Ilustrasi anak disleksia (Sumber Foto: Freepik)

Mengenal Gejala, Penyebab & Terapi Disleksia pada Anak

20 October 2023   |   13:02 WIB
Image
Kintan Nabila Jurnalis Hypeabis.id

Ketika anak belajar membaca, mereka akan mengenal bentuk-bentuk abjad dan mengetahui bunyi apa yang dihasilkan setiap huruf. Misalnya K menghasilkan suara ka, atau C menghasilkan suara ce. Selanjutnya mereka belajar bagaimana cara menyusun suara-suara itu untuk membentuk sebuah kata. Misalnya, K-U-C-I-N-G dibaca kucing.

Namun, bagi anak-anak yang mengidap disleksia, otak mereka mengalami kesulitan untuk menghubungkan huruf dengan suara yang dibuat menjadi sebuah kata. Kucing mungkin bisa dibaca sebagai gnicuk oleh mereka. Kondisi ini, akhirnya membuat proses belajar membaca, menulis, dan mengeja menjadi terhambat. 

Baca juga: Takaran Tepat MPASI Anak, Perlukah Menambahkan Sayur?

Mengutip WebMD, disleksia dikategorikan sebagai gangguan saraf pada bagian otak yang memproses bahasa. Meskipun menyebabkan kesulitan dalam membaca, menulis, dan mengeja, penyakit ini tidak memengaruhi tingkat kecerdasan anak. 

Disleksia tidak hanya dialami oleh anak-anak, tapi juga orang dewasa. Oleh karenanya butuh penanganan yang tepat sejak dini untuk mengatasi disleksia. Yuk, simak gejala, penyebab, dan penanganannya.
 

Penyebab Disleksia

Di dunia media, belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan seseorang mengalami disleksia. Sejumlah hipotesis muncul, bahwa kondisi ini dikaitkan dengan kelainan genetik dari keluarga yang memengaruhi kinerja otak dalam proses membaca dan berbahasa. 

Namun, ada juga penyebab lainnya seperti kelahiran prematur atau terlahir dengan berat badan rendah, bayi yang lahir dari ibu pengguna obat-obatan, alkohol, perokok, atau pernah mengalami infeksi yang memengaruhi perkembangan otak janin, memiliki kelainan pada struktur otak yang berperan dalam proses berpikir dan mengolah kata.
 

Gejala Disleksia

Disleksia bisa menimbulkan gejala yang berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Gejala ini juga bisa muncul pada usia berapa pun, tapi umumnya terjadi pada anak usia dini sejak masih belajar membaca. Sejumlah gejala yang mungkin dialami pengidapnya mulai dari kesulitan belajar membaca.

Pengidap disleksia mungkin mengalami kesulitan membaca walaupun tingkat kecerdasannya normal. Anak akan terlihat lebih lamban dalam membaca, mempelajari huruf, mengucapkan angka dan kata, serta memposisikan urutan huruf menjadi sebuah kata atau kalimat.

Selain itu, mereka juga berbicara dengan sangat lambat. Terkadang mereka salah saat mengucapkan kata atau membedakan bunyi kata yang berbeda. Anak juga mengalami tumbuh kembang yang lebih lambat dibandingkan anak seusianya, seperti merangkak, berjalan, atau berbicara.

Gejala lainnya ditandai dengan kesulitan mengkoordinasikan gerak tubuh, sehingga anak terlihat lebih lemah dibandingkan anak lain seusianya. Mereka sulit mengkoordinasikan mata dengan gerakan tangan. Kondisi ini bisa diamati saat mereka menangkap bola. Anak juga cenderung lebih mudah terserang penyakit seperti alergi, demam, eksim, atau asma. 
 

Ilustrasi disleksia (Sumber: Freepik)

Ilustrasi disleksia (Sumber: Freepik)

Diagnosis Disleksia

Untuk mengidentifikasi apakah anak mengidap disleksia atau tidak, segera periksakan ke dokter. Pada tahap awal, dokter akan bertanya seputar gejala dan riwayat penyakit dalam keluarga, lalu dilanjutkan dengan tes kemampuan bicara, hingga tes pengenalan huruf atau angka, serta tes pemahaman makna dan isi bacaan. Dalam beberapa kasus, tes psikologi juga mungkin dilakukan untuk memahami kondisi kejiwaan anak.

Serangkaian tes tersebut akan membantu dokter dalam menilai hal-hal seperti keterampilan berbahasa lisan, baik mendengarkan maupun berbicara, pengenalan kata, penamaan cepat, memori kerja verbal auditori, penguraian huruf, ejaan, pemrosesan fonologis, tingkat membaca atau kelancaran, pemahaman membaca, dan kosakata. Setelahnya dokter akan menyimpulkan apakah anak mengidap disleksia atau tidak.
 

Penanganan Disleksia

Sebetulnya disleksia tidak dapat disembuhkan. Namun, terapi yang tepat dapat dilakukan untuk melatih anak supaya dapat mengejar ketertinggalannya di sekolah. Terdapat sejumlah terapi yang bisa dilakukan pada pengidap disleksia, seperti berikut ini.
 

Terapi Orton-Gillingham

Pada metode ini, pengidap disleksia dapat mencocokkan huruf dengan suara dan mengenali cara pengucapan huruf tersebut. Metode ini fokus untuk mengajarkan anak membaca pada tingkatan kata. 
 

Instruksi Multisensori

Metode ini mengajarkan anak untuk menggunakan seluruh inderanya seperti sentuhan, penglihatan, pendengaran, penciuman, dan gerakan untuk membantunya belajar. Metode ini memungkinkan anak untuk belajar menggunakan indera terkuatnya dan meningkatkan kemampuan indera terlemahnya.
 

Terapi Metode Fonik

Metode ini memanfaatkan kemampuan visual dan auditori anak. Caranya yakni menamakan huruf sesuai dengan bunyi bacaannya. Misalnya, huruf B yang dibunyikan be, huruf C dibunyikan ce, dan lainnya.

Anak juga akan diajarkan mengeja, membaca, menulis, memahami huruf dan susunan huruf pada suatu kata, serta menyusun suatu kalimat untuk memahami kosa kata baru. 

Baca juga: Hypereport: Cerdas dalam Memilah dan Memilih Makanan Demi Kesehatan Keluarga dan Anak

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Intip Profil Krishna Patil, Pemimpin Baru Ericsson Indonesia

BERIKUTNYA

Kalian Jangan Berharap Ada Gerai McDonald’s di 5 Negara Ini

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: