Selain Mudah dan Menyenangkan, Bertanam Hidroponik Juga Bisa Jadi Penghasilan Baru
03 August 2021 |
17:02 WIB
Bercocok tanam di rumah menjadi salah satu aktivitas yang banyak dilakukan selama pandemi Covid-19. Kegiatan memiliki banyak manfaat, di antaranya dapat meningkatkan suasana hati, menurunkan stres, hingga memberi tambahan pemasukan.
Co-Founder sekaligus Chief Operation Officer Pak Tani Digital, Yosephine Sembiring, menjelaskan betapa praktisnya bercocok tanam di rumah. Dengan menggunakan metode hidroponik vertikal, misalnya, seseorang bisa bercocok tanam dengan lahan terbatas dan biaya perawatan murah.
Yosephine menyebut bahwa murahnya biaya perawatan itu karena hidrophonik vertikal bisa dibuat dengan bahan-bahan sisa di rumahnya.
"Media tanamnya sekam bakar dengan [wadah] pipa PVC, pupuknya pakai eco-enzim dari sampah atau sisa-sisa makanan yang diolah,” ujarnya.
Dengan cara sederhana itu, Yosephine telah berhasil menanam 10 jenis tanaman di lahan seluas 3x3 meter yang panen setiap tiga bulan sekali tanpa mengenal musim.
Hasil panennya pun memuaskan. Tidak adanya penggunaan pestisida dinilai mampu menghasilkan sayuran dan buah yang lebih sehat.
Selain dikonsumsi sendiri, hasil panen dari kebun mininya itu juga dijual ke lingkungan sekitar. Responsnya pun positif karena sayur dan buah yang dijual Yosephine kualitasnya jauh lebih baik lantaran tak mengandung bahan kimia.
“Harganya juga bisa bersaing karena dijual ke konsumen langsung bukan lewat perantara atau tengkulak dan pedagang,” tegasnya.
Sementara itu, Owner Kebun Sayurku Hidroponik, Indra Karyanto, mengatakan hidroponik saat ini menjadi metode tanam yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Pasalnya, metode tersebut memiliki sejumlah keunggulan yang tidak dimiliki oleh metode konvensional yang masih menggunakan tanah.
Tanaman yang ditanam menggunakan metode tersebut membutuhkan air 90% lebih sedikit dibandingkan dengan metode konvensional menggunakan tanah. Selain itu, masa tanam juga tidak tergantung oleh musim seperti pada metode konvensional.
“Tanaman yang ditanam dengan cara hidroponik terhindar dari segala penyakit yang bersumber dari tanah atau soil-borne disease, sehingga jadi lebih bersih dan higienis. Pemeliharaan lebih mudah, dapat terkontrol dengan baik,” tutur Indra.
Editor: Avicenna
Co-Founder sekaligus Chief Operation Officer Pak Tani Digital, Yosephine Sembiring, menjelaskan betapa praktisnya bercocok tanam di rumah. Dengan menggunakan metode hidroponik vertikal, misalnya, seseorang bisa bercocok tanam dengan lahan terbatas dan biaya perawatan murah.
Yosephine menyebut bahwa murahnya biaya perawatan itu karena hidrophonik vertikal bisa dibuat dengan bahan-bahan sisa di rumahnya.
"Media tanamnya sekam bakar dengan [wadah] pipa PVC, pupuknya pakai eco-enzim dari sampah atau sisa-sisa makanan yang diolah,” ujarnya.
Dengan cara sederhana itu, Yosephine telah berhasil menanam 10 jenis tanaman di lahan seluas 3x3 meter yang panen setiap tiga bulan sekali tanpa mengenal musim.
Hasil panennya pun memuaskan. Tidak adanya penggunaan pestisida dinilai mampu menghasilkan sayuran dan buah yang lebih sehat.
Selain dikonsumsi sendiri, hasil panen dari kebun mininya itu juga dijual ke lingkungan sekitar. Responsnya pun positif karena sayur dan buah yang dijual Yosephine kualitasnya jauh lebih baik lantaran tak mengandung bahan kimia.
“Harganya juga bisa bersaing karena dijual ke konsumen langsung bukan lewat perantara atau tengkulak dan pedagang,” tegasnya.
Sementara itu, Owner Kebun Sayurku Hidroponik, Indra Karyanto, mengatakan hidroponik saat ini menjadi metode tanam yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Pasalnya, metode tersebut memiliki sejumlah keunggulan yang tidak dimiliki oleh metode konvensional yang masih menggunakan tanah.
Tanaman yang ditanam menggunakan metode tersebut membutuhkan air 90% lebih sedikit dibandingkan dengan metode konvensional menggunakan tanah. Selain itu, masa tanam juga tidak tergantung oleh musim seperti pada metode konvensional.
“Tanaman yang ditanam dengan cara hidroponik terhindar dari segala penyakit yang bersumber dari tanah atau soil-borne disease, sehingga jadi lebih bersih dan higienis. Pemeliharaan lebih mudah, dapat terkontrol dengan baik,” tutur Indra.
Editor: Avicenna
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.