Cara Tangani Disleksia, Gangguan Belajar yang Juga Dialami Deddy Corbuzier
23 September 2021 |
13:41 WIB
Bunda, jangan buru-buru marah ya kalau anak kamu kesulitan mengeja atau mengenal huruf. Bisa jadi si kecil mengalami disleksia, gangguan belajar yang ditandai dengan kesulitan membaca, menulis, atau mengeja karena kesulitan dalam mengidentifikasi kata-kata yang diucapkan, dan mengubahnya menjadi huruf atau kalimat.
Gangguan belajar ini masuk ke dalam gangguan saraf pada bagian batang otak. Bagian otak inilah yang memproses bahasa. Adapun disleksia cenderung diturunkan dalam keluarga dan akan dialami seumur hidup.
Faktor risiko lain yakni kelahiran prematur atau berat badan lahir rendah, hingga adanya paparan nikotin, obat-obatan, alkohol atau infeksi selama kehamilan yang dapat mengubah perkembangan otak pada janin.
Anak yang mengalami disleksia bukan berarti bodoh ya bun. Dalam beberapa kasus, anak dengan disleksia justru tergolong cerdas. Lihat saja artis serba bisa Deddy Corbuzier, dia juga mengalami disleksia.
Tanda-tanda disleksia mungkin sulit dikenali sebelum anak masuk sekolah, Namun mengutip Mayo Clinic, gejalanya bisa berupa terlambat bicara, belajar kata-kata baru secara perlahan, memiliki masalah membentuk kata-kata dengan benar, kesulitan mengingat atau menamai huruf, angka, serta warna. Serta, kesulitan mempelajari lagu anak-anak.
Kondisinya akan makin jelas ketika anak mulai belajar membaca. Misalnya, perkembangan membaca dan bicara yang lamban dan jauh di bawah anak seusianya. Mengalami masalah dalam memproses dan memahami apa yang didengar, kesulitan menemukan kata yang tepat atau menjawab pertanyaan, kesulitan mengingat sesuatu, lamban dalam mempelajari nama dan bunyi abjad.
Anak dengan disleksia juga kesulitan mengingat persamaan dan perbedaan huruf serta kata, tidak mampu mengucapkan kata yang tidak dikenal, kesulitan mengeja, butuh waktu sangat lama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang melibatkan membaca atau menulis, sering menulis terbalik, hingga selalu ingin menghindari aktivitas membaca dan menulis.
Bunda harus memperhatikan tanda-tanda ini sebab jika disleksia tidak terdiagnosis dan tidak diobati, kesulitan yang dialami pada masa kanak-kanak bisa berlanjut hingga dewasa.
Jika menemui sejumlah tanda yang mengarak kepada disleksia, bunda sebaiknya segera menemui dokter. Untuk melakukan diagnosa biasanya dokter akan melakukan beberapa tes mulai dari masalah pendidikan dan riwayat kesehatan, kehidupan anak di rumah, tes untuk mengidentifikasi kemampuan membaca dan bahasa.
Lalu tes penglihatan, pendengaran, dan otak (neurologis). Selanjutnya tes psikologis dan menguji keterampilan membaca dan keterampilan akademik lainnya.
Adapun tidak ada cara untuk memperbaiki kelainan otak yang menyebabkan disleksia. Akan tetapi disleksia dapat diobati dengan menggunakan pendekatan dan teknik pendidikan khusus, semakin cepat intervensi dimulai, semakin baik.
Nah, tes psikologis yang dijalani sebelumnya akan membantu guru mengembangkan program pengajaran yang sesuai. Guru dapat menggunakan teknik yang melibatkan pendengaran, penglihatan dan sentuhan untuk meningkatkan keterampilan membaca.
Berikut langkah untuk orang tua dalam menangani anak dengan disleksia :
1. Atasi masalah lebih awal.
Jika kamu mencurigai si kecil menderita disleksia, bicarakan dengan dokter anak. Intervensi dini dapat meningkatkan keberhasilan.
2. Bacakan dengan lantang.
Kamu bisa membacakan cerita dengan lantang saat anak berusia enam bulan atau kurang dari itu. Cobalah mendengarkan rekaman buku bersama anak, etika mereka sudah cukup besar, bacakan cerita bersama setelah anak kamu mendengarnya.
3. Bekerja sama dengan sekolah anak.
Bicaralah dengan guru tentang bagaimana sekolah akan membantunya berhasil mengatasi kondisi ini.
4. Mendorongnya untuk belajar membaca.
Untuk meningkatkan keterampilan membaca, seorang anak harus berlatih membaca. Sebagai seorang ibu, berikan motivasi pada anak dan temani dia saat belajar membaca. Sabar itu kuncinya ya bun.
5. Berikan contoh untuk membaca.
Luangkan waktu untuk membaca setiap hari, dengan demikian anak akan menirunya. Tunjukkan pada anak bahwa membaca itu menyenangkan.
Editor: M R Purboyo
Gangguan belajar ini masuk ke dalam gangguan saraf pada bagian batang otak. Bagian otak inilah yang memproses bahasa. Adapun disleksia cenderung diturunkan dalam keluarga dan akan dialami seumur hidup.
Faktor risiko lain yakni kelahiran prematur atau berat badan lahir rendah, hingga adanya paparan nikotin, obat-obatan, alkohol atau infeksi selama kehamilan yang dapat mengubah perkembangan otak pada janin.
Anak yang mengalami disleksia bukan berarti bodoh ya bun. Dalam beberapa kasus, anak dengan disleksia justru tergolong cerdas. Lihat saja artis serba bisa Deddy Corbuzier, dia juga mengalami disleksia.
Tanda-tanda disleksia mungkin sulit dikenali sebelum anak masuk sekolah, Namun mengutip Mayo Clinic, gejalanya bisa berupa terlambat bicara, belajar kata-kata baru secara perlahan, memiliki masalah membentuk kata-kata dengan benar, kesulitan mengingat atau menamai huruf, angka, serta warna. Serta, kesulitan mempelajari lagu anak-anak.
Kondisinya akan makin jelas ketika anak mulai belajar membaca. Misalnya, perkembangan membaca dan bicara yang lamban dan jauh di bawah anak seusianya. Mengalami masalah dalam memproses dan memahami apa yang didengar, kesulitan menemukan kata yang tepat atau menjawab pertanyaan, kesulitan mengingat sesuatu, lamban dalam mempelajari nama dan bunyi abjad.
Anak dengan disleksia juga kesulitan mengingat persamaan dan perbedaan huruf serta kata, tidak mampu mengucapkan kata yang tidak dikenal, kesulitan mengeja, butuh waktu sangat lama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang melibatkan membaca atau menulis, sering menulis terbalik, hingga selalu ingin menghindari aktivitas membaca dan menulis.
Bunda harus memperhatikan tanda-tanda ini sebab jika disleksia tidak terdiagnosis dan tidak diobati, kesulitan yang dialami pada masa kanak-kanak bisa berlanjut hingga dewasa.
Jika menemui sejumlah tanda yang mengarak kepada disleksia, bunda sebaiknya segera menemui dokter. Untuk melakukan diagnosa biasanya dokter akan melakukan beberapa tes mulai dari masalah pendidikan dan riwayat kesehatan, kehidupan anak di rumah, tes untuk mengidentifikasi kemampuan membaca dan bahasa.
Lalu tes penglihatan, pendengaran, dan otak (neurologis). Selanjutnya tes psikologis dan menguji keterampilan membaca dan keterampilan akademik lainnya.
Adapun tidak ada cara untuk memperbaiki kelainan otak yang menyebabkan disleksia. Akan tetapi disleksia dapat diobati dengan menggunakan pendekatan dan teknik pendidikan khusus, semakin cepat intervensi dimulai, semakin baik.
Nah, tes psikologis yang dijalani sebelumnya akan membantu guru mengembangkan program pengajaran yang sesuai. Guru dapat menggunakan teknik yang melibatkan pendengaran, penglihatan dan sentuhan untuk meningkatkan keterampilan membaca.
Disleksia./ilustrasi
Berikut langkah untuk orang tua dalam menangani anak dengan disleksia :
1. Atasi masalah lebih awal.
Jika kamu mencurigai si kecil menderita disleksia, bicarakan dengan dokter anak. Intervensi dini dapat meningkatkan keberhasilan.
2. Bacakan dengan lantang.
Kamu bisa membacakan cerita dengan lantang saat anak berusia enam bulan atau kurang dari itu. Cobalah mendengarkan rekaman buku bersama anak, etika mereka sudah cukup besar, bacakan cerita bersama setelah anak kamu mendengarnya.
3. Bekerja sama dengan sekolah anak.
Bicaralah dengan guru tentang bagaimana sekolah akan membantunya berhasil mengatasi kondisi ini.
4. Mendorongnya untuk belajar membaca.
Untuk meningkatkan keterampilan membaca, seorang anak harus berlatih membaca. Sebagai seorang ibu, berikan motivasi pada anak dan temani dia saat belajar membaca. Sabar itu kuncinya ya bun.
5. Berikan contoh untuk membaca.
Luangkan waktu untuk membaca setiap hari, dengan demikian anak akan menirunya. Tunjukkan pada anak bahwa membaca itu menyenangkan.
Editor: M R Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.