Koleksi busana Sandyakala Smara. (Sumber gambar: Bakti Budaya Djarum Foundation)

Denny Wirawan Hadirkan Keindahan Kebaya Encim dan Batik Kudus dalam Koleksi Sandyakala Smara

07 September 2023   |   18:00 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Desainer Denny Wirawan berkolaborasi dengan Bakti Budaya Djarum Foundation merilis koleksi busana batik Kudus bertajuk Sandyakala Smara. Koleksi ini menampilkan ragan busana yang terinspirasi dari ciri khas kebaya encim periode 1930-an sampai 1950-an yang merupakan hasil percampuran budaya Tionghoa, Eropa dan Arab.
 
Gaya kebaya Encim yang ikonik dipadukan dengan kain batik Kudus yang juga memiliki keunikan motif seperti kain Wastra lainnya di Nusantara. Hasilnya, terciptalah sekitar 40 busana dengan beragam bentuk yang bisa digunakan dalam berbagai acara dan kegiatan.

Baca juga: Mengintip Koleksi Modest Fesyen Spring-Summer 8 Desainer Tanah Air yang Tampil di Paris
 
Koleksi ini terdiri dari beberapa gaya kebaya encim yang hadir dengan berbagai warna seperti biru, putih, dan krem. Dengan sentuhan tangan sang desainer, kebaya encim yang terkenal memiliki desain sederhana menjadi tampak mewah dan elegan dengan berbagai aksen dan elemen. Koleksi kebaya encim ini juga tampak anggun dipadukan dengan kain batik Kudus sebagai rok.
 

 

Salah satu busana koleksi Sandyakala Smara. (Sumber gambar: Bakti Budaya Djarum Foundation)

Selain kebaya encim, koleksi Sandyakala Smara juga menampilkan ragam busana lain seperti dress, outer, long dress, tunik, hingga ball gown yang tampil apik menggunakan bahan batik Kudus beragam motif dan warna. Tampilan seluruh busama dalam koleksi ini juga semakin terkesan mewah dipadukan dengan perhiasan dari EPA Jewel.
 
Sebagai desainer, Denny Wirawan memang dikenal konsisten mengeksplorasi dan menciptakan ragam busana dengan mengangkat kekayaan wastra. Karyanya dikenal memiliki karakteristik yang misterius, provokatif, anggun, dan glamor.
 
Selain itu, desiner asal Bali itu juga sering bermain seputar motif cetak serta hiasan manik-manik yang terkesan spektakuler. Umumnya, Denny berkreasi dan berinovasi lewat teknik tabrak motif dalam satu tampilan yang bertumpuk, sehingga berhasil menciptakan sebuah pakaian nan seksi, androgini, tetapi tetap elegan.
 
Denny mengatakan dalam membuat koleksi Sandyakala Smara, dia bekerja sama dengan para pembatik pesisir di Pekalongan, serta berkolaborasi dengan kolektor batik Agam Riyadi, sehingga memperkaya koleksi batik yang ditampilkan dalam rancangan busananya kali ini.
 
Desainer yang telah berkarya hampir tiga dekade itu mengungkapkan peluncuran koleksi Sandyakala Smara juga menjadi momentum baginya yang selama delapan tahun terakhir ini tekun mengolah batik Kudus sejak 2015.
 
Koleksi Sandyakala Smara pun menjadi persembahan Denny sebagai wujud dedikasi untuk menggali lebih dalam lagi potensi-potensi yang ada pada motif atik Kudus yang belum tereksplorasi, setelah sebelumnya hadir koleksi Pasar Malam, Padma, dan Wedari.
 
"Tahun ini telah sewindu keindahan atik Kudus memberikan inspirasi yang membuat saya terus mengeksplorasi dan berkreasi. Memadukan mahakarya dari para artisan batik yang penuh keindahan dan filosofi dalam helai-helai busana yang dibuat dengan cinta," ujarnya.
 

Koleksi busana Sandyakala Smara. (Sumber gambar: Bakti Budaya Djarum Foundation)

Di Kota Kudus, batik bukan hanya sekadar fesyen melainkan sudah menjadi komoditas sejak era 1500-an. Eksistensi atik Kudus kian berkembang utamanya pada 1935 hingga dekade 1970-an. Namun, batik Kudus cenderung mengalami kemunduran pada era 1980-an.
 
Kemunduran ini ditandai dengan semakin menurunnya jumlah pengrajin batik lantaran kemunculan batik printing dengan proses pembuatan yang lebih cepat dan harga yang lebih murah, sehingga membuat para pengrajin batik Kudus terpaksa gulung tikar karena tidak mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dan teknologi.
 
Sejak 2010, Bakti Budaya Djarum Foundation melakukan program pembinaan kepada para pengrajin batik Kudus dan menghidupkan kembali para pengrajin yang sempat beralih profesi, serta memupuk generasi baru penerus kerajinan batik Kudus. Pada 2015, Bakti Budaya Djarum Foundation mulai berkolaborasi dengan desainer Denny Wirawan untuk mengangkat batik Kudus dengan sentuhan unik dan inovatif. 
 
"Koleksi Sandyakala Smara tak sekadar busana, namun juga sebuah perjalanan budaya dan kreativitas yang mempertemukan antara masa lalu dan saat ini dengan harmoni. Sebuah perwujudan serta penghormatan atas warisan keindahan wastra dengan pembaruan yang dikemas dalam estetika yang memukau," kata Denny.
 
Renitasari Adrian selaku Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation mengatakan peluncurkan koleksi busana Sandyakala Smara adalah bentuk dukungan tulus dalam melestarikan dan mengapresiasi kekayaan wastra budaya Indonesia, terutama batik Kudus yang memukau dan menginspirasi kreativitas untuk terus mengeksplorasi serta memperkaya keindahan yang tak ternilai dari kain-kain Indonesia.
 
Menurutnya, Kudus bukan hanya dikenal sebagai penghasil kretek, tetapi juga memiliki batik yang bernilai tinggi sekaligus menghargai perjalanan panjang dalam berkarya lewat kain dan pola yang telah memberikan warna baru bagi dunia mode Indonesia.
 
"Ini merupakan sebuah kesempatan untuk mengenalkan daya tarik Kota Kretek sehingga menjadi salah satu destinasi wisata yang mampu menggerakkan perekonomian masyarakat,” ucapnya.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Intip Kemewahan Galaxy Z Fold5 & Galaxy Watch6, Edisi Khusus Samsung x Thom Browne

BERIKUTNYA

Penjurian Tuntas, Intip Bocoran Pemenang Lomba Foto HYPEXPLORE: Culture Brings People Together

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: