Sally Giovanny

Bisa Jadi Inspirasi Nih! Kisah Pemilik Batik Trusmi Sukses Jadi Miliarder Muda

11 May 2021   |   14:55 WIB
Image
Dewi Andriani Jurnalis Hypeabis.id

Apa yang langsung muncul di benak saat menyebut Kota Cirebon? Selain keraton dan berbagai menu kulinernya seperti Nasi Jamblang, Telur Koclok, maupun Empal Gentong, Cirebon juga dikenal sabagi salah satu daerah penghasil kain batik.

Salah satu batik yang cukup popular di Cirebon adalah Batik Trusmi. Sebetulnya Trusmi sendiri merupakan salah satu nama desa  di Cirebon yang terkenal dengan batik khasnya dan sudah ada sejak abah ke-14.

Namun saat itu belum ada pengusaha yang benar-benar fokus mengembangkan dan mempopularkan batik trusmi tersebut hingga kini batik trusmi makin dikenal luas oleh masyarakat Indonesia dan memiliki Pusat Grosir Batik Trusmi Cirebon dengan luas mencapai 1,5 hektare.

Adalah pasangan suami istri Sally Giovanny dan sang suami Ibnu Riyanto yang berhasil membranding dan memperkenalkan Batik Trusmi hingga berkembang luas dan telah memiliki cabang di berbagai wilayah di Indonesia di bawah naungan Trusmi Group.

Lantas seperti apa kisah suksesnya dalam membangun dan membesarkan Trusmi Group? Yuk simak ceritanya di bawah ini

Memulai Bisnis di Usia Muda dari Modal Amplop Pernikahan
Sally dan sang suami memulai usahanya setelah menikah muda di saat usia keduanya masih 18 tahun dengan modal awal yang didapatkan dari amplop pernikahan. Diakui Sally bahwa dirinya memang senang berjualan sejak kecil mulai dari SD hingga beranjak remaja dan dewasa.

“Maka saya berpikir apa passion saya ini memang berjualan tapi kalau jualan saya ngga bisa sendiri, butuh pendamping dan orang yang men-support. Kalau bekerja hanya lulusan SMA hanya kerja apa, kalau mau kuliah tidak ada biaya, saya juga tidak ingin membebani karena orang tua saya single parents dan hanya jualan di pasar,” kisahnya.

Dengan berbagai pertimbangan tersebut akhirnya Sally memutuskan untuk menikah muda. Dia pun terus berdoa hingga akhirnya diberikan jodoh yang memiliki pemikiran serta visi dan misi yang sama dengannya.
Namun karena dirinya baru lulus SMA dan yang melamar juga sama baru lulus SMA , orang tua Sally sempat menolak.

“Karena yang mengajak nikah sama-sama lulusan SMA, ibu bilang bagaimana masa depannya. Namun hari saya yakin bahwa ini adalah jawaban doa-doa saya,” kenangnya.

Sempat Menjual Kain Kafan
Usai menikah di tahun 2006, Sally dan Ibnu langsung memulai bisnis, pertama kali yang dijual adalah kain kafan dengan modal awal dari amplop pernikahan. Banyak yang mempertanyakan alasan mereka menjual kain kafan.

“Karena itu yang paling gampang, jualan kain polos tanpa harus memikirkan motif dan modelnya. Saat itu saya juga belum memiliki ilmu bisnis. Dipikiran kami, akan laris banget karena permintaan pasti ada saja dan yang jualan ngga banyak tapi ternyata realitas tidak sesuai kenyataan,” tuturnya.

Memang tidak banyak yang jualan, tetapi yang membeli pun tidak banyak dan tidak akan menyetok banyak. Jika pun sudah beli tidak repeat order seperti halnya produk makanan atau fesyen. Setelah hampir setahun berjalan, dan tak banyak kemajuan, keduanya pun lantas berpikir untuk beralih ke bisnis batik.

Membranding Batik Trusmi
Apalagi di Cirebon terdapat desa trusmi yang terkenal dengan batik khasnya dan sudah ada sejak abad ke-14. Namun saat itu belum ada pengusaha yang benar-benar fokus mengembangkan dan mempopularkan batik trusmi tersebut.

Dengan tekat dan niat yang kuat, Sally dan sang suami pun mulai beralih ke bisnis batik pada tahun 2007. Stok kain kafan polos yang mereka miliki tersebut kemudian diserahkan ke pengrajin untuk dibuat motif batik. Kain kafan tesebut menurutnya lebih adem saat digunakan karena berbahan dasar katun.

“Namun saat itu saya juga belum mengetahui motif seperti apa yang disukai pasar, asal bikin saja dan terlalu percaya pada orang. Akhirnya ketika batik sudah jadi dan saya keliling Tanah Abang untuk dijual ternyata tidak laku karena motifnya dianggap sudah ketinggalan zaman, harganya pun ngga masuk,” jelasnya.
 

/youtube

Sally Giovanny/youtube


Berbisnis Tidak Bisa Asal-Asalan Harus ada Perhitungan
Kesalahan tersebut tak lantas membuat Sally putus asa, justru dari kesalahan dan kegagalan tersebut wanita kelahiran 1988 ini belajar bahwa dalam menjalankan bisnis tidak bisa asal-asalan. Harus ada perhitunganya, harus ada survey pasarnya untuk mengetahui motif apa yang disukai, dan juga harus membuat target market untuk menentukan harga jual produk.

Dari situ dia kemudian melakukan inovasi dengan membuat batik yang dapat diterima secara luas oleh masyarakat. Artinya, batik yang diproduksi bukan hanya sekadar untuk acara formal saja tetapi juga batik yang fashionable dan menarik dikenakan oleh anak-anak muda, baik untuk acara formal, non forrmal, maupun acara santai.

“Aku bikin inovasi batik agar bisa dipakai anak muda juga, dan ternyata berhasil.  Aku bikin Batik Trusmi dengan motif yang simple, perpaduan warna pastel yang waktu itu memang lagi musim. Lalu menggabungka antara motif tradisional dan modern sehingga menjadi batik kontemporer, lucu, dan kekinian yang ternyata sangat diterima pasar,” tuturnya.

Endorse Artis, Pejabat, dan Public Figur
Selain dari sisi inovasi produk, Sally juga begitu gencar dalam proses marketing. Dia benar-benar menjemput bola agar bagaimana caranya Batik Trusmi ini bisa dikenal dan memiliki brand yang kuat. Salah satu strategi yang dilakukannya adalah dengan mengejar siapapun artis, pejabat, atau publik figur yang berkunjung ke Cirebon.

Aku cari tahu ke panitianya jam berapa beliau tiba di Cirebon, aku kejar sampai dapat, untuk aku kasih produk Batik Trusmi kemudian aku ajak foto,” ujarnya.

Strategi tersebut ternyata sangat ampuh sehingga brand Batik Trusmi kian melekat dan dikenal bahkan telah menjadi salah satu icon Khas Cirebon. Makin lama bisnis Batik Trusmi terus berkembang hingga memiliki Mall Batik Trusmi yang didirikan pada Maret 2011.

Brand nya pun bukan hanya Batik Trusmi saja tetapi ada pula Batik IBR dan Pesona Batik dengan jumlah cabang yang terus berkembang hingga ke beberapa daerah lainnya seperti Jakarta, Bandung, hingga Medan.

Setelah makin berkembang dan penjualan terus menanjak, Sally dan sang suami merambah ke dunia properti pada tahun 2015 di bawah bendera usaha PT Raja Sukses Propertino. Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada 2018, Sally dan suami ekspansi ke Bali dengan membangun The Keranjang sebagai pusat oleh-oleh khas Bali.

Editor: Purboyo

SEBELUMNYA

Trailer Venom 2 Sudah Rilis, Bakal Jadi Bagian Marvel Cinematic Universe?

BERIKUTNYA

Ini Cara Praktis Menyiapkan Makanan Saat Lebaran

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: