Mengenang Anabul, Kremasi & Penghormatan Terakhir Bagi Sahabat Setia
05 October 2023 |
06:00 WIB
1
Like
Like
Like
Jakarta adalah rumah bagi lebih dari 1 juta hewan peliharaan dan berbagai layanan untuk merawat mereka, termasuk grooming, penitipan atau hotel, dan taman anjing dan kucing tanpa tali. Hewan peliharaan telah menjadi sangat berharga bagi sebagian besar individu. Bahkan, seringkali hewan peliharaan diperlakukan sebagaimana layaknya anggota keluarga manusia.
Rakuten Insight Center, sebuah perusahaan survei dari Amerika Serikat, pernah melakukan penelitian di Indonesia terkait kepemilikan hewan peliharaan. Dari 10.442 responden yang berpartisipasi, sebanyak 67 persen dari mereka memiliki hewan peliharaan. Sementara itu, 23 persen tidak memiliki hewan peliharaan, dan 10 persen lainnya mengaku pernah memiliki hewan peliharaan.
Baca juga: 7 Tanggung Jawab yang Perlu Diketahui Sebelum Memelihara Anabul
Lalu berdasarkan survei Jakpat Maret 2023, kucing menjadi hewan peliharaan paling populer yang dimiliki oleh responden yakni mencapai 76 persen. Diikuti oleh ikan (29 persen), burung (20 persen), anjing (12 persen), ayam (12 persen), kelinci (4 persen), hamster (4 persen), dan iguana (3 persen). Survei juga menyebutkan bahwa sekitar 42% responden memiliki dua hingga tiga hewan peliharaan.
Terutama untuk kucing dan anjing, data dari Euromonitor tahun 2021 mencatat bahwa populasi peliharaan kucing, yang sering disebut sebagai "anak bulu" (anabul) di Indonesia, meningkat sebesar 129 persen dari tahun 2017 hingga 2021.
Selama periode yang sama, terjadi peningkatan sebesar 117 persen dalam jumlah populasi kucing dan anjing. Prediksi untuk masa depan adalah bahwa jumlah populasi kucing dan anjing akan terus bertambah.
Namun, meski pemilik hewan peliharaan mungkin dimanjakan dengan pilihan untuk membuat hidup lebih menyenangkan bagi hewan peliharaan di kota, terdapat keragu-raguan tentang apa yang harus dilakukan ketika tiba saatnya bagi pemilik hewan untuk mengucapkan selamat tinggal kepada hewan kesayangannya — terutama bagi mereka yang tidak memiliki uang dan lahan.
Jika pemilik cukup beruntung memiliki properti, mereka dapat menguburkan hewan peliharaan secara legal di tanah sendiri. Sayangnya, di kota yang dihuni banyak penyewa ini, hal ini tidak selalu menjadi pilihan; DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi dengan tingkat kepemilikan rumah terendah di negara ini.
Dikutip dari DataIndonesia.id, BPS mencatat hanya 48,48 persen rumah tangga yang memiliki rumah sendiri di Jakarta sepanjang 2021. Sehingga untuk pencinta hewan yang menyewa rumah atau tinggal di apartemen dan kos tentunya ini menjadi polemik tersendiri.
Keterbatasan lahan inilah yang menjadi salah satu faktor pendorong pemilihan kremasi sebagai opsi penguburan untuk hewan kesayangan. Selain itu, kremasi juga dianggap dapat mengurangi risiko penularan penyakit dari hewan yang telah mati.
Lebih dari sekadar hewan peliharaan, para pemilik ini menyebut hewan kesayangan mereka sebagai "anak-anak" mereka. Bagi mereka, hewan-hewan ini adalah bagian dari keluarga dan bahkan menyebut mereka sebagai "jiwa" mereka, sehingga harus diberikan perpisahan yang terbaik.
Selayaknya kehilangan belahan jiwa, itulah yang dirasakan Arditya Laksono ketika Beno berpulang. Beno adalah anjing kesayangan yang sudah 15 tahun menemani hari-harinya dan keluarga. Sayangnya sakit ginjal yang diderita Beno harus memisahkan mereka.
Seperti rumah-rumah di Jabodetabek, kediaman Arditya juga tidak memiliki lahan yang cukup untuk mengubur anjing yang memiliki berat 10 kilogram ini. " Karena rumah saya berada di kompleks, tidak ada lahan untuk mengubur mereka," kata pria berusia 31 tahun itu kepada Hypeabis pada 24 Agustus.
Kremasi menjadi opsi terbaik yang dipikirkannya. Kebetulan pada 2019 lalu, dia sempat mengkremasikan satu anjingnya yang mati karena sakit radang rahim. Namun, pengalaman yang didapat kurang menyenangkan. “Prosesnya hanya langsung dititipkan saja tanpa bisa melihat dan mengenang saat-saat terakhinya,” cerita Arditya.
“Bagi kami anabul itu udah jadi kesayangan banget. Mereka boleh tidur di dalam rumah. Bahkan boleh naik kasur juga. Kita enggak pernah taruh mereka di kandang. Jadi saat hidup saja kita sayangi, apalagi mempersiapkan rumah terakhirnya," tambahnya.
Karena itu, dia lalu mencari tempat-tempat kremasi lainnya di kawasan Jabodetabek yang diharapkan dapat memberikan pengalaman yang terbaik. Dia menemukan salah satu pusat kremasi hewan yang berlokasi di Deplu Raya, Bintaro, Jakarta Selatan, yang dikenal dengan Pancaka Damai Lestari.
Di Pancaka, jenazah hewan peliharaan akan dipercantik dengan cara dimandikan, grooming hingga dihias di atas altar. “Menariknya di Pancaka, altar bisa disesuaikan dengan kepercayaan pemilik hewan peliharaan dan dihias dengan cantik. Selain itu, ada ruang melayat untuk menangisi mereka,” ujarnya.
"Menurut saya, harganya tidak cukup mahal dibanding pengalaman yang didapat. Karena kami sangat mencintai mereka, mengapa tidak?" kata Arditya yang mengaku mengeluarkan kocek tidak sampai Rp1 juta untuk proses ini. Varian biaya kremasi hewan peliharaan di Pancaka mulai dari Rp350.000 yang disesuaikan dengan ukuran dan spesifikasinya. Paket ini sudah mencakup pemakaman, dekorasi bunga, kain penutup, dan kendi standar.
Tidak ada cara yang benar atau salah dalam menghormati hewan yang telah berpulang. Yang terpenting adalah menghormati kenangan mereka dengan cara yang sesuai dan bermakna bagi pemiliknya. Sebagai manusia, kita memiliki tanggung jawab untuk merawat dan memberikan penghormatan terakhir kepada hewan kesayangan kita dengan penuh rasa hormat dan keberanian.
Percakapan dengan Arditya membawa perkenalan dengan Sulikati Kastumi, pemilik Pancaka Damai Lestari, yang berarti Kremasi dalam Keabadian, tempat kremasi untuk hewan kesayangan.
"Saya ingin perpisahan terakhir dengan anak-anakku layak, mau menangis, mau kasih bunga, ingin hewan peliharaan saya terlihat cantik saat saya melepaskannya agar lumayan mengobati sakit ini," ujar Sulikati kepada Hypeabis.id pada akhir September.
Didirikan sejak 16 April 2022 oleh aktivis yang peduli terhadap perlindungan hewan dan memiliki sejumlah besar hewan peliharaan ini, Pancaka Damai Lestari menawarkan layanan kremasi hewan dengan penuh rasa hormat dan dedikasi yang tinggi.
Inspirasi untuk mendirikan Pancaka muncul ketika Sulikati, yang sering menyelamatkan hewan terlantar, merasakan kesulitan untuk mengubur atau mengkremasi setiap hewan peliharaannya yang berpulang.
Dia memutuskan untuk mendirikan Pancaka yang bukan hanya tempat kremasi biasa, melainkan juga merupakan wadah bagi pemilik hewan yang berpulang untuk menyampaikan cinta dan penghargaan terakhir mereka.
Di sini, hewan yang telah berpulang diperlakukan dengan penuh rasa hormat dan kasih sayang, mengingat bagaimana mereka telah menjadi bagian tak terpisahkan dari keluarga dan kenangan indah yang tak akan pernah pudar.
"Saya menciptakan Pancaka awalnya untuk kebutuhan pribadi, karena saya memiliki banyak hewan peliharaan yang telah saya selamatkan. Namun, setelah berpikir lebih dalam, saya memutuskan untuk membuat tempat kremasi ini sebagai penghormatan terakhir bagi mereka, sekaligus untuk memudahkan proses perpisahan," jelasnya.
Perempuan yang berprofesi sebagai agen asuransi dan fotografer ini memiliki lebih dari 60 ekor anjing dan lebih dari 200 ekor kucing di rumahnya, yang sebagian besar diambil dari jalanan. Setiap kali hewan kesayangannya mati, dia dengan penuh perhatian mencari situs kremasi yang tersedia, yang tidak selalu mudah ditemukan.
"Saya sering harus menunggu dalam daftar antrean selama seminggu, sementara hewan peliharaan saya disimpan dalam freezer," keluhnya dengan suara sedih. Namun, Suli tidak tinggal diam.
Dia kemudian menciptakan sebuah ruangan khusus di sebuah bangunan di kawasan Deplu, tempat dia meletakkan hewan peliharaan yang telah mati di atas meja yang dihiasi dengan bunga dan simbol-simbol keagamaan sesuai dengan keyakinannya.
Ruangan ini memberikan kesempatan bagi pemilik hewan peliharaan untuk mengucapkan selamat tinggal dengan tenang sebelum hewan kesayangan mereka menjalani proses kremasi. Dia memberikan pelayanan terbaik seperti dimandikan, disisir, diberikan selimut, parfum, dan dekorasi bunga untuk hewan.
Meskipun Pancaka dibuka saat pandemi, tempat ini telah menjadi destinasi populer bagi para pencinta hewan yang ingin memberikan penghormatan terakhir kepada hewan kesayangan mereka.
Pemilik hewan peliharaan membayar biaya berdasarkan berat hewan mereka. Tak hanya kucing dan anjing, hewan-hewan peliharaan seperti burung emprit, tikus, hamster, sugar glider, kelinci, marmut, kura-kura, dan iguana sudah pernah dikremasi di Pancaka.
Sebelum proses kremasi dimulai, hewan yang telah berpulang ditempatkan dengan hormat dan dijaga di tempat yang sesuai. Selama proses penyemayaman ini, taburan bunga disampaikan sebagai penghormatan terakhir. Pada saat-saat seperti ini, tidak jarang pemilik hewan menitikkan air mata saat berpamitan dengan hewan kesayangan mereka untuk yang terakhir kali.
Momen kesunyian ini, terbungkus dalam ketenangan dan aroma harum ruangan kecil Pancaka, ternyata menjadi sesuatu yang banyak pemilik hewan nantikan sebelum mengkremasi sahabat yang mereka cintai.
“Rasa-rasanya mengingat bagaimana perjalanan hidup bertahun-tahun dengan Beno. Kadang kalau melewati tempat kesayangannya di rest area yang ada padang rumputnya, saya masih berkaca-kaca," ujar Arditya yang sudah memelihara Beno sejak menginjak Sekolah Menengah Pertama.
Kremasi untuk hewan kesayangan sebenarnya tidak dilarang selama dilakukan dengan rasa hormat dan tanpa berlebihan. Unsur agama biasanya tidak perlu dicampurkan dalam proses ini. Namun, bila pemilik berkenan, Suli menyediakan pernak-pernik atau ornamen dari 5 agama untuk mempercantik altar.
Setelah proses penyemayaman selesai, kremasi dilanjutkan. Tubuh hewan ditempatkan dalam oven dan dibakar selama satu setengah hingga dua jam, semua dilakukan dengan penuh penghormatan.
Di luar negeri tempat kremasi biasanya diberikan kenang-kenangan mulai dari rambut, gigi bayi, bulu hewan peliharaan, dan abu dalam bentuk liontin yang bisa dipakai sehari-hari. Begitu juga di Pancaka, Suli juga menyediakan kenang-kenangan dalam bentuk frame clay cetak dan botol kaca. “Banyak yang menolak dikasih kenangan abu, kalau bulu gapapa,” terangnya.
Sedang Arditya, hingga sekarang masih menyimpan abu Beno di rumahnya. Bagi mereka yang berkeinginan untuk menyebarkan abu, dapat meminta bantuan kepada Suli untuk melakukan proses ini. Suli biasanya melarungkan abu ke muara yang mengalir menuju laut.
Saat ini, Pancaka sudah menyediakan kuburan mini. Standard operating procedure (SOP) untuk pemakaman tetap sama dengan kremasi, tetapi tidak memakai batu nisan. Biaya untuk pemakaman minimal Rp200.000-Rp250.000.
Seperti diceritakan di awal, Suli bisa dibilang tidak menganggap tempat kremasi ini adalah bisnis semata. “Kadang saya diusir oleh tim saya [Ririn] karena biasa memberikan diskon berlebih bahkan gratis,” ujarnya sembari tertawa.
Meski begitu, jalan Suli untuk tidak selamanya mulus. Pada awal pembuatan oven pembakaran, dia ditipu hingga puluhan juta rupiah. Namun, perempuan yang mempercayai adanya karma ini tetap santai. Saat ini memang Pancaka sedang mempersiapkan beberapa cabangnya di berbagai kota besar, seperti Bogor dan Bali.
Ketika ditanya arah bisnis Pancaka, dia menjawab kalem, “Aku mencari duit untuk hewan. Bila tidak mungkin aku enggak akan seproduktif sekarang. Dengan membuka Pancaka, banyak cita-cita jadinya. Intinya aku yang butuh hewan,” tutupnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Rakuten Insight Center, sebuah perusahaan survei dari Amerika Serikat, pernah melakukan penelitian di Indonesia terkait kepemilikan hewan peliharaan. Dari 10.442 responden yang berpartisipasi, sebanyak 67 persen dari mereka memiliki hewan peliharaan. Sementara itu, 23 persen tidak memiliki hewan peliharaan, dan 10 persen lainnya mengaku pernah memiliki hewan peliharaan.
Baca juga: 7 Tanggung Jawab yang Perlu Diketahui Sebelum Memelihara Anabul
Lalu berdasarkan survei Jakpat Maret 2023, kucing menjadi hewan peliharaan paling populer yang dimiliki oleh responden yakni mencapai 76 persen. Diikuti oleh ikan (29 persen), burung (20 persen), anjing (12 persen), ayam (12 persen), kelinci (4 persen), hamster (4 persen), dan iguana (3 persen). Survei juga menyebutkan bahwa sekitar 42% responden memiliki dua hingga tiga hewan peliharaan.
Terutama untuk kucing dan anjing, data dari Euromonitor tahun 2021 mencatat bahwa populasi peliharaan kucing, yang sering disebut sebagai "anak bulu" (anabul) di Indonesia, meningkat sebesar 129 persen dari tahun 2017 hingga 2021.
Selama periode yang sama, terjadi peningkatan sebesar 117 persen dalam jumlah populasi kucing dan anjing. Prediksi untuk masa depan adalah bahwa jumlah populasi kucing dan anjing akan terus bertambah.
Namun, meski pemilik hewan peliharaan mungkin dimanjakan dengan pilihan untuk membuat hidup lebih menyenangkan bagi hewan peliharaan di kota, terdapat keragu-raguan tentang apa yang harus dilakukan ketika tiba saatnya bagi pemilik hewan untuk mengucapkan selamat tinggal kepada hewan kesayangannya — terutama bagi mereka yang tidak memiliki uang dan lahan.
Jika pemilik cukup beruntung memiliki properti, mereka dapat menguburkan hewan peliharaan secara legal di tanah sendiri. Sayangnya, di kota yang dihuni banyak penyewa ini, hal ini tidak selalu menjadi pilihan; DKI Jakarta merupakan salah satu provinsi dengan tingkat kepemilikan rumah terendah di negara ini.
Dikutip dari DataIndonesia.id, BPS mencatat hanya 48,48 persen rumah tangga yang memiliki rumah sendiri di Jakarta sepanjang 2021. Sehingga untuk pencinta hewan yang menyewa rumah atau tinggal di apartemen dan kos tentunya ini menjadi polemik tersendiri.
Keterbatasan lahan inilah yang menjadi salah satu faktor pendorong pemilihan kremasi sebagai opsi penguburan untuk hewan kesayangan. Selain itu, kremasi juga dianggap dapat mengurangi risiko penularan penyakit dari hewan yang telah mati.
Lebih dari sekadar hewan peliharaan, para pemilik ini menyebut hewan kesayangan mereka sebagai "anak-anak" mereka. Bagi mereka, hewan-hewan ini adalah bagian dari keluarga dan bahkan menyebut mereka sebagai "jiwa" mereka, sehingga harus diberikan perpisahan yang terbaik.
Menghadapi Perpisahan dengan Hewan Kesayangan
Beno di altar Pancaka Damai Lestari (Sumber gambar: Dok. Pribadi)
Selayaknya kehilangan belahan jiwa, itulah yang dirasakan Arditya Laksono ketika Beno berpulang. Beno adalah anjing kesayangan yang sudah 15 tahun menemani hari-harinya dan keluarga. Sayangnya sakit ginjal yang diderita Beno harus memisahkan mereka.
Seperti rumah-rumah di Jabodetabek, kediaman Arditya juga tidak memiliki lahan yang cukup untuk mengubur anjing yang memiliki berat 10 kilogram ini. " Karena rumah saya berada di kompleks, tidak ada lahan untuk mengubur mereka," kata pria berusia 31 tahun itu kepada Hypeabis pada 24 Agustus.
Kremasi menjadi opsi terbaik yang dipikirkannya. Kebetulan pada 2019 lalu, dia sempat mengkremasikan satu anjingnya yang mati karena sakit radang rahim. Namun, pengalaman yang didapat kurang menyenangkan. “Prosesnya hanya langsung dititipkan saja tanpa bisa melihat dan mengenang saat-saat terakhinya,” cerita Arditya.
“Bagi kami anabul itu udah jadi kesayangan banget. Mereka boleh tidur di dalam rumah. Bahkan boleh naik kasur juga. Kita enggak pernah taruh mereka di kandang. Jadi saat hidup saja kita sayangi, apalagi mempersiapkan rumah terakhirnya," tambahnya.
Karena itu, dia lalu mencari tempat-tempat kremasi lainnya di kawasan Jabodetabek yang diharapkan dapat memberikan pengalaman yang terbaik. Dia menemukan salah satu pusat kremasi hewan yang berlokasi di Deplu Raya, Bintaro, Jakarta Selatan, yang dikenal dengan Pancaka Damai Lestari.
Di Pancaka, jenazah hewan peliharaan akan dipercantik dengan cara dimandikan, grooming hingga dihias di atas altar. “Menariknya di Pancaka, altar bisa disesuaikan dengan kepercayaan pemilik hewan peliharaan dan dihias dengan cantik. Selain itu, ada ruang melayat untuk menangisi mereka,” ujarnya.
"Menurut saya, harganya tidak cukup mahal dibanding pengalaman yang didapat. Karena kami sangat mencintai mereka, mengapa tidak?" kata Arditya yang mengaku mengeluarkan kocek tidak sampai Rp1 juta untuk proses ini. Varian biaya kremasi hewan peliharaan di Pancaka mulai dari Rp350.000 yang disesuaikan dengan ukuran dan spesifikasinya. Paket ini sudah mencakup pemakaman, dekorasi bunga, kain penutup, dan kendi standar.
Tidak ada cara yang benar atau salah dalam menghormati hewan yang telah berpulang. Yang terpenting adalah menghormati kenangan mereka dengan cara yang sesuai dan bermakna bagi pemiliknya. Sebagai manusia, kita memiliki tanggung jawab untuk merawat dan memberikan penghormatan terakhir kepada hewan kesayangan kita dengan penuh rasa hormat dan keberanian.
Penghormatan Terakhir untuk yang Tersayang
Kartu duka dan botol kaca penyimpan abu. (Sumber gambar: Pancaka Damai Sejahtera)
Percakapan dengan Arditya membawa perkenalan dengan Sulikati Kastumi, pemilik Pancaka Damai Lestari, yang berarti Kremasi dalam Keabadian, tempat kremasi untuk hewan kesayangan.
"Saya ingin perpisahan terakhir dengan anak-anakku layak, mau menangis, mau kasih bunga, ingin hewan peliharaan saya terlihat cantik saat saya melepaskannya agar lumayan mengobati sakit ini," ujar Sulikati kepada Hypeabis.id pada akhir September.
Didirikan sejak 16 April 2022 oleh aktivis yang peduli terhadap perlindungan hewan dan memiliki sejumlah besar hewan peliharaan ini, Pancaka Damai Lestari menawarkan layanan kremasi hewan dengan penuh rasa hormat dan dedikasi yang tinggi.
Inspirasi untuk mendirikan Pancaka muncul ketika Sulikati, yang sering menyelamatkan hewan terlantar, merasakan kesulitan untuk mengubur atau mengkremasi setiap hewan peliharaannya yang berpulang.
Dia memutuskan untuk mendirikan Pancaka yang bukan hanya tempat kremasi biasa, melainkan juga merupakan wadah bagi pemilik hewan yang berpulang untuk menyampaikan cinta dan penghargaan terakhir mereka.
Di sini, hewan yang telah berpulang diperlakukan dengan penuh rasa hormat dan kasih sayang, mengingat bagaimana mereka telah menjadi bagian tak terpisahkan dari keluarga dan kenangan indah yang tak akan pernah pudar.
"Saya menciptakan Pancaka awalnya untuk kebutuhan pribadi, karena saya memiliki banyak hewan peliharaan yang telah saya selamatkan. Namun, setelah berpikir lebih dalam, saya memutuskan untuk membuat tempat kremasi ini sebagai penghormatan terakhir bagi mereka, sekaligus untuk memudahkan proses perpisahan," jelasnya.
Perempuan yang berprofesi sebagai agen asuransi dan fotografer ini memiliki lebih dari 60 ekor anjing dan lebih dari 200 ekor kucing di rumahnya, yang sebagian besar diambil dari jalanan. Setiap kali hewan kesayangannya mati, dia dengan penuh perhatian mencari situs kremasi yang tersedia, yang tidak selalu mudah ditemukan.
"Saya sering harus menunggu dalam daftar antrean selama seminggu, sementara hewan peliharaan saya disimpan dalam freezer," keluhnya dengan suara sedih. Namun, Suli tidak tinggal diam.
Dia kemudian menciptakan sebuah ruangan khusus di sebuah bangunan di kawasan Deplu, tempat dia meletakkan hewan peliharaan yang telah mati di atas meja yang dihiasi dengan bunga dan simbol-simbol keagamaan sesuai dengan keyakinannya.
Ruangan ini memberikan kesempatan bagi pemilik hewan peliharaan untuk mengucapkan selamat tinggal dengan tenang sebelum hewan kesayangan mereka menjalani proses kremasi. Dia memberikan pelayanan terbaik seperti dimandikan, disisir, diberikan selimut, parfum, dan dekorasi bunga untuk hewan.
Meskipun Pancaka dibuka saat pandemi, tempat ini telah menjadi destinasi populer bagi para pencinta hewan yang ingin memberikan penghormatan terakhir kepada hewan kesayangan mereka.
Pemilik hewan peliharaan membayar biaya berdasarkan berat hewan mereka. Tak hanya kucing dan anjing, hewan-hewan peliharaan seperti burung emprit, tikus, hamster, sugar glider, kelinci, marmut, kura-kura, dan iguana sudah pernah dikremasi di Pancaka.
Sebelum proses kremasi dimulai, hewan yang telah berpulang ditempatkan dengan hormat dan dijaga di tempat yang sesuai. Selama proses penyemayaman ini, taburan bunga disampaikan sebagai penghormatan terakhir. Pada saat-saat seperti ini, tidak jarang pemilik hewan menitikkan air mata saat berpamitan dengan hewan kesayangan mereka untuk yang terakhir kali.
Momen kesunyian ini, terbungkus dalam ketenangan dan aroma harum ruangan kecil Pancaka, ternyata menjadi sesuatu yang banyak pemilik hewan nantikan sebelum mengkremasi sahabat yang mereka cintai.
“Rasa-rasanya mengingat bagaimana perjalanan hidup bertahun-tahun dengan Beno. Kadang kalau melewati tempat kesayangannya di rest area yang ada padang rumputnya, saya masih berkaca-kaca," ujar Arditya yang sudah memelihara Beno sejak menginjak Sekolah Menengah Pertama.
Kremasi untuk hewan kesayangan sebenarnya tidak dilarang selama dilakukan dengan rasa hormat dan tanpa berlebihan. Unsur agama biasanya tidak perlu dicampurkan dalam proses ini. Namun, bila pemilik berkenan, Suli menyediakan pernak-pernik atau ornamen dari 5 agama untuk mempercantik altar.
Setelah proses penyemayaman selesai, kremasi dilanjutkan. Tubuh hewan ditempatkan dalam oven dan dibakar selama satu setengah hingga dua jam, semua dilakukan dengan penuh penghormatan.
Di luar negeri tempat kremasi biasanya diberikan kenang-kenangan mulai dari rambut, gigi bayi, bulu hewan peliharaan, dan abu dalam bentuk liontin yang bisa dipakai sehari-hari. Begitu juga di Pancaka, Suli juga menyediakan kenang-kenangan dalam bentuk frame clay cetak dan botol kaca. “Banyak yang menolak dikasih kenangan abu, kalau bulu gapapa,” terangnya.
Sedang Arditya, hingga sekarang masih menyimpan abu Beno di rumahnya. Bagi mereka yang berkeinginan untuk menyebarkan abu, dapat meminta bantuan kepada Suli untuk melakukan proses ini. Suli biasanya melarungkan abu ke muara yang mengalir menuju laut.
Saat ini, Pancaka sudah menyediakan kuburan mini. Standard operating procedure (SOP) untuk pemakaman tetap sama dengan kremasi, tetapi tidak memakai batu nisan. Biaya untuk pemakaman minimal Rp200.000-Rp250.000.
Seperti diceritakan di awal, Suli bisa dibilang tidak menganggap tempat kremasi ini adalah bisnis semata. “Kadang saya diusir oleh tim saya [Ririn] karena biasa memberikan diskon berlebih bahkan gratis,” ujarnya sembari tertawa.
Meski begitu, jalan Suli untuk tidak selamanya mulus. Pada awal pembuatan oven pembakaran, dia ditipu hingga puluhan juta rupiah. Namun, perempuan yang mempercayai adanya karma ini tetap santai. Saat ini memang Pancaka sedang mempersiapkan beberapa cabangnya di berbagai kota besar, seperti Bogor dan Bali.
Ketika ditanya arah bisnis Pancaka, dia menjawab kalem, “Aku mencari duit untuk hewan. Bila tidak mungkin aku enggak akan seproduktif sekarang. Dengan membuka Pancaka, banyak cita-cita jadinya. Intinya aku yang butuh hewan,” tutupnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.