Strategi Pelaku Bisnis Franchise Menggaet Mitra
13 September 2023 |
00:23 WIB
Geliat industri franchise dan business opportunity di Indonesia terbilang sangat dinamis bahkan terus mengalami pertumbuhan setiap tahunnya. Kendati sempat melambat pada masa pandemi tetapi seiring dengan kondisi yang mulai membaik dan perekonomian yang bertumbuh, bisnis franchise juga ikut menggeliat.
Hal ini sejalan pula dengan laporan Franchising Economic Outlook tahun 2023 yang menunjukkan output bisnis franchise untuk aktivitas ekonomi secara total akan meningkat sebesar 4,2% mencapai US$ 860,1 miliar pada 2023 dibandingkan sebelumnya US$ 825,4 miliar pada 2022.
Baca juga: Cari Potensi Bisnis Franchise Bagi Pensiunan, Simak Dulu Ini
Djoko Kurniawan Senior Business Consultant & Franchise Expert mengatakan untuk sukses mengembangkan bisnis franchise atau business opportunity, pelaku usaha harus dapat memanfaatkan semua saluran pemasaran, baik offline melalui pameran maupun online melalui branding di media sosial.
Sebab, ketika pelaku usaha tersebut tidak ikut serta di dalam pameran maka bisa saja masyarakat atau calon mitra menganggap bahwa bisnis tersebut sudah tidak eksis. Namun, ketika pelaku usaha ikut menjadi peserta pameran sekaligus aktif di media sosial maka masyarakat akan lebih percaya.
“Agar bisnis franchise tersebut berkembang maka pelaku usaha perlu melakukan proses pemasaran dan branding yang saling terintegrasi, baik online maupun offline sehingga brand awarenessnya dapat menancap di benak customer,” tuturnya.
Dalam memanfaatkan media sosial, pelaku usaha tidak bisa hanya sekadar hard selling dengan hanya menjual paket atau mempromosikan produknya saja tetapi juga perlu melakukan proses edukasi ataupun soft selling sebagai gimmick kepada para konsumen secara benar.
Kekuatan media sosial maupun publikasi di media online menjadi sangat penting bagi para pelaku usaha. Sebab, banyak franchisor atau calon mitra yang melakukan penelusuran melalui internet sebelum sepakat membeli paket franchise. Ketika sebuah brand sudah memiliki branding yang kuat dan bisnisnya eksis pada saat di cari di internet maka hal tersebut akan menjadi salah satu nilai plus bagi mereka untuk dapat meyakinkan calon mitra.
Namun satu hal yang menurutnya perlu untuk digaris bawahi oleh para franchisor adalah berbisnis dengan jujur. Jangan sampai menawarkan paket franchise kepada para mitra hanya untuk mendapatkan keuntungan semata.
“Karena sering kali apa yang ada di atas kertas tidak sama dengan kenyataan. Akhir-akhir ini banyak brand franchise atau BO yang tidak benar, hanya ingin menarik uang di awal dan berbisnis dengan tidak bertanggung jawab,” tuturnya.
Misalnya saja dengan membuat pencitraan yang sangat manis di media sosial atau membuat perhitungan usaha yang terlalu berlebihan di atas kertas padahal kenyataannya berbeda dengan yang tertulis di atas kertas. Untuk itu, para calon mitra atau franchisee juga perlu lebih teliti dalam memilih brand franchise atau BO. “Jangan mudah percaya analisa yang ada di atas kertas tetapi datangi terlebih dahulu outletnya untuk melihat kondisinya secara real sebelum sepakat untuk membeli paket franchise atau BO yang ditawarkan,” tuturnya.
Selain itu, para calon mitra juga perlu memperhatikan profesionalitas dari pemilik brand. Hal ini bisa dilihat dari cara mereka berkomunikasi kepada calon mitra, standar operasional yang dimiliki, support system yang akan diberikan, hingga kondisi yang ada di kantor pusat maupun kelengkapan informasi di website atau media sosial.
Baca juga : 7 Franchise Makanan Korea dengan Modal Kecil, Ada Holdak Indonesia dan Kimbap Ina
Editor : Puput Ady Sukarno
Hal ini sejalan pula dengan laporan Franchising Economic Outlook tahun 2023 yang menunjukkan output bisnis franchise untuk aktivitas ekonomi secara total akan meningkat sebesar 4,2% mencapai US$ 860,1 miliar pada 2023 dibandingkan sebelumnya US$ 825,4 miliar pada 2022.
Baca juga: Cari Potensi Bisnis Franchise Bagi Pensiunan, Simak Dulu Ini
Djoko Kurniawan Senior Business Consultant & Franchise Expert mengatakan untuk sukses mengembangkan bisnis franchise atau business opportunity, pelaku usaha harus dapat memanfaatkan semua saluran pemasaran, baik offline melalui pameran maupun online melalui branding di media sosial.
Sebab, ketika pelaku usaha tersebut tidak ikut serta di dalam pameran maka bisa saja masyarakat atau calon mitra menganggap bahwa bisnis tersebut sudah tidak eksis. Namun, ketika pelaku usaha ikut menjadi peserta pameran sekaligus aktif di media sosial maka masyarakat akan lebih percaya.
“Agar bisnis franchise tersebut berkembang maka pelaku usaha perlu melakukan proses pemasaran dan branding yang saling terintegrasi, baik online maupun offline sehingga brand awarenessnya dapat menancap di benak customer,” tuturnya.
Dalam memanfaatkan media sosial, pelaku usaha tidak bisa hanya sekadar hard selling dengan hanya menjual paket atau mempromosikan produknya saja tetapi juga perlu melakukan proses edukasi ataupun soft selling sebagai gimmick kepada para konsumen secara benar.
Kekuatan media sosial maupun publikasi di media online menjadi sangat penting bagi para pelaku usaha. Sebab, banyak franchisor atau calon mitra yang melakukan penelusuran melalui internet sebelum sepakat membeli paket franchise. Ketika sebuah brand sudah memiliki branding yang kuat dan bisnisnya eksis pada saat di cari di internet maka hal tersebut akan menjadi salah satu nilai plus bagi mereka untuk dapat meyakinkan calon mitra.
Namun satu hal yang menurutnya perlu untuk digaris bawahi oleh para franchisor adalah berbisnis dengan jujur. Jangan sampai menawarkan paket franchise kepada para mitra hanya untuk mendapatkan keuntungan semata.
“Karena sering kali apa yang ada di atas kertas tidak sama dengan kenyataan. Akhir-akhir ini banyak brand franchise atau BO yang tidak benar, hanya ingin menarik uang di awal dan berbisnis dengan tidak bertanggung jawab,” tuturnya.
Misalnya saja dengan membuat pencitraan yang sangat manis di media sosial atau membuat perhitungan usaha yang terlalu berlebihan di atas kertas padahal kenyataannya berbeda dengan yang tertulis di atas kertas. Untuk itu, para calon mitra atau franchisee juga perlu lebih teliti dalam memilih brand franchise atau BO. “Jangan mudah percaya analisa yang ada di atas kertas tetapi datangi terlebih dahulu outletnya untuk melihat kondisinya secara real sebelum sepakat untuk membeli paket franchise atau BO yang ditawarkan,” tuturnya.
Selain itu, para calon mitra juga perlu memperhatikan profesionalitas dari pemilik brand. Hal ini bisa dilihat dari cara mereka berkomunikasi kepada calon mitra, standar operasional yang dimiliki, support system yang akan diberikan, hingga kondisi yang ada di kantor pusat maupun kelengkapan informasi di website atau media sosial.
Baca juga : 7 Franchise Makanan Korea dengan Modal Kecil, Ada Holdak Indonesia dan Kimbap Ina
Editor : Puput Ady Sukarno
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.