Industri menjadi salah satu penyumbang polusi udara (Sumber gambar ilustrasi: pexels/ elīna-arāja)

Kualitas Udara DKI Jakarta Hari Ini Senin, 28 Agustus 2023 Masih Tidak Sehat

28 August 2023   |   09:47 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Kualitas udara di DKI Jakarta pada Senin, 28 Agustus 2023, masih menunjukkan tidak sehat. Dengan nilai indeks 156, udara di Ibu Kota Negara melebihi standar maksimal nilai dalam panduan kualitas udara organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO).

Dikutip dari laman iqair, 10 stasiun pemantauan kualitas udara DKI Jakarta pada Senin, 28 Agustus 2023 menunjukkan tanda tidak sehat atau berwarna merah. Stasiun Jeruk Purut menjadi stasiun yang memperlihatkan kualitas udara paling buruk dengan nilai 173.

Baca juga: Daftar Jenis Pohon Ini Efektif Mereduksi Polusi Udara, Bisa Serap Debu & Karbon

Sementara di posisi kedua, stasiun Jimbaran yang menunjukkan kualitas udara tidak sehat, yakni 168. Di posisi ketiga dan keempat masing-masing adalah stasiun Duitku PG, Kebon Jeruk (166) dan Kemang V (164).

Dengan kualitas udara yang demikian, maka Jakarta menjadi kota paling berpolusi nomor dua di dunia. Kota paling berpolusi nomor satu ditempati oleh Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) yang memiliki nilai indeks 173.

Dalam laman tersebut, hanya ada tiga kota di dunia yang indeks kualitas udaranya menunjukkan warna merah atau kategori tidak sehat. Selain Jakarta dan Dubai, kota lainnya adalah Dhaka di Banglades dengan indeks 154.

Kota paling berpolusi lainnya tercatat memiliki warna oranye atau masuk dalam kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif. Kota itu seperti Kolkata di India dengan indeks 147, Lahore di Pakista dengan nilai 146, Kampala di Uganda mencapai 135, dan sebagainya.

Untuk diketahui, sebuah kota dinilai memiliki kualitas udara yang bersih jika memiliki indeks dari 0 sampai 50. Sementara itu, kota tersebut masuk dalam kategori sedang ketika indeksnya berada dalam rentang nilai 51 – 100.

Nilai indeks 101 – 150 membuat sebuah kota masuk dalam kategori tidak sehat bagi kelompok sensitif. Sementara pemilik 151 – 200 akan dikategorikan tidak sehat.

Kualitas udara menjadi sangat tidak sehat ketika indeksnya mencapai 201 – 300. Terakhir, udara di sebuah kota menjadi berbahaya jika indeksnya berada di atas 301.

Udara yang berpolusi akan berdampak terhadap kesehatan seseorang. Organisasi kesehatan dunia mencatatkan bahwa gabungan polusi udara luar ruangan dan rumah tangga dikaitkan dengan 6,7 juta kematian dini setiap tahun. Tidak hanya itu, sebanyak 4,2 juta orang juga diperkirakan meninggal dini di seluruh dunia pada 2019.

“Sekitar 89 persen kematian dini tersebut terjadi di negara-negara bependapatan rendah dan menengah, dan jumlah terbesar terjadi di wilayah WHO Asia Tenggara dan Pasifik Barat,” demikian tulis WHO.

Organisasi tersebut menuliskan bahwa polusi udara luar ruangan merupakan masalah kesehatan lingkungan utama yang memengaruhi semua orang di negara-negara dengan penghasilan rendah, menengah, dan tinggi.

Kematian dini yang dialami oleh jutaan orang akibat polusi udara lantaran terpapar partikel halus yang menyebabkan penyakit kardiovaskular, pernapasan, dan kanker.

WHO menuliskan bahwa pada 2019 sekitar 37 persen kematian dini terkait polusi udara luar ruangan disebabkan oleh penyakit jantung iskemik dan stroke.

Baca juga: Genhype, Perhatikan Panduan Olahraga di Luar Ruangan saat Polusi Meningkat

Kemudian, sebanyak 18 persen dan 23 persen masing-masing karena penyakit paru obstruktif kronik dan infeksi saluran pernapasan akut bagian bawah. Adapun, 11 persen kematian disebabkan oleh kanker pada saluran pernapasan.

Editor: Fajar Sidik 

SEBELUMNYA

Cek Tarif LRT Jabodebek yang Mulai Beroperasi Hari Ini

BERIKUTNYA

6 Rekomendasi Tempat Wisata Menarik di NTT, Wajib Cek Gunung Kelimutu dan Labuan Bajo

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: