Ilustrasi (Photo by Arina Krasnikova from Pexels)

Suka Makan Kol Goreng? Perhatikan Dampak Buruknya

06 August 2021   |   15:08 WIB
Image
Nirmala Aninda Asisten Manajer Konten Hypeabis.id

Siapa di sini yang kalau makan ayam goreng atau pecel lele harus ditemani dengan tambahan kol goreng? Kalau GenHype termasuk salah satunya, GenHype perlu simak artikel berikut. Sebab walaupun rasanya enak, kol yang digoreng memiliki potensi dampak buruk.

Kol belakangan ini memang tidak lagi hanya menjadi pelengkap sayuran lalapan, tapi mulai menjadi menu sendiri. Rasa kol yang gurih ketika digoreng dengan minyak bekas menggoreng ayam dan ikan disebut memberikan kenikmatan tersendiri dibandingkan dengan kol mentah.

Meski demikian, terlalu sering mengkonsumsi kol goreng ternyata tidak baik untuk kesehatan. Menurut Hello Sehat, berikut ini adalah beberapa dampak buruk dari mengkonsumsi terlalu banyak kol goreng:

1. Kalori Berlebih
Sebelum diolah, kol sangat rendah kalori. Setengah bonggol kol mentah seberat 100 gram diperkirakan hanya mengandung 22 kalori—karena 92 persen dari bobot kol merupakan air.

Ketika digoreng, kalori pada kol menjadi lebih tinggi karena ada kalori ekstra dari minyak goreng yang terserap oleh daun kol.

Kalau satu sendok makan minyak goreng memiliki hampir 45 kalori, bayangkan berapa banyak kalori yang dikonsumsi dalam sekali makan.

2. Kandungan Nutrisi Rusak
GenHype tahu, enggak? Kol sangat kaya akan nutrisi. 

Seratus gram kol segar mengandung 2,1 gram protein, 0,5 gram lemak, dan 3,6 gram karbohidrat. Sayuran ini juga kaya serat, vitamin C, vitamin B kompleks, vitamin K, serta mineral seperti kalsium, fosfor, dan mangan.

Sayangnya, proses menggoreng di suhu tinggi bisa merusak nutrisi, seperti dilansir studi Journal of Agricultural and Food Chemistry. Mengukus, merebus, dan menumis merupakan cara memasak yang lebih sehat untuk menjaga nutrisi sayuran.

3. Meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke
Meski lezat, kol goreng nyatanya tidak bersahabat dengan jantung. Saat dipanaskan melampaui titik asapnya, struktur kimia minyak akan berubah. 

Pengolahan berulang dengan minyak yang sama juga dapat mengubah minyak menjadi lemak trans. Lemak trans adalah lemak jahat yang bisa meningkatkan kolesterol jahat dan memicu pembentukan plak pada pembuluh darah. 

Lambat laun, plak tersebut akan menghambat aliran darah, sehingga mengakibatkan stroke, penyakit jantung, hingga serangan jantung.

4. Meningkatkan risiko kanker
Kol memiliki senyawa antikanker yang disebut sulphoraphane. Sulphoraphane dapat menghambat enzim histone deacetylase. Enzim ini berperan dalam perkembangan berbagai jenis kanker, termasuk kanker kulit, pankreas, dan prostat.

Namun, proses pengolahan kol goreng justru memicu pembentukan acrylamide yang bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker). Acrylamide diketahui berperan dalam perkembangan kanker rahim, ovarium, paru-paru, ginjal, dan kerongkongan.


GenHype, menggoreng kol memang akan meningkatkan cita rasanya, tapi manfaat dan nilai nutrisinya justru berkurang. Mengonsumsi kol yang digoreng bahkan bisa meningkatkan risiko sejumlah penyakit termasuk stroke, penyakit jantung, hingga beragam kanker.

Jika memang sangat menyukai kol goreng, usahakan mengurangi konsumsinya. Atau sebagai alternatifnya, cobalah membuat kol dengan ditumis menggunakan sedikit minyak (minyak bersih dan sekali pakai) atau dimasak di air-fryer tanpa menggunakan minyak.


Editor: Avicenna

SEBELUMNYA

RIset: Penggemar Esports di Indonesia Kebanyakan Berusia di Bawah 18 Tahun

BERIKUTNYA

Sukses Jualan Pulsa dan Paket Data Usai Kena PHK, Ini Tipsnya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: