Media talkshow Menyeimbangkan Waktu Belajar dan Pribadi untuk Wujudkan Mimpi (Sumber gambar: Kelas Pintar)

Alasan Pentingnya Penerapan Study Life Balance Pada Anak di Masa Sekolah

22 August 2023   |   13:46 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Jika orang tua membutuhkan work life balance, anak-anak juga memerlukan study life balance, terutama selama masa pertumbuhannya. Anak-anak perlu menyeimbangkan antara kegiatan belajarnya dan kehidupan lainnya. Sebab, dua hal ini sama-sama penting dalam pertumbuhannya.

Study life balance adalah merupakan konsep yang mengacu pada pencarian keseimbangan antara waktu yang dihabiskan untuk kegiatan akademis dan kegiatan pribadi, seperti waktu berekreasi dan bersosial.

Psikolog Pendidikan dan Konselor Anak Caesilia Ika W mengatakan bahwa penerapan study life balance akan membantu anak dalam menjaga kesejahteraan emosional dan mental mereka. Selain itu, metode ini juga akan membantu anak lebih senang dengan pelajaran akademis.

“Anak-anak yang mengalami tekanan berlebihan dalam belajar memungkinkan mereka mengalami kelelahan fisik dan mental. Keseimbangan yang buruk akan berdampak pada stres, kecemasan, dan ujungnya penurunan motivasi dalam belajar,” ungkap Caesilia dalam media talkshow Menyeimbangkan Waktu Belajar dan Pribadi untuk Wujudkan Mimpi yang diadakan Kelas Pintar di Jakarta, Selasa (22/8).

Baca juga: 5 Kiat Menjaga Anak dari Kejahatan Siber

Oleh karena itu, alih-alih meminta anak untuk belajar ekstra keras, dirinya justru lebih menyarankan orang tua untuk membantu anak mencapai titik keseimbangannya ketika belajar. Tidak perlu memaksakan diri, tetapi juga bukan berarti benar-benar abai.

Menurut Caesilia, setiap orang sebenarnya terlahir untuk terus belajar sepanjang waktu. Dia mengibaratkan bayi yang baru lahir, lalu belajar menangis, merangkak, hingga berjalan. Mereka juga belajar untuk berbicara dan memahami keinginannya.

Semua itu dilakukan oleh bayi dengan gembira. Meski terkadang sulit atau bahkan jatuh ketika baru pertama berdiri, mereka akan bangkit lagi dan terus belajar. Sifat ini alamiah dialami oleh semua orang. Namun, setelah memasuki dunia sekolah, hal berbeda muncul. Terdapat sebagian anak justru terlihat tidak suka belajar. Mereka jadi tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolahnya.

“Mereka bukan enggak mau belajar. Orang tua hanya perlu membantu mencari apa yang menjadi hambatan si anak. Carilah titik keseimbangan itu,” imbuhnya.

Bisa jadi, kata Caesilia, ada keseimbangan yang direnggut di dunia si anak sehingga mereka mengalami penurunan motivasi belajar. Di titik ini, orang tua harus berperan sebagai suporter dan mengarahkan anak.
 

Ilustrasi anak bermain (Sumber gambar: Unsplash/Kelly Sikkema)

Ilustrasi anak bermain (Sumber gambar: Unsplash/Kelly Sikkema)


Dibanding menyalahkan anak dan menuntut mereka lebih rajin belajar, orang tua sebaiknya mencari jalan tengahnya. Ajaklah anak untuk mengobrol dan diskusi tentang masalahnya. Orang tua bisa mencari tahu lebih dalam kegiatan anak karena barang kali ada ketidakseimbangan antara proses belajar akademiknya dan kehidupan pribadinya.

Menurut Caesilia, anak sebenarnya akan belajar dengan proses hidup yang dialaminya. Mereka akan pelan-pelan mencoba untuk mencari titik ideal dalam berbagai tugas yang telah dibebankannya.

“Anak perlu diberi wewenang. Biarkan anak belajar merespons kehidupannya. Biarkan dia belajar memilah dan membagi waktu antara belajar dan bermain, misalnya,” jelas dia.

Di titik ini, peran orang tua hanya sebagai suporter dan pengawas. Jika hal itu masih sesuai dengan nilai-nilai kebaikan yang ada, maka bisa didukung. Sebaliknya, ajak diskusi anak jika mulai melenceng terlalu jauh. Sebab, study life balance bukan berarti leha-leha, tetapi lebih pada proses mencari titik ideal.

Founder dan CEO Kelas Pintar Fernando Uffie mengatakan bahwa keseimbangan antara kehidupan belajar dan kehidupan pribadi itu sangat penting. Sebab, menjadi seorang siswa itu bukanlah status, tetapi fase.

Fase ini akan melatih anak untuk menjelajahi kehidupan, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Fase ini tentu saja memerlukan kebebasan untuk menemukan apa yang disukainya. Maka, perlu ada keseimbangan untuk menjembatani itu.

Akan tetapi, pada faktanya jumlah waktu yang dihabiskan siswa untuk belajar di sekolah dan rumah jadi masalah. Mereka justru sering kali sudah lelah dan kerap tak sempat menjelajahi apa yang disukainya di luar aspek akademis.

Oleh karena itu, menurutnya, proses belajar bagi anak mestinya dibuat lebih efektif dan efisien. Dengan demikian, hal ini akan meminimalisir kelelahan akibat waktu belajar berlebih.

Baca juga:5 Tip Menjaga Mental dan Tumbuh Kembang Anak yang Wajib Dipahami Orang Tua

Dalam hal ini, memanfaatkan teknologi sebagai bagian dari sarana belajar menjadi penting. Selain akan lebih efektif, prosesnya juga akan lebih menyenangkan. Seperti di Kelas Belajar, proses belajarnya telah menerapkan point system, di mana akan ada apresiasi di setiap perjalanan akademis yang telah dilakukan siswa. Harapannya, ini akan terus memotivasi dan mengefektifkan proses belajar.

Editor : Puput Ady Sukarno

SEBELUMNYA

Viral di Media Sosial, Begini Asal Usul Festival Pacu Jalur yang Sudah Ada Sejak Abad ke-17

BERIKUTNYA

Mengenal Pakaian Adat Ngada yang Pernah Dipakai Presiden Jokowi

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: