Ilustrasi anak sedang belajar (Sumber gambar: Freepik)

Mengenal Jenis-jenis Terapi untuk Disleksia

08 October 2024   |   09:00 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Hari Disleksia Sedunia diperingati pada 8 Oktober setiap tahunnya. Momentum ini menjadi pengingat bersama tentang pentingnya lebih mamahami dan mendukung mereka yang tengah mengalami disleksia yang kini jumlah penderitanya terus bertambah.

Asosiasi Disleksia Internasional (IDA) memperkirakan bahwa 15 persen sampai 20 persen orang di dunia menderita disleksia. Ini artinya, 1 dari 5 orang yang ada di dunia mengalami beberapa bentuk disleksia.

Mengutip dari Kemenkes, disleksia merupakan gangguan dalam proses belajar yang ditandai dengan beberapa hal. Penderita umumnya akan mengalami kesulitan membaca, menulis, atau mengeja. Mereka juga cenderung kesulitan mengidentifikasi kata-kata yang diucapkan.

Baca juga: Cara Tangani Disleksia, Gangguan Belajar yang Juga Dialami Deddy Corbuzier

Kendati demikian, disleksia sebenarnya tidak memengaruhi tingkat kecerdasan seseorang. Kondisi disleksia tergolong ke dalam gangguan saraf pada bagian otak yang memproses bahasa. Disleksia bisa diterjadi oleh siapa saja, dari anak-anak sampai orang dewasa sekali pun.

Seseorang yang mengalami disleksia umumnya akan menunjukkan gelaja tertentu, tergantung tingkatan usia dan keparahan. Namun, pada balita, gejala akan lebih sulit dipahami.

Hal ini membuat beberapa anak baru diketahui mengalami disleksia setelah berada di usia sekolah, terutama ketika sang anak belajar membaca. Gejala yang dapat dipahami ini meliputi beberapa hal.

Umumnya, anak dengan disleksia memiliki perkembangan bicara yang lamban, kesulutan memproses atau memahami apa yang didengar, kesulitan menemukan kata yang tepat, kesulitan mengucapkan kata yang tidak umum, kesulitan mengingat sesuatu, hingga kesulitan mengingat huruf, angka, dan warna.

Selain itu, mereka juga umumnya akan kesulitan membedakan huruf ketika menulis, terutama huruf D dengan B atau M dengan W. Ketika menulis, terkadang katanya terbalik-bali, seperti pit menjadi tip.

Sejauh ini, belum diketahui penyebab pasti disleksia. Kondisi ini diduga terkait dengan kelainan gen yang kemudian memengaruhi otak dalam bekerja.

Beberapa faktor yang dicurigai menjadi penyebab disleksia ialah infeksi atau paparan nikotin, alkohol, napza pada masa kehamilan, lahir prematur atau dengan berat badan rendah, dan keturunan.

Disleksia adalah penyakit yang tergolong bisa disembuhkan. Penanganan yang tepat sejak usia dini akan membantu meningkatkan kemampuan anak disleksia, terutama ketika mereka sudah menemukan metode belajar yang tepat.

Salah satu caranya ialah dengan menggunakan metode fonik. Ini adalah metode yang berfokus meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi dan memproses suara.

Dalam metode ini, penderita akan diajari beberapa hal. Misalnya, mengenal bunyi kata yang terdengar mirip, seperti pasar dan pagar. Kemudian, mereka juga akan diminta mengeja serta menulis, dari kata sederhana hingga rumit.

Penderita juga akan diajak belajar memahami huruf dan susunan huruf yang membentuk bunyi, membaca kalimat yang tepat serta maknanya, dan menyusun kalimat dengan kosakata-kosakata yang diperbaharui secara bertahap.

Mengutip dari UK Therapy Guide, terapi lainnya yang bisa dicoba ialah dengan pelatihan kesadaran fonologis. Dengan intervensi ini, penderita akan belajar meningkatkan kemampuan untuk mengenali dan memanipulasi bunyi dalam bahasa lisan.

Terapi yang berfokus pada peningkatan keterampilan kesadaran fonologis ini dapat meningkatkan kemampuan membaca dan mengeja secara signifikan.

Kemudian metode Assistive Technology juga dapat menjadi pilihan lain. Metode ini menggunakan bantuan teknologi, misalnya dengan perangkat lunak text-to-speech, program pengenalan suara dan buku audio yang dapat membantu individu disleksia memahami kegiatan akademis mereka.

Lalu, metode Cognitive Behavioural Therapy (CBT) juga dapat digunakan. CBT dapat bermanfaat untuk mengelola tantangan emosional yang terkait dengan disleksia, seperti harga diri yang rendah, kecemasan, dan frustrasi.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Dampak Fenomena Hari Tanpa Bayangan yang Terjadi di Pulau Jawa 8-14 Oktober 2024

BERIKUTNYA

Jadwal Lengkap Babak Playoff MPL ID S14, Adakah Team Jagoan Genhype?

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: