Kekerasan Emosional dalam Sebuah Hubungan, Sering Terjadi Tanpa Disadari
31 October 2023 |
06:35 WIB
Kekerasan merupakan tindakan yang dilakukan oleh orang lain dengan tujuan menindas yang lemah hingga terus merasakan penderitaan. Kekerasan dapat terjadi dalam bentuk fisik maupun psikis. Keduanya sama-sama memiliki dampak yang merugikan bagi para korban.
Kekerasan psikis, meski tidak mengarah langsung kepada tubuh fisik seseorang tapi tidak kalah berbahaya. Salah satu bentuknya adalah kekerasan emosional, yang dilakukan secara tidak langsung lewat perilaku yang merugikan orang lain. Umumnya, tujuan dalam kekerasan emosional adalah untuk membuat korban merasakan kelemahan atas perasaan dan harga dirinya.
Bahkan, seseorang melakukan kekerasan emosional untuk menakuti atau mengontrol orang lain, sehingga dampak yang ditimbulkan dapat merusak kesehatan mental.
Baca juga: Waspadai 5 Tanda Kekerasan Terhadap Pasangan yang Masih Dianggap Biasa
Kekerasan emosional sering terjadi pada suatu hubungan asmara antarpasangan. Banyak orang lebih menyadari bahwa kekerasan fisik adalah satu-satunya hal berbahaya yang perlu dihindari dalam sebuah hubungan. Padahal, kekerasan emosional juga perlu diperhatikan karena sama berbahayanya walaupun tidak melukai secara fisik. Melainkan, membahayakan psikologis, mental serta spiritual seseorang.
Menurut National Association of Adults Survivors of Child Abuse, banyak korban tidak menyadari bahwa mereka sedang mengalami atau merasakan kekerasan emosional dari orang terdekatnya. Hal itu dikarenakan kekerasan ini sering kali dilakukan dengan sangat halus sehingga korban tidak menyadarinya.
Kekerasan umumnya dilakukan secara tidak langsung melalui perilaku yang manipulatif, seperti merendahkan atau meremehkan pasangan bahkan sampai mencaci, mengancam, dan mengintimidasi. Hal ini bisa berawal dari sikap posesif terhadap pasangan.
Tidak seperti kekerasan fisik dan kekerasan seksual yang bisa gampang disadari, kekerasan emosional ini sering terjadi secara halus sehingga membingungkan korbannya. Berawal dari bagaimana membuat pasangan begitu mempercayainya, lalu mereka dimanipulasi serta merusak keyakinan pada diri korban.
Kekerasan emosional dapat berlaku pada laki-laki dan perempuan. Keduanya bisa jadi pelaku atau korban.
Untuk menghindari hal-hal tersebut, penting untuk Genhype mengenali tanda-tanda kekerasan emosional yang mungkin terjadi di hubungan sebagaimana dilansir dari laman Health Central berikut ini
1. Posesif & memberi batas berlebihan
Posesif berawal dari rasa cemburu, rasa ingin diperhatikan oleh pasangan, dan keingintahuan akan apa yang dilakukan pasangan secara berlebihan. Hal ini akan membentuk sikap posesif yang tidak baik bagi hubungan.
Posesif bermula dari beberapa hal yang dibuat dengan alasan untuk mencegah terjadinya perselingkuhan. Contoh paling lazim adalah membatasi apa yang dilakukan oleh pasangan. Jika ingin melakukan sesuatu harus atas izin pasangan sehingga apa yang boleh dilakukan hanya berdasarkan izinnya.
Padahal, cemburu itu normal, jika masih dalam batasan wajar. Justru, cemburu yang berlebihan hingga membentuk sikap posesif hanya akan membuat pasangan justru bersikap kasar.
2. Kasar secara verbal
Jika pasangan sering menggunakan ungkapan yang kasar, itu adalah ciri-ciri kekerasan emosional. Tak hanya itu, jika kalian merasa marah atau tidak suka dengan hal itu, dia justru akan menyalahkan dan menyebutnya terlalu sensitif.
Tidak ada hal yang lebih menyakitkan ketimbang menerima ungkapan atau panggilan yang negatif dari pasangan/orang terdekat. Terlebih, jika saat kalian menegurnya justru dia akan beralasan bahwa itu hanya sebuah candaan. Tidak sering disadari, bahwa pasangan yang seperti itu sudah melecehkan kalian secara emosional
3. Membuat ancaman sehingga pasangan merasa takut
Dalam sebuah hubungan, pasangan seharusnya saling melindungi dan memberikan rasa aman, bukan sebaliknya. Melakukan kekerasan atau mendominasi untuk mencoba menguasai pasangan merupakan perilaku yang akan membuat orang lain takut dan tertekan.
Jika pasangan mulai mengancam, ini adalah tanda bahaya. Bentuk ancaman bisa bermacam-macam, seperti akan meninggalkan atau menyebarkan hal-hal yang seharusnya menjadi urusan pribadi. Secara tidak langsung, hal itu membuat kalian terpaksa bertahan dan bergantung pada pasangan, tekanan batin ini tidak baik bagi kesehatan emosional.
4. Membuat selalu merasa bersalah
Pasangan yang sengaja merendahkan, membuat tidak berdaya, dan selalu membuat kalian merasa bersalah agar terus-terusan meminta maaf padahal, hal itu bukan kesalahan kalian, merupakan salah satu bentuk kekerasan emosional yang patut diwaspadai. Pasalnya, jika hal ini dibiarkan, maka akan menjadi kebiasaan dan berpengaruh buruk untuk kesehatan mental.
5. Selalu meremehkan pasangan
Seseorang yang melakukan kekerasan emosional cenderung berpikir bahwa dirinya berkuasa sehingga harus mendapat pelayanan dari pasangan. Bila berdiskusi atau bertengkar, mereka akan menolak untuk mendengarkan dan membuat kalian merasa tidak dihargai.
Selain itu, pasangan sering merendahkan dan tidak mengapresiasi sebuah pemberian. Hal-hal seperti ini akan menjatuhkan harga diri seseorang. Padahal, dukungan dari pasangan sangat berarti untuk menumbuhkan rasa percaya diri.
Baca juga: Cegah Kekerasan Remaja, Ortu Perlu Sering Ngobrol & Dengarkan Pendapat Anak
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Kekerasan psikis, meski tidak mengarah langsung kepada tubuh fisik seseorang tapi tidak kalah berbahaya. Salah satu bentuknya adalah kekerasan emosional, yang dilakukan secara tidak langsung lewat perilaku yang merugikan orang lain. Umumnya, tujuan dalam kekerasan emosional adalah untuk membuat korban merasakan kelemahan atas perasaan dan harga dirinya.
Bahkan, seseorang melakukan kekerasan emosional untuk menakuti atau mengontrol orang lain, sehingga dampak yang ditimbulkan dapat merusak kesehatan mental.
Baca juga: Waspadai 5 Tanda Kekerasan Terhadap Pasangan yang Masih Dianggap Biasa
Kekerasan emosional sering terjadi pada suatu hubungan asmara antarpasangan. Banyak orang lebih menyadari bahwa kekerasan fisik adalah satu-satunya hal berbahaya yang perlu dihindari dalam sebuah hubungan. Padahal, kekerasan emosional juga perlu diperhatikan karena sama berbahayanya walaupun tidak melukai secara fisik. Melainkan, membahayakan psikologis, mental serta spiritual seseorang.
Menurut National Association of Adults Survivors of Child Abuse, banyak korban tidak menyadari bahwa mereka sedang mengalami atau merasakan kekerasan emosional dari orang terdekatnya. Hal itu dikarenakan kekerasan ini sering kali dilakukan dengan sangat halus sehingga korban tidak menyadarinya.
Kekerasan umumnya dilakukan secara tidak langsung melalui perilaku yang manipulatif, seperti merendahkan atau meremehkan pasangan bahkan sampai mencaci, mengancam, dan mengintimidasi. Hal ini bisa berawal dari sikap posesif terhadap pasangan.
Tidak seperti kekerasan fisik dan kekerasan seksual yang bisa gampang disadari, kekerasan emosional ini sering terjadi secara halus sehingga membingungkan korbannya. Berawal dari bagaimana membuat pasangan begitu mempercayainya, lalu mereka dimanipulasi serta merusak keyakinan pada diri korban.
Kekerasan emosional dapat berlaku pada laki-laki dan perempuan. Keduanya bisa jadi pelaku atau korban.
Tanda-tanda kekerasan emosional
Banyak yang tidak menyadari adanya kekerasan emosional karena dilakukan dengan secara perlahan, padahal dampaknya begitu dahsyat. Selain dapat mencoreng harga diri, ini juga bisa membuat seseorang menjadi tidak percaya diri hingga membuat korbannya mengalami trauma dan depresi.Untuk menghindari hal-hal tersebut, penting untuk Genhype mengenali tanda-tanda kekerasan emosional yang mungkin terjadi di hubungan sebagaimana dilansir dari laman Health Central berikut ini
1. Posesif & memberi batas berlebihan
Posesif berawal dari rasa cemburu, rasa ingin diperhatikan oleh pasangan, dan keingintahuan akan apa yang dilakukan pasangan secara berlebihan. Hal ini akan membentuk sikap posesif yang tidak baik bagi hubungan.
Posesif bermula dari beberapa hal yang dibuat dengan alasan untuk mencegah terjadinya perselingkuhan. Contoh paling lazim adalah membatasi apa yang dilakukan oleh pasangan. Jika ingin melakukan sesuatu harus atas izin pasangan sehingga apa yang boleh dilakukan hanya berdasarkan izinnya.
Padahal, cemburu itu normal, jika masih dalam batasan wajar. Justru, cemburu yang berlebihan hingga membentuk sikap posesif hanya akan membuat pasangan justru bersikap kasar.
2. Kasar secara verbal
Jika pasangan sering menggunakan ungkapan yang kasar, itu adalah ciri-ciri kekerasan emosional. Tak hanya itu, jika kalian merasa marah atau tidak suka dengan hal itu, dia justru akan menyalahkan dan menyebutnya terlalu sensitif.
Tidak ada hal yang lebih menyakitkan ketimbang menerima ungkapan atau panggilan yang negatif dari pasangan/orang terdekat. Terlebih, jika saat kalian menegurnya justru dia akan beralasan bahwa itu hanya sebuah candaan. Tidak sering disadari, bahwa pasangan yang seperti itu sudah melecehkan kalian secara emosional
3. Membuat ancaman sehingga pasangan merasa takut
Dalam sebuah hubungan, pasangan seharusnya saling melindungi dan memberikan rasa aman, bukan sebaliknya. Melakukan kekerasan atau mendominasi untuk mencoba menguasai pasangan merupakan perilaku yang akan membuat orang lain takut dan tertekan.
Jika pasangan mulai mengancam, ini adalah tanda bahaya. Bentuk ancaman bisa bermacam-macam, seperti akan meninggalkan atau menyebarkan hal-hal yang seharusnya menjadi urusan pribadi. Secara tidak langsung, hal itu membuat kalian terpaksa bertahan dan bergantung pada pasangan, tekanan batin ini tidak baik bagi kesehatan emosional.
4. Membuat selalu merasa bersalah
Pasangan yang sengaja merendahkan, membuat tidak berdaya, dan selalu membuat kalian merasa bersalah agar terus-terusan meminta maaf padahal, hal itu bukan kesalahan kalian, merupakan salah satu bentuk kekerasan emosional yang patut diwaspadai. Pasalnya, jika hal ini dibiarkan, maka akan menjadi kebiasaan dan berpengaruh buruk untuk kesehatan mental.
5. Selalu meremehkan pasangan
Seseorang yang melakukan kekerasan emosional cenderung berpikir bahwa dirinya berkuasa sehingga harus mendapat pelayanan dari pasangan. Bila berdiskusi atau bertengkar, mereka akan menolak untuk mendengarkan dan membuat kalian merasa tidak dihargai.
Selain itu, pasangan sering merendahkan dan tidak mengapresiasi sebuah pemberian. Hal-hal seperti ini akan menjatuhkan harga diri seseorang. Padahal, dukungan dari pasangan sangat berarti untuk menumbuhkan rasa percaya diri.
Baca juga: Cegah Kekerasan Remaja, Ortu Perlu Sering Ngobrol & Dengarkan Pendapat Anak
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.