat sekarang anak muda adalah pendorong terbesar bagi pasar seni rupa.

Dari genre dan gaya, karya-karya seperti apa yang bakal digandrungi, terutama di Art Jakarta tahun ini?

Untuk Art Jakarta secara general kami memang memiliki kebutuhan untuk memacak fine art (seni murni), hal ini karena ami lebih serius soal event, sehingga tidak spesifik merujuk pada genre tertentu. Tahun ini misalnya kita akan membawa mitra dari UOB, dan Bibit yang mengajak seniman untuk berkolaborasi membuat karya-karya baru. 

Bibit misalnya, tahun ini akan mengajak Syagini Ratna Wulan lewat karyanya yang bertajuk Glass House. Karya ini merupakan pengembangan dari Lost Verses, yang ditampilkan di Venice Biennale 2019. Uniknya karya instalasi ini belum pernah dipamerkan di Indonesia.

Selain hal tersebut, karya spesial apa lagi yang bakal ditampilkan di Art Jakarta?

Pertama, yang perlu diperhatikan adalah ruang untuk pemajangan karya. Sebab karena space-nya lebih besar, tahun ini kami akan ada pabrik artwork, Art Jakarta Spot. Jadi bakal ada sembilan seniman yang akan menghadirkan karya instalasi terbaru mereka di perhelatan ini.

Kedua, tahun ini partner kami banyak sekali. Mulai dari berbagai brand besar yang masing bakal menampilkan karya seni yang unik, dan keren. Selain itu dari total galeri yang mengikuti saat ini ada 68 galeri dengan 40 galeri dari dalam dan 28 galeri dari luar negeri.

Bagaimana Anda melihat potensi pasar seni rupa Indonesia dibanding negara-negara lain di Asia Tenggara?

Nomor satu. Indonesia itu hampir 60 persen dari seluruh market di pasar seni rupa di Asia Tenggara. Kami juga paling banyak kolektor dan seniman, sehingga pasar otomatis memiliki segmentasi paling besar.

Tak hanya itu, teman-teman kolektor dari Singapura, Thailand, dan Vietnam juga mengoleksi karya seniman Indonesia. Meskipun mereka juga mengoleksi karya seniman lokal, tapi banyak juga yang memburu karya seniman Tanah Air.

Dari seri target jika merujuk dari gelaran sebelumnya kami optimistis menargetkan 40.000 pengunjung. Terlebih jika melihat spot yang menurutku ini menjadi sesuatu yang baru karena di JCC kan sudah sekian tahun, sehingga kami ingin membuat sesuatu yang berbeda.

Baca juga: Wawancara Khusus Fair Director Art Jakarta Gardens Tom Tandio: Pasar Seni di Indonesia akan Tumbuh Masif

Editor: Dika Irawan
 

SEBELUMNYA

Viral Obelix Sea View, Wisata Anyar di Jogja

BERIKUTNYA

Film Srimulat: Hidup Memang Komedi Angkat Kembali Kisah Grup Lawak Legendaris

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: