Ngurus Anak yang Sedang Isoman, Begini Caranya
31 July 2021 |
10:20 WIB
Isolasi mandiri mungkin menjadi tantangan besar bagi anak dan remaja yang terinfeksi Covid-19. Mereka masih belum bisa mengurus segala kebutuhan selama menjalani masa tersebut, terutama para balita.
Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Yogi Prawira mengatakan anak tetap bisa diasuh saat menjalani isoman, namun hanya satu orang saja yang melakukannya. Dengan catatan, orang tua atau pengasuh tersebut memiliki risiko rendah untuk mengalami gejala berat apabila terinfeksi Covid-19.
“Cukup satu orang saja, jangan ganti-gantian. Orangnya yang memiliki risiko rendah. Kalau lansia, diabetes, perokok berat, dia jangan dipilih sebagai pendamping, kalau kena (Covid-19) bisa fatal,” ujarnya.
Para orang tua atau pengasuh yang menemani anak atau remaja yang sedang isoman usahakan untuk menghindari terkena paparan air liur atau cairan tubuh sebagai media transmisi Covid-19. Yogi mengingatkan untuk selalu menggunakan masker, pelindung mata, sarung tangan sekali pakai, dan baju luar yang bisa dicuci.
Rajin mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah berinteraksi juga menjadi hal wajib. Begitu pula dengan menjaga jarak, termasuk saat tidur.
Ketika keluar ruangan pasien isoman, orang tua atau pengasuh perlu membuang masker dan sarung tangan di tempat plastik khusus baru dibuang ke tempat sampah. Sebisa mungkin membersihkan badan dan mengganti baju apabila ingin merawat anak lainnya.
Sementara itu, Yogi mengimbau agar jangan makan makanan sisa atau menggunakan alat makan anak yang sedang isoman karena air liur yang menempel bisa menularkan. Cuci pakaian anak dan baju yang sebelumnya dipakai secara terpisah. “Jaga kesehatan dan minum suplemen,” tambah Yogi.
Nah, orang tua atau pengasuh pun diwajibkan melakukan karantina mandiri setelah anak selesai menjalani isolasi.
Adapun selama anak menjalani isoman, penerapan protokol kesehatan di rumah wajib dilakukan. Mulai dari modifikasi ruangan dengan memisahkan zona pasien dengan zona bersih. Zona yang paling penting dipisahkan yakni kamar tidur, kamar mandi, tempat bermain atau beraktivitas. Jika tidak memungkinkan, Yogi menyarankan agar tetap menjaga jarak minimal 1 meter dengan anak yang sakit.
Untuk rumah yang hanya memiliki satu kamar mandi, anak yang positif Covid-19 diminta untuk menggunakannya paling akhir dan beri jarak dengan pemakai kamar mandi berikutnya. Upayakan pula untuk menjaga sirkulasi udara yang baik di dalam rumah, misal membuka jendela atau sesering mungkin agar virus tidak mengendap.
Selama isoman, anak lebih dari 2 tahun atau remaja wajib menggunakan masker dengan cara yang benar saat berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain. “Kita boleh istirahat masker kalau sendiri di dala ruangan. Pada saat tidur juga boleh dilepas,” imbuhnya.
Sementara itu, yang paling penting saat anak menjalani isoman yakni pemantauan. Mulai dari tanda dehidrasi dan gejala lain, suhu, laju napas, saturasi oksigen, asupan makanan, aktivitas anak. “Kalau di dalam kamar main gadget saja itu salah besar,” tegas Yogi.
Pemantauan ini dilakukan dua kali sehari yakni pagi dan sore kemudian lakukan pencatatan. Menurutnya para orang tua atau pengasuh perlu memiliki kontak tenaga medis yang dipercaya untuk konsultasi selama anak isoman.
Lebih lanjut dia menerangkan perlunya dilakukan pemantauan karena derajat Covid-19 bisa berubah-ubah, yang awalnya tanpa gejala bisa menjadi ringan, dan bisa saja meningkat derajatnya seiring waktu. Pemantauan bahkan dilakukan walaupun anak sudah dinyatakan negatif Covid-19. “Yang kita khawatirkan ada peradangan hebat setelah infeksi lewat,” sebutnya.
Editor: Dika Irawan
Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Yogi Prawira mengatakan anak tetap bisa diasuh saat menjalani isoman, namun hanya satu orang saja yang melakukannya. Dengan catatan, orang tua atau pengasuh tersebut memiliki risiko rendah untuk mengalami gejala berat apabila terinfeksi Covid-19.
“Cukup satu orang saja, jangan ganti-gantian. Orangnya yang memiliki risiko rendah. Kalau lansia, diabetes, perokok berat, dia jangan dipilih sebagai pendamping, kalau kena (Covid-19) bisa fatal,” ujarnya.
Para orang tua atau pengasuh yang menemani anak atau remaja yang sedang isoman usahakan untuk menghindari terkena paparan air liur atau cairan tubuh sebagai media transmisi Covid-19. Yogi mengingatkan untuk selalu menggunakan masker, pelindung mata, sarung tangan sekali pakai, dan baju luar yang bisa dicuci.
Rajin mencuci tangan setiap sebelum dan sesudah berinteraksi juga menjadi hal wajib. Begitu pula dengan menjaga jarak, termasuk saat tidur.
Ketika keluar ruangan pasien isoman, orang tua atau pengasuh perlu membuang masker dan sarung tangan di tempat plastik khusus baru dibuang ke tempat sampah. Sebisa mungkin membersihkan badan dan mengganti baju apabila ingin merawat anak lainnya.
Sementara itu, Yogi mengimbau agar jangan makan makanan sisa atau menggunakan alat makan anak yang sedang isoman karena air liur yang menempel bisa menularkan. Cuci pakaian anak dan baju yang sebelumnya dipakai secara terpisah. “Jaga kesehatan dan minum suplemen,” tambah Yogi.
Nah, orang tua atau pengasuh pun diwajibkan melakukan karantina mandiri setelah anak selesai menjalani isolasi.
Adapun selama anak menjalani isoman, penerapan protokol kesehatan di rumah wajib dilakukan. Mulai dari modifikasi ruangan dengan memisahkan zona pasien dengan zona bersih. Zona yang paling penting dipisahkan yakni kamar tidur, kamar mandi, tempat bermain atau beraktivitas. Jika tidak memungkinkan, Yogi menyarankan agar tetap menjaga jarak minimal 1 meter dengan anak yang sakit.
Untuk rumah yang hanya memiliki satu kamar mandi, anak yang positif Covid-19 diminta untuk menggunakannya paling akhir dan beri jarak dengan pemakai kamar mandi berikutnya. Upayakan pula untuk menjaga sirkulasi udara yang baik di dalam rumah, misal membuka jendela atau sesering mungkin agar virus tidak mengendap.
Selama isoman, anak lebih dari 2 tahun atau remaja wajib menggunakan masker dengan cara yang benar saat berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain. “Kita boleh istirahat masker kalau sendiri di dala ruangan. Pada saat tidur juga boleh dilepas,” imbuhnya.
Sementara itu, yang paling penting saat anak menjalani isoman yakni pemantauan. Mulai dari tanda dehidrasi dan gejala lain, suhu, laju napas, saturasi oksigen, asupan makanan, aktivitas anak. “Kalau di dalam kamar main gadget saja itu salah besar,” tegas Yogi.
Pemantauan ini dilakukan dua kali sehari yakni pagi dan sore kemudian lakukan pencatatan. Menurutnya para orang tua atau pengasuh perlu memiliki kontak tenaga medis yang dipercaya untuk konsultasi selama anak isoman.
Lebih lanjut dia menerangkan perlunya dilakukan pemantauan karena derajat Covid-19 bisa berubah-ubah, yang awalnya tanpa gejala bisa menjadi ringan, dan bisa saja meningkat derajatnya seiring waktu. Pemantauan bahkan dilakukan walaupun anak sudah dinyatakan negatif Covid-19. “Yang kita khawatirkan ada peradangan hebat setelah infeksi lewat,” sebutnya.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.