Genhype, Perhatikan Panduan Olahraga di Luar Ruangan saat Polusi Meningkat
27 August 2023 |
19:00 WIB
Meski polusi mengepung sebagian wilayah di Indonesia, minat olahraga masyarakat masih terbilang tinggi. Sebab, olahraga berkaitan dengan kebugaran fisik yang harus tetap dilakukan secara rutin untuk menjaga kesehatan. Sejak dahulu, olahraga telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari gaya hidup masyarakat urban.
Data BPS mencatat, sekitar 32,55% masyarakat yang tinggal di perkotaan aktif dalam berolahraga. Dari laporan BPS, masyarakat Jakarta memiliki persentasi aktif berolahraga hingga 39,80%. Saat berolahraga, manusia membutuhkan oksigen yang terhirup dari udara di sekelilingnya. Sayangnya, kondisi udara di pusat perkotaan Indonesia sedang tidak baik-baik saja.
Baca juga: Cegah Polusi, Ini 5 Kiat Jaga Kualitas Udara di Dalam Rumah
Per Minggu (27/8/2023), Jakarta tercatat sebagai kota ertama dengan kualitas udara paling buruk di dunia. Jakarta mencatat nilai indeks kualitas udara di angka 156 yang sudah masuk dalam kategori tidak sehat.
Minat masyarakat Jakarta terhadap olahraga di tengah tingkat polusi tinggi ini harus disiasati dengan baik. Sehingga, diperlukan trik khusus untuk membuat aktivitas olahraga masyarakat berjalan lancar di tengah kepungan polusi.
Dokter Spesialis Paru, Erlang Samoedro mengatakan masyarakat masih bisa melakukan olahraga di luar ruangan dengan beberapa catatan. Pertama, melakukan pemantauan kualitas udara secara mandiri untuk melihat apakah kondisi udara luar ruangan layak untuk aktivitas olahraga.
“Kita harus tahu polusi dan ancaman apa yang mengintai di luar, kenali lingkungan kita dan tingkat polutannya, baru bisa memutuskan untuk aktivitas olahraga di luar rumah atau tidak,” katanya. Apabila polutan di luar ruangan tinggi, maka Erlang menyarankan untuk tidak melakukan aktivitas olahraga di luar rumah.
Erlang menyarankan, masyarakat masih bisa melakukan olahraga berjalan kaki sekitar 30 menit di luar ruangan. “Masih bisa dilakukan sekitar 30 menit d udara yang cukup tingi polusi,” tegasnya.
Apabila melihat rata-rata indeks kualitas udaranya, saat ini Jakarta berada pada angka 150. Berjalan kaki di luar ruang sekitar 30 menit ini masih diperbolehkan pada kisaran indeks kualitas udara di angka 200. Menurut Erlang, justru berjalan kaki minimal 30 menit ini sangat dianjurkan untuk menjaga kesehatan organ jantung dan paru.
Berdasarkan studi Tanio M. pada 2016, Erlang menjelaskan jenis olahraga lain seperti bersepeda juga masih dapat dilakukan sekitar 30 menit. Apabila intensitas waktunya ditambah, Erlang menjelaskan hal ini justru berpotensi menyebabkan kerugian kesehatan yang lebih tinggi akibat polusi yang terpapar saat berolahraga. Artinya, olahraga luar ruang yang disarankan pada kondisi udara dengan indeks kualitas tidak sehat adalah 30 menit.
Namun untuk orang yang berolahraga, masker dengan filtrasi dan cukup tebal akan menyelitkan pertukaran udara dan membuat kesulitan dala bernapas. “Karena terhambat pori masker, makin besar porinya maka akan sulit bernapasnya. Jadi sesuaikan saja sama efektivitasnya,” kata Erlang.
Dokter Spesialis Paru, Nuryunita Nainggolan mengatakan bahwa secara umum panduan dalam memilih jenis masker yang dapat digunakan masyarakat cenderung sama. Jenis masker apapun yang mampu menutup hidung, mulut, hingga bagian dagu dengan baik dinilai sudah mampu mengurangi jumlah polutan yang masuk ke dalam tubuh.
Jika tidak dapat menggunakan masker dengan filtrasi tinggi, jenis masker bedah dinilai sudah cukup untuk mendukung aktivitas luar ruangan asal digunakan dengan cara yang tepat dan benar. Jenis masker dengan filtrasi tinggi seperti KN95 tentu lebih diunggulkan untuk meminimalisir polutan.
Namun, masyarakat masih bisa menyesuaikan jenis makser dengan aktivitas yang ingin dilakukan. Misalnya dalam aktivitas berlari, tentu masker dengan filtrasi tinggi akan menghambat pertukuran udara.
Baca juga: WHO: Polusi Udara Berpotensi Picu Berbagai Penyakit Dari Jantung Hingga Kanker
Sebab, aktivitas berlari cenderung lebih membutuhkan banyak pertukuran udara dibanding dengan aktivitas yang intensitasnya lebih rendah seperti berjalan kaki. Maka, pilihan masker saat berolahraga dapat disesuaikan dengan intensitas olahraganya.
Editor: Fajar Sidik
Data BPS mencatat, sekitar 32,55% masyarakat yang tinggal di perkotaan aktif dalam berolahraga. Dari laporan BPS, masyarakat Jakarta memiliki persentasi aktif berolahraga hingga 39,80%. Saat berolahraga, manusia membutuhkan oksigen yang terhirup dari udara di sekelilingnya. Sayangnya, kondisi udara di pusat perkotaan Indonesia sedang tidak baik-baik saja.
Baca juga: Cegah Polusi, Ini 5 Kiat Jaga Kualitas Udara di Dalam Rumah
Per Minggu (27/8/2023), Jakarta tercatat sebagai kota ertama dengan kualitas udara paling buruk di dunia. Jakarta mencatat nilai indeks kualitas udara di angka 156 yang sudah masuk dalam kategori tidak sehat.
Minat masyarakat Jakarta terhadap olahraga di tengah tingkat polusi tinggi ini harus disiasati dengan baik. Sehingga, diperlukan trik khusus untuk membuat aktivitas olahraga masyarakat berjalan lancar di tengah kepungan polusi.
Dokter Spesialis Paru, Erlang Samoedro mengatakan masyarakat masih bisa melakukan olahraga di luar ruangan dengan beberapa catatan. Pertama, melakukan pemantauan kualitas udara secara mandiri untuk melihat apakah kondisi udara luar ruangan layak untuk aktivitas olahraga.
“Kita harus tahu polusi dan ancaman apa yang mengintai di luar, kenali lingkungan kita dan tingkat polutannya, baru bisa memutuskan untuk aktivitas olahraga di luar rumah atau tidak,” katanya. Apabila polutan di luar ruangan tinggi, maka Erlang menyarankan untuk tidak melakukan aktivitas olahraga di luar rumah.
Erlang menyarankan, masyarakat masih bisa melakukan olahraga berjalan kaki sekitar 30 menit di luar ruangan. “Masih bisa dilakukan sekitar 30 menit d udara yang cukup tingi polusi,” tegasnya.
Apabila melihat rata-rata indeks kualitas udaranya, saat ini Jakarta berada pada angka 150. Berjalan kaki di luar ruang sekitar 30 menit ini masih diperbolehkan pada kisaran indeks kualitas udara di angka 200. Menurut Erlang, justru berjalan kaki minimal 30 menit ini sangat dianjurkan untuk menjaga kesehatan organ jantung dan paru.
Berdasarkan studi Tanio M. pada 2016, Erlang menjelaskan jenis olahraga lain seperti bersepeda juga masih dapat dilakukan sekitar 30 menit. Apabila intensitas waktunya ditambah, Erlang menjelaskan hal ini justru berpotensi menyebabkan kerugian kesehatan yang lebih tinggi akibat polusi yang terpapar saat berolahraga. Artinya, olahraga luar ruang yang disarankan pada kondisi udara dengan indeks kualitas tidak sehat adalah 30 menit.
Haruskah Menggunakan Masker saat Berolahraga?
Erlang menjelaskan, penggunaan masker memang disarankan dalam kondisi polusi Jakarta saat ini. Dengan catatan, masker memiliki tingkat efisiensi dan efektivitasnya masing-masing. Menurutnya, masker jenis apapun dapat digunakan untuk meminimalisir polutan masuk ke dalam tubu saat olahraga. Semakin tinggi filtrasinya, maka efisiensinya akan makin tinggi.Namun untuk orang yang berolahraga, masker dengan filtrasi dan cukup tebal akan menyelitkan pertukaran udara dan membuat kesulitan dala bernapas. “Karena terhambat pori masker, makin besar porinya maka akan sulit bernapasnya. Jadi sesuaikan saja sama efektivitasnya,” kata Erlang.
Dokter Spesialis Paru, Nuryunita Nainggolan mengatakan bahwa secara umum panduan dalam memilih jenis masker yang dapat digunakan masyarakat cenderung sama. Jenis masker apapun yang mampu menutup hidung, mulut, hingga bagian dagu dengan baik dinilai sudah mampu mengurangi jumlah polutan yang masuk ke dalam tubuh.
Jika tidak dapat menggunakan masker dengan filtrasi tinggi, jenis masker bedah dinilai sudah cukup untuk mendukung aktivitas luar ruangan asal digunakan dengan cara yang tepat dan benar. Jenis masker dengan filtrasi tinggi seperti KN95 tentu lebih diunggulkan untuk meminimalisir polutan.
Namun, masyarakat masih bisa menyesuaikan jenis makser dengan aktivitas yang ingin dilakukan. Misalnya dalam aktivitas berlari, tentu masker dengan filtrasi tinggi akan menghambat pertukuran udara.
Baca juga: WHO: Polusi Udara Berpotensi Picu Berbagai Penyakit Dari Jantung Hingga Kanker
Sebab, aktivitas berlari cenderung lebih membutuhkan banyak pertukuran udara dibanding dengan aktivitas yang intensitasnya lebih rendah seperti berjalan kaki. Maka, pilihan masker saat berolahraga dapat disesuaikan dengan intensitas olahraganya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.