Ingat Gaes, Harga Jam Tangan Diperkirakan Makin Mahal Imbas Penguatan Dolar AS
24 October 2023 |
07:56 WIB
Bagi kalian yang hendak mencari jam tangan, sepertinya harus bersabar terlebih dahulu. Sebab, kenaikan kurs dolar terhadap rupiah belakangan ini, diyakini berpengaruh pada harga aksesori fesyen tersebut. Dalam beberapa hari terakhir ini, nilai tukar rupiah hampir menyentuh Rp16.000 per dolar AS.
“Harga dolar sangat mempengaruhi penjualan kami tetapi tidak menyurutkan semangat kami untuk percaya bahwa kalau kami dikasih tantangan, berarti kami diberikan PR,” ujar CEO The Watch Co. Erick Susanto kepada Hypeabis.id saat ditemui di Pacific Place, Jakarta, Senin (23/10/2023).
Baca juga: 4 Merek Jam Tangan Terkenal yang Jadi Simbol Gaya Hidup dan Prestise
Meskipun harga jam tangan ikut naik karena pelemahan rupiah atas dolar, Erick optimistis terhadap penjualan di Watch Co. Dia menyebut timnya sudah matang dalam menghadapi kondisi yang tidak menentu.
Dia mengungkapkan saat pandemi 2020 saja, perusahaan mampu meningkatkan penjualan hingga 30 persen secara online. Sebelumnya pada Maret-April 2020, penjualan turun sampai 95 persen. Memiliki 23 gerai offline, tahun ini Erick melihat pertumbuhan penjualan di Watch Co. sebanyak 25 persen dari tahun lalu.
“Sampai Desember positif growth 35 persen di tahun ini. Saya rasa itu pencapaian luar biasa, recovery luar biasa,” ucapnya menyampaikan target penjualan hingga akhir tahun.
Untuk mencapai target tersebut dan mengatasi kenaikan dolar, tim Watch Co. berdiskusi dengan partner di luar negeri untuk bekerja sama dalam produksi jam. Dengan demikian, kenaikan harga di masa depan bisa diatasi. “Harapannya bisa produksi di Indonesia. Ini harapan pemerintah sekarang. Saya percaya itu mimpi besar dan mulia,” tuturnya.
Sementara itu, Erick melihat sejauh ini jam tradisional masih menjadi produk yang paling laris di Watch Co. dibandingkan dengan jam pintar atau smartwatch. Dia percaya jam tradisional tetap membawa nafas baru, semangat baru, perubahan desain yang lebih fresh, dan memiliki pangsa marketnya tersendiri. “Komunitasnya masih besar. Di kami penjualannya 90 persen,” imbuhnya.
Kenaikan harga jam tangan mungkin tidak berpengaruh terhadap minat konsumen. Dalam beberapa waktu terakhir, banyak konsumen yang membeli jam tangan mewah.
Mengutip laporan dari Brain & Co. CNBC, Gen Z yang mendorong pertumbuhan pasar barang mewah pada tahun lalu. Tahun ini, mereka diperkirakan akan meningkatkan ukuran pasar jam tangan mewah antara 3-8 persen tergantung pada perekonomian Eropa, Amerika, dan Tiongkok.
Sementara itu, industri jam tangan Swiss saat ini memimpin pasar global bernilai US$24,39 miliar dan diperkirakan akan meningkat menjadi 3,25 persen atau menjadi US$31,50 miliar antara 2022-2029.
Di Indonesia, sejumlah brand gencar meluncurkan jam tangan terbaru. Salah satunya Garmin yang meluncurkan Venu 3 dan vívoactive 5. Adapun Garmin Venu 3 dijual sekitar Rp8 juta di pasar Indonesia. Sementara itu, vívoactive 5 dibanderol Rp5,4 juta.
Baca juga: 3 Merek Jam Tangan Mewah Penyandang Gelar The Holy Trinity of Watches, Tidak Ada Rolex
Editor: Dika Irawan
“Harga dolar sangat mempengaruhi penjualan kami tetapi tidak menyurutkan semangat kami untuk percaya bahwa kalau kami dikasih tantangan, berarti kami diberikan PR,” ujar CEO The Watch Co. Erick Susanto kepada Hypeabis.id saat ditemui di Pacific Place, Jakarta, Senin (23/10/2023).
Baca juga: 4 Merek Jam Tangan Terkenal yang Jadi Simbol Gaya Hidup dan Prestise
Meskipun harga jam tangan ikut naik karena pelemahan rupiah atas dolar, Erick optimistis terhadap penjualan di Watch Co. Dia menyebut timnya sudah matang dalam menghadapi kondisi yang tidak menentu.
Dia mengungkapkan saat pandemi 2020 saja, perusahaan mampu meningkatkan penjualan hingga 30 persen secara online. Sebelumnya pada Maret-April 2020, penjualan turun sampai 95 persen. Memiliki 23 gerai offline, tahun ini Erick melihat pertumbuhan penjualan di Watch Co. sebanyak 25 persen dari tahun lalu.
“Sampai Desember positif growth 35 persen di tahun ini. Saya rasa itu pencapaian luar biasa, recovery luar biasa,” ucapnya menyampaikan target penjualan hingga akhir tahun.
Untuk mencapai target tersebut dan mengatasi kenaikan dolar, tim Watch Co. berdiskusi dengan partner di luar negeri untuk bekerja sama dalam produksi jam. Dengan demikian, kenaikan harga di masa depan bisa diatasi. “Harapannya bisa produksi di Indonesia. Ini harapan pemerintah sekarang. Saya percaya itu mimpi besar dan mulia,” tuturnya.
Sementara itu, Erick melihat sejauh ini jam tradisional masih menjadi produk yang paling laris di Watch Co. dibandingkan dengan jam pintar atau smartwatch. Dia percaya jam tradisional tetap membawa nafas baru, semangat baru, perubahan desain yang lebih fresh, dan memiliki pangsa marketnya tersendiri. “Komunitasnya masih besar. Di kami penjualannya 90 persen,” imbuhnya.
Kenaikan harga jam tangan mungkin tidak berpengaruh terhadap minat konsumen. Dalam beberapa waktu terakhir, banyak konsumen yang membeli jam tangan mewah.
Mengutip laporan dari Brain & Co. CNBC, Gen Z yang mendorong pertumbuhan pasar barang mewah pada tahun lalu. Tahun ini, mereka diperkirakan akan meningkatkan ukuran pasar jam tangan mewah antara 3-8 persen tergantung pada perekonomian Eropa, Amerika, dan Tiongkok.
Sementara itu, industri jam tangan Swiss saat ini memimpin pasar global bernilai US$24,39 miliar dan diperkirakan akan meningkat menjadi 3,25 persen atau menjadi US$31,50 miliar antara 2022-2029.
Di Indonesia, sejumlah brand gencar meluncurkan jam tangan terbaru. Salah satunya Garmin yang meluncurkan Venu 3 dan vívoactive 5. Adapun Garmin Venu 3 dijual sekitar Rp8 juta di pasar Indonesia. Sementara itu, vívoactive 5 dibanderol Rp5,4 juta.
Baca juga: 3 Merek Jam Tangan Mewah Penyandang Gelar The Holy Trinity of Watches, Tidak Ada Rolex
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.