Buka 165 Gerai dalam 3,5 Tahun, Intip Strategi Bisnis Haus!
23 February 2022 |
06:38 WIB
Sepanjang 2021, startup yang bergerak di bidang makanan dan minuman (F&B) kekinian, Haus!, melaporkan angka pendapatan sebesar Rp252 miliar. Dengan menjangkau target pasar aspiring middle class Indonesia lewat sejumlah inovasi dan kolaborasi, Haus! menargetkan pendapatan Rp750 miliar tahun ini.
CEO & Co-Founder Haus! Gufron Syarif menuturkan, berdasarkan laporan World Bank bahwa angka penjualan bisnis F&B di Indonesia melalui delivery online channel mencapai sekitar US$4 miliar dan diperkirakan tumbuh dua kali lipat pada 2025.
Pada kategori snack and beverage, lanjutnya, angka pendapatan di Indonesia mencapai US$1 miliar pada tahun 2020 atau sekitar Rp1,4 triliun, dan diperkirakan tumbuh dua kali lipat menjadi US$2 miliar pada 2025. Hal ini membuatnya cukup optimistis untuk menjadi pemain besar dalam bisnis minuman dan snack kekinian ini.
“Bahkan based on data brand health tracking pada akhir 2021, kami sudah masuk tiga besar untuk brand beverage kekinian di Indonesia. Kami yakin banget 2022 ini, bisa buka sekitar 300 toko dengan target omset Rp750 miliar,” katanya dalam kesempatan wawancara virtual bersama media, baru-baru ini.
Dalam menjalankan bisnisnya, Gufron mengatakan bahwa sejak awal ingin menghadirkan minuman kekinian untuk segmen ekonomi menengah ke bawah atau aspiring middle class. Menurutnya, segmen pasar tersebut sudah terdukasi dengan produk-produk new tea and boba dengan banyaknya brand yang ada.
Sayangnya, strategi harga beberapa merek seperti yang dijual di mal atau office area menurutnya belum tepat dengan daya beli mereka. Akhirnya, alih-alih menciptakan produk baru, Gufron justru memutuskan untuk menjual produk-produk yang memang sudah populer di masyarakat dengan harga yang lebih terjangkau.
“Kita mulai membuat produk-produk yang sudah cukup populer sehingga kita hanya ikuti alurnya saja dan nggak coba buat produk terbaru, sehingga produk kita gampang diterima,” ujarnya.
(Baca juga: Raih Omzet Ratusan Miliar, Simak Kisah Pemilik Haus! Bangun Bisnis Minuman Kekinian)
Dalam membangun branding awareness di masyarakat, Gufron menjelaskan bahwa dia menggunakan beberapa strategi seperti memperbanyak store. Terbukti, hanya dalam waktu kurang lebih 3,5 tahun, Haus! telah memiliki 165 gerai yang tersebar di seluruh Indonesia.
Selain itu, dia juga membangun awareness tentang bisnisnya melalui fitur-fitur yang ada di aplikasi delivery online seperti memasang banner online, serta tentunya mengandalkan media sosial seperti Instagram dan TikTok untuk menjangkau konsumennya dengan konten-konten yang menarik.
Alih-alih menggunakan konsep product centric dalam membangun brand awareness di media sosial, Gufron justru menggunakan pendekatan consumer centric. Dengan kata lain, dia berusaha menjadi brand yang relevan dengan target pasar dengan cara komunikasi yang akrab.
“Mulai dari cara komunikasi di store atau media sosial, kita mencoba menjadi teman atau brand yang mengerti preferensi mereka. Dengan begitu, mereka merasa Haus! dekat dengan mereka,” ucapnya.
Dengan pertumbuhan toko yang sangat cepat, Gufron juga menuturkan bahwa tantangan besar saat ini yang dihadapi dalam menjalankan bisnisnya adalah dalam persoalan sumber daya manusia (SDM) dan operasional.
Menurutnya, dengan toko yang akan makin banyak ke depannya, membuat organisasi yang terintegrasi dengan ribuan pegawai menjadi tantangan tersendiri baginya.
“Bagaimana dengan membuka toko dengan begitu cepat kita tetap bisa mentraining pegawai kita, sehingga punya skill yang solid untuk memberikan servis maupun menguasai pengetahuan tentang produk,” katanya.
Editor: Fajar Sidik
CEO & Co-Founder Haus! Gufron Syarif menuturkan, berdasarkan laporan World Bank bahwa angka penjualan bisnis F&B di Indonesia melalui delivery online channel mencapai sekitar US$4 miliar dan diperkirakan tumbuh dua kali lipat pada 2025.
Pada kategori snack and beverage, lanjutnya, angka pendapatan di Indonesia mencapai US$1 miliar pada tahun 2020 atau sekitar Rp1,4 triliun, dan diperkirakan tumbuh dua kali lipat menjadi US$2 miliar pada 2025. Hal ini membuatnya cukup optimistis untuk menjadi pemain besar dalam bisnis minuman dan snack kekinian ini.
“Bahkan based on data brand health tracking pada akhir 2021, kami sudah masuk tiga besar untuk brand beverage kekinian di Indonesia. Kami yakin banget 2022 ini, bisa buka sekitar 300 toko dengan target omset Rp750 miliar,” katanya dalam kesempatan wawancara virtual bersama media, baru-baru ini.
CEO & Co-Founder Haus! Gufron Syarif (Dok. Tangkapan Layar)
Sayangnya, strategi harga beberapa merek seperti yang dijual di mal atau office area menurutnya belum tepat dengan daya beli mereka. Akhirnya, alih-alih menciptakan produk baru, Gufron justru memutuskan untuk menjual produk-produk yang memang sudah populer di masyarakat dengan harga yang lebih terjangkau.
“Kita mulai membuat produk-produk yang sudah cukup populer sehingga kita hanya ikuti alurnya saja dan nggak coba buat produk terbaru, sehingga produk kita gampang diterima,” ujarnya.
(Baca juga: Raih Omzet Ratusan Miliar, Simak Kisah Pemilik Haus! Bangun Bisnis Minuman Kekinian)
Dalam membangun branding awareness di masyarakat, Gufron menjelaskan bahwa dia menggunakan beberapa strategi seperti memperbanyak store. Terbukti, hanya dalam waktu kurang lebih 3,5 tahun, Haus! telah memiliki 165 gerai yang tersebar di seluruh Indonesia.
Selain itu, dia juga membangun awareness tentang bisnisnya melalui fitur-fitur yang ada di aplikasi delivery online seperti memasang banner online, serta tentunya mengandalkan media sosial seperti Instagram dan TikTok untuk menjangkau konsumennya dengan konten-konten yang menarik.
Alih-alih menggunakan konsep product centric dalam membangun brand awareness di media sosial, Gufron justru menggunakan pendekatan consumer centric. Dengan kata lain, dia berusaha menjadi brand yang relevan dengan target pasar dengan cara komunikasi yang akrab.
“Mulai dari cara komunikasi di store atau media sosial, kita mencoba menjadi teman atau brand yang mengerti preferensi mereka. Dengan begitu, mereka merasa Haus! dekat dengan mereka,” ucapnya.
Dengan pertumbuhan toko yang sangat cepat, Gufron juga menuturkan bahwa tantangan besar saat ini yang dihadapi dalam menjalankan bisnisnya adalah dalam persoalan sumber daya manusia (SDM) dan operasional.
Menurutnya, dengan toko yang akan makin banyak ke depannya, membuat organisasi yang terintegrasi dengan ribuan pegawai menjadi tantangan tersendiri baginya.
“Bagaimana dengan membuka toko dengan begitu cepat kita tetap bisa mentraining pegawai kita, sehingga punya skill yang solid untuk memberikan servis maupun menguasai pengetahuan tentang produk,” katanya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.