Melirik Peluang Bisnis Tanaman Hias yang Kian Menjanjikan
16 October 2023 |
17:09 WIB
Produksi tanaman hias di Indonesia terbilang tinggi. BPS mencatat pada 2022 produksi anggrek potong mencapai 6,79 juta tangkai, mawar 169,1 juta tangkai, sedap malam 118,32 juta tangkai, dan bunga anthurium sebanyak 2,07 juta tangkai.
Tren mendekorasi rumah menjadi lebih hijau dengan menempatkan pot-pot berisi bunga juga membuat bisnis tanaman hias masih menjanjikan. Peluang pasarnya juga tidak hanya di dalam negeri saja, bahkan hingga ekspor.
Menilik potensi yang besar tersebut, beberapa pelaku tanaman hias Tanah Air pun mulai getol membudidayakan tanaman hias untuk kebutuhan dalam negeri dan luar negeri. Salah satunya dilakukan oleh Lamtiur Purba yang sudah beberapa tahun ini mengembangkan Lamtiur Garden, toko bunga miliknya.
Baca juga: Tips Merintis Bisnis Tanaman Hias, Ubah Hobi Menjadi Cuan
Menurut Lamtiur, usaha tanaman hias saat ini memang masih menjanjikan. Indonesia sebagai negara megabiodiversitas yang kaya akan keanekaragaman hayati, tak pernah kekurangan ragam tanaman hias yang menarik.
Untuk saat ini, tanaman hias yang populer dibudidayakan ialah yang berjenis indoor. Tipe ini umumnya lebih sering dipakai untuk mempercantik sebuah ruangan dalam rumah dan mempersejuk suasana.
Salah satu yang cukup banyak dicari ialah jenis Aroid. Aroid merupakan nama lain untuk tanaman yang berasal dari keluarga Araceae atau Arum Family. Tanaman ini juga termasuk anggota keluarga tanaman hias populer lain, seperti Caladium Monstera, Aglonema, dan Alocasia.
Ciri utama tanaman ini kerap memiliki spadix, yakni bulir yang memiliki tangkai, rakis tebal, dan berdaging. Aroid juga jenis yang cocok untuk negara iklim tropis dan banyak tumbuh di Indonesia.
“Saat ini untuk offline kita punya toko yang biasanya didatangi pembeli. Namun, kita juga merambah ke pasar online,” ucapnya.
Tidak hanya mengandalkan pasar dalam negeri, dirinya juga sempat mengekspor tanaman hias ke luar negeri, seperti Amerika Serikat dan Polandia. Sayangnya, kini dirinya tak lagi melakukan ekspor. “Pemerintah kurang memperhatikan kebutuhan yang menyokong perkembangan petani tanaman hias,” imbuhnya.
Walaupun demikian, dirinya menyebut Indonesia memiliki banyak jenis tanaman hias berkat keanekaragaman hayati yang dimilikinya. Hal ini yang menjadi pembeda tanaman hias asal Indonesia dan negara lain.
Capaian ekspor Indonesia untuk produk tanaman hias belum terlalu menggembirakan. Berdasarkan data International Trade Center di Trademap.org, Indonesia hanya menempati urutan ke-48 ekspor tanaman hias.
Nilai ekspor tanaman hias pada 2022 hanya sebesar US$22,3 juta. Angka tersebut juga turun sekitar 8 persen dibanding periode sebelumnya. Saat ini para pengusaha tanaman hias tampak lebih banyak menyasar pasar dalam negeri.
Owner SK Garden Friesia Sutjiati mengatakan dirinya saat ini lebih fokus pada pasar dalam negeri. Dahulu, Friesia pernah menjajal pasar ekspor, tetapi pangsa dalam negeri justru keteteran. Alhasil, kini lebih melirik ke pasar lokal.
Sebab, di dalam negeri juga pangsa pasarnya masih sangat bagus. Menurutnya, karena peminat tanaman hias makin bertambah, kini semua jenis kini punya penikmatnya sendiri-sendiri.
“Kondisinya masih baik dan menguntungkan walau memang mesti lebih berusaha dua kali lipat lebih giat karena masih luas pasar-pasar yang belum terjangkau,” ucapnya.
Pemilik toko bunga Sunny Garden Insani Ira Iluki menyebut bisnis tanaman hias masih menjanjikan keuntungan di dalam negeri. Saat ini pehobi tanaman hias juga terus bermunculan meski mengalami penyesuaian dibanding pandemi Covid-19.
Namun, karena selalu peminatnya akan selalu ada, dirinya meyakini tanaman hias masih akan jadi usaha yang langgeng. Setiap tahunnya, tanaman hias juga akan memiliki tren yang berbeda-beda. Hal ini membuat tanaman hias akan selalu diburu.
Tak bisa dipungkiri, tanaman hias yang lagi viral memang selalu jadi ladang rezeki para penjual. Bisnisnya bahkan bisa berkembang hingga hari ini karena tanaman viral. Saat itu, Insani meraup untung yang lumayan ketika tanaman Varigata diburu dan harganya naik.
“Biasanya kalau lagi ada yang harganya naik, paling kita coba perbanyak aja. Biasanya nambah daun harganya juga nambah” ucap Insani.
Meskipun demikian, tanaman hias bukan hanya soal tren saja. Beberapa orang yang sudah hobi banget dengan tanaman hias biasanya akan memiliki kecenderungannya sendiri-sendiri. Oleh karena itu, bisnis ini secara umum akan tetap menghasilkan dan tidak selalu mengandalkan tren semata.
Insani menyebut omzet tanaman hias ketika akhir pekan atau libur bisa mencapai Rp10 jutaan. Namun, angkanya bisa bertambah jika sedang mengikuti pameran tertentu. Kunci menjaga bisnis tanaman hias tetap bertahan ialah memiliki image positif.
Oleh karena itu, saat tidak ada pameran atau saat pasar sedang sepi, dirinya membuat pasar sendiri. Kalau sudah begini, Insani memilih memanfaatkan media sosialnya untuk membuat branding, melakukan live sale, lelang, dan sebagainya.
Sementara itu, Ekonom Indef Nailul Huda mengatakan bahwa potensi tanaman hias dalam negeri cukup besar, terutama jika melihat kekayaan hayati di Indonesia. Namun, Huda menyebut saat ini masih relatif sedikit yang mengambangkannya untuk skala produksi besar.
“Masih terlalu banyak pembudidaya individu yang pangsa pasarnya relatif kecil. Kalau skala industri dan ekspor, memang kita relatif sedikit dibanding negara lain,” jelasnya.
Walaupun demikian, di dalam negeri pangsa pasarnya terus meningkat, terutama setelah pandemi. Sebagian masyarakat mulai menekuni budidaya tanaman hias walau masih kecil pangsa pasarnya. Mungkin, kata Huda, butuh waktu untuk meningkatkan skala usaha pembudidaya tanaman hias ini.
Sebab, potensi Indonesia untuk mengembangkan ekonomi tanaman hias sangat besar. “Bahkan, mungkin kita memiliki ciri khas tertentu setiap masing-masing daerahnya,” imbuhnya.
Baca juga: Bisnis Tanaman Hias Menjanjikan, Modal Rp4 juta, Untung Rp40 Juta
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Tren mendekorasi rumah menjadi lebih hijau dengan menempatkan pot-pot berisi bunga juga membuat bisnis tanaman hias masih menjanjikan. Peluang pasarnya juga tidak hanya di dalam negeri saja, bahkan hingga ekspor.
Menilik potensi yang besar tersebut, beberapa pelaku tanaman hias Tanah Air pun mulai getol membudidayakan tanaman hias untuk kebutuhan dalam negeri dan luar negeri. Salah satunya dilakukan oleh Lamtiur Purba yang sudah beberapa tahun ini mengembangkan Lamtiur Garden, toko bunga miliknya.
Baca juga: Tips Merintis Bisnis Tanaman Hias, Ubah Hobi Menjadi Cuan
Menurut Lamtiur, usaha tanaman hias saat ini memang masih menjanjikan. Indonesia sebagai negara megabiodiversitas yang kaya akan keanekaragaman hayati, tak pernah kekurangan ragam tanaman hias yang menarik.
Untuk saat ini, tanaman hias yang populer dibudidayakan ialah yang berjenis indoor. Tipe ini umumnya lebih sering dipakai untuk mempercantik sebuah ruangan dalam rumah dan mempersejuk suasana.
Salah satu yang cukup banyak dicari ialah jenis Aroid. Aroid merupakan nama lain untuk tanaman yang berasal dari keluarga Araceae atau Arum Family. Tanaman ini juga termasuk anggota keluarga tanaman hias populer lain, seperti Caladium Monstera, Aglonema, dan Alocasia.
Ciri utama tanaman ini kerap memiliki spadix, yakni bulir yang memiliki tangkai, rakis tebal, dan berdaging. Aroid juga jenis yang cocok untuk negara iklim tropis dan banyak tumbuh di Indonesia.
“Saat ini untuk offline kita punya toko yang biasanya didatangi pembeli. Namun, kita juga merambah ke pasar online,” ucapnya.
Tidak hanya mengandalkan pasar dalam negeri, dirinya juga sempat mengekspor tanaman hias ke luar negeri, seperti Amerika Serikat dan Polandia. Sayangnya, kini dirinya tak lagi melakukan ekspor. “Pemerintah kurang memperhatikan kebutuhan yang menyokong perkembangan petani tanaman hias,” imbuhnya.
Walaupun demikian, dirinya menyebut Indonesia memiliki banyak jenis tanaman hias berkat keanekaragaman hayati yang dimilikinya. Hal ini yang menjadi pembeda tanaman hias asal Indonesia dan negara lain.
Capaian ekspor Indonesia untuk produk tanaman hias belum terlalu menggembirakan. Berdasarkan data International Trade Center di Trademap.org, Indonesia hanya menempati urutan ke-48 ekspor tanaman hias.
Nilai ekspor tanaman hias pada 2022 hanya sebesar US$22,3 juta. Angka tersebut juga turun sekitar 8 persen dibanding periode sebelumnya. Saat ini para pengusaha tanaman hias tampak lebih banyak menyasar pasar dalam negeri.
Owner SK Garden Friesia Sutjiati mengatakan dirinya saat ini lebih fokus pada pasar dalam negeri. Dahulu, Friesia pernah menjajal pasar ekspor, tetapi pangsa dalam negeri justru keteteran. Alhasil, kini lebih melirik ke pasar lokal.
Sebab, di dalam negeri juga pangsa pasarnya masih sangat bagus. Menurutnya, karena peminat tanaman hias makin bertambah, kini semua jenis kini punya penikmatnya sendiri-sendiri.
“Kondisinya masih baik dan menguntungkan walau memang mesti lebih berusaha dua kali lipat lebih giat karena masih luas pasar-pasar yang belum terjangkau,” ucapnya.
Pemilik toko bunga Sunny Garden Insani Ira Iluki menyebut bisnis tanaman hias masih menjanjikan keuntungan di dalam negeri. Saat ini pehobi tanaman hias juga terus bermunculan meski mengalami penyesuaian dibanding pandemi Covid-19.
Namun, karena selalu peminatnya akan selalu ada, dirinya meyakini tanaman hias masih akan jadi usaha yang langgeng. Setiap tahunnya, tanaman hias juga akan memiliki tren yang berbeda-beda. Hal ini membuat tanaman hias akan selalu diburu.
Tak bisa dipungkiri, tanaman hias yang lagi viral memang selalu jadi ladang rezeki para penjual. Bisnisnya bahkan bisa berkembang hingga hari ini karena tanaman viral. Saat itu, Insani meraup untung yang lumayan ketika tanaman Varigata diburu dan harganya naik.
“Biasanya kalau lagi ada yang harganya naik, paling kita coba perbanyak aja. Biasanya nambah daun harganya juga nambah” ucap Insani.
Meskipun demikian, tanaman hias bukan hanya soal tren saja. Beberapa orang yang sudah hobi banget dengan tanaman hias biasanya akan memiliki kecenderungannya sendiri-sendiri. Oleh karena itu, bisnis ini secara umum akan tetap menghasilkan dan tidak selalu mengandalkan tren semata.
Insani menyebut omzet tanaman hias ketika akhir pekan atau libur bisa mencapai Rp10 jutaan. Namun, angkanya bisa bertambah jika sedang mengikuti pameran tertentu. Kunci menjaga bisnis tanaman hias tetap bertahan ialah memiliki image positif.
Oleh karena itu, saat tidak ada pameran atau saat pasar sedang sepi, dirinya membuat pasar sendiri. Kalau sudah begini, Insani memilih memanfaatkan media sosialnya untuk membuat branding, melakukan live sale, lelang, dan sebagainya.
Sementara itu, Ekonom Indef Nailul Huda mengatakan bahwa potensi tanaman hias dalam negeri cukup besar, terutama jika melihat kekayaan hayati di Indonesia. Namun, Huda menyebut saat ini masih relatif sedikit yang mengambangkannya untuk skala produksi besar.
“Masih terlalu banyak pembudidaya individu yang pangsa pasarnya relatif kecil. Kalau skala industri dan ekspor, memang kita relatif sedikit dibanding negara lain,” jelasnya.
Walaupun demikian, di dalam negeri pangsa pasarnya terus meningkat, terutama setelah pandemi. Sebagian masyarakat mulai menekuni budidaya tanaman hias walau masih kecil pangsa pasarnya. Mungkin, kata Huda, butuh waktu untuk meningkatkan skala usaha pembudidaya tanaman hias ini.
Sebab, potensi Indonesia untuk mengembangkan ekonomi tanaman hias sangat besar. “Bahkan, mungkin kita memiliki ciri khas tertentu setiap masing-masing daerahnya,” imbuhnya.
Baca juga: Bisnis Tanaman Hias Menjanjikan, Modal Rp4 juta, Untung Rp40 Juta
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.