Durasi Penggunaan PayLater yang Semakin Panjang Perlu Dibarengi KYC
18 August 2023 |
13:42 WIB
1
Like
Like
Like
Meski awalnya kurang populer pada awal-awal marketplace banyak berdiri, kini situasinya telah jauh berbeda. Skema pembayaran paylater terus menanjak dan jadi diminati banyak orang. Skema pembayaran yang mirip kartu kredit menjadi alasan paylater gampang booming dan disukai orang.
Ketua Departemen Ekonomi CSIS Fajar B Hirawan mengatakan tren penggunaan paylater saat ini masih banyak digunakan untuk instrumen pembayaran di platform ekonomi digital, seperti marketplace.
Namun, sebenarnya manfaat paylater tidak hanya dirasakan oleh pengguna saja. Dari sisi ekonomi, keberadaan paylater juga ikut mendongkrak angka transaksi atau konsumsi masyarakat. Paylater bisa dibilang jadi jembatan yang seksi untuk mempertemukan pembeli dan penjual saat ini.
Baca juga: Menengok Perubahan Perilaku Pengguna Paylater, Tak Melulu Karena Kondisi Terdesak
Data dari Statista tentang proyeksi pembelanjaan dengan paylater di Indonesia akan terus meningkat ke depan. Pada 2021, angkanya hanya sekitar US$1.7 miliar. Namung, diproyeksikan naik tajam menjadi US$7.3 miliar pada 2026.
Sementara itu, dalam Riset Perilaku E-Commerce Indonesia, terlihat bahwa durasi penggunaan paylater makin panjang. Hanya ada 9 persen yang menggunakan kurang dari tiga bulan, 14 persen penggunaan 3 bulan sampai 6 bulan, dan 21 persen penggunaan 6 bulan sampai 12 bulan. Sisanya, ada 56 persen lebih yang menggunakannya lebih dari satu tahun.
Ada beberapa hal yang mendasari itu. Masih dari riset yang sama, 72 persen responden menyebut paylater dapat memenuhi kebutuhan ketika tidak memiliki dana yang cukup. Lalu, 65 persen lain berpendapat ini jadi alternatif pilihan pembayaran cicilan selain kartu kredit.
Di sisi lain, paylater juga bukan hanya sekadar kebutuhan mendesak. Daya tariknya mulai beragam. Sebanyak 53 persen menggunakan skema ini karena untuk mendapatkan promo. Sebanyak 29,2 persen lainnya menggunakan paylater untuk membantu mengelola keuangannya.
Ke depan, prospek paylater pun tampak masih menjanjikan. Namun, kebijakan Know Your Customer (KYC) perlu diperketat agar meminimalisir potensi gagal bayar atau kredit macet.
Sebab, meski menawarkan skema pembayaran yang mudah dan menggiurkan, layanan ini punya risiko yang tak boleh dianggap remeh. Kebijaksanaan dalam melakukan transaksi jenis ini meski dikedepankan oleh setiap pengguna.
Selain itu, profil keuangan dari si pengguna juga mesti dicek dengan detail dan baik. Dengan seleksi yang baik, maka makin banyak pengguna yang dapat membayar tagihan paylater dengan lancar.
“Skema ini memang saat ini sedang menarik perhatian. Tipe konsumen yang memiliki future value (FV) lebih besar dibandingkan present value (PV) adalah segmentasi terbanyak peminat layanan ini,” ungkap Fajar kepada Hypeabis.
Direktur Utama PT Caturnusa Sejahtera Finance Doan Lingga mengatakan minat masyarakat untuk memanfaatkan Traveloka PayLater untuk berbagai kebutuhan cukup tinggi. Setiap tahunnya, angka pertumbuhan konsumen juga terus bertambah.
Jumlah pengguna Traveloka PayLater saat ini mengalami kenaikan hingga dua kali lipat dibandingkan dengan periode sebelum pandemi. Menurut Doan, peningkatan minat masyarakat terhadap layanan ini tak lepas dari membaiknya pengetahuan keuangan masyarakat Indonesia, seperti dapat dilihat pada Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan yang dikeluarkan OJK pada 2022.
Selain itu, dilihat dari nilai transaksi juga terus mengalami kenaikan. Apalagi, Indonesia memiliki beberapa momen-momen spesial yang membuat tingkat konsumsi meningkat. Misalnya, saat menjelang mudik Lebaran, pihaknya mencatat adanya kenaikan transaksi secara signifikan dibanding hari biasa.
Terkait dengan segmentasi, layanan paylater selama ini lebih menyasar segmen underbanked yang memiliki kendala atas akses finansial. Meskipun demikian, bukan berarti akses terhadap layanan ini tidak memiliki jaring pengaman. Doan mengatakan Traveloka PayLater kebijakan dan protokol manajemen risiko yang ketat dalam memberikan kredit dengan cara yang bertanggung jawab dan aman.
“Kami mengembangkan model risiko kredit milik kami sendiri yang diolah dari perilaku transaksi konsumen, proses Know Your Customer yang kuat, hingga pemanfaatan artificial intelligence serta machine learning,” ungkap Doan.
Perpaduan antara artificial intelligence dan machine learning membantu penentuan kelayakan pembiayaan, menawarkan produk paylater kepada konsumen yang memiliki basis kredit yang baik, sehingga dapat meminimalisir risiko di kemudian hari.
Sementara itu, COO dan Co-Founder Xendit Tessa Wijaya juga menyebut paylater jadi layanan pembayaran yang lagi booming saat ini. Pihaknya mencatat pertumbuhan paylater yang notabene sebagai metode pembayaran baru, tetapi sudah mampu tumbuh 10 kali lipat lebih besar dalam satu tahun terakhir.
Sepanjang tahun 2022, Xendit Group telah memproses lebih dari 200 juta transaksi pembayaran digital di Indonesia dengan nilai total volume transaksi mencapai lebih dari $20 miliar (sekitar Rp300 triliun). Layanan paylater menempatkan diri sebagai pembayaran kedua yang paling sering digunakan pada tahun tersebut.
Baca juga: 5 Cara Mengatur Keuangan Saat Harus Bayar Cicilan Paylater Setiap Bulan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Ketua Departemen Ekonomi CSIS Fajar B Hirawan mengatakan tren penggunaan paylater saat ini masih banyak digunakan untuk instrumen pembayaran di platform ekonomi digital, seperti marketplace.
Namun, sebenarnya manfaat paylater tidak hanya dirasakan oleh pengguna saja. Dari sisi ekonomi, keberadaan paylater juga ikut mendongkrak angka transaksi atau konsumsi masyarakat. Paylater bisa dibilang jadi jembatan yang seksi untuk mempertemukan pembeli dan penjual saat ini.
Baca juga: Menengok Perubahan Perilaku Pengguna Paylater, Tak Melulu Karena Kondisi Terdesak
Data dari Statista tentang proyeksi pembelanjaan dengan paylater di Indonesia akan terus meningkat ke depan. Pada 2021, angkanya hanya sekitar US$1.7 miliar. Namung, diproyeksikan naik tajam menjadi US$7.3 miliar pada 2026.
Sementara itu, dalam Riset Perilaku E-Commerce Indonesia, terlihat bahwa durasi penggunaan paylater makin panjang. Hanya ada 9 persen yang menggunakan kurang dari tiga bulan, 14 persen penggunaan 3 bulan sampai 6 bulan, dan 21 persen penggunaan 6 bulan sampai 12 bulan. Sisanya, ada 56 persen lebih yang menggunakannya lebih dari satu tahun.
Ada beberapa hal yang mendasari itu. Masih dari riset yang sama, 72 persen responden menyebut paylater dapat memenuhi kebutuhan ketika tidak memiliki dana yang cukup. Lalu, 65 persen lain berpendapat ini jadi alternatif pilihan pembayaran cicilan selain kartu kredit.
Di sisi lain, paylater juga bukan hanya sekadar kebutuhan mendesak. Daya tariknya mulai beragam. Sebanyak 53 persen menggunakan skema ini karena untuk mendapatkan promo. Sebanyak 29,2 persen lainnya menggunakan paylater untuk membantu mengelola keuangannya.
Ke depan, prospek paylater pun tampak masih menjanjikan. Namun, kebijakan Know Your Customer (KYC) perlu diperketat agar meminimalisir potensi gagal bayar atau kredit macet.
Sebab, meski menawarkan skema pembayaran yang mudah dan menggiurkan, layanan ini punya risiko yang tak boleh dianggap remeh. Kebijaksanaan dalam melakukan transaksi jenis ini meski dikedepankan oleh setiap pengguna.
Selain itu, profil keuangan dari si pengguna juga mesti dicek dengan detail dan baik. Dengan seleksi yang baik, maka makin banyak pengguna yang dapat membayar tagihan paylater dengan lancar.
“Skema ini memang saat ini sedang menarik perhatian. Tipe konsumen yang memiliki future value (FV) lebih besar dibandingkan present value (PV) adalah segmentasi terbanyak peminat layanan ini,” ungkap Fajar kepada Hypeabis.
Tren Penggunaan Naik
Warga menunjukan iklan fasilitas pembayaran tunda atau paylater di Jakarta, Jumat (13/1/2023). ( Sumber gambar: JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti)
Direktur Utama PT Caturnusa Sejahtera Finance Doan Lingga mengatakan minat masyarakat untuk memanfaatkan Traveloka PayLater untuk berbagai kebutuhan cukup tinggi. Setiap tahunnya, angka pertumbuhan konsumen juga terus bertambah.
Jumlah pengguna Traveloka PayLater saat ini mengalami kenaikan hingga dua kali lipat dibandingkan dengan periode sebelum pandemi. Menurut Doan, peningkatan minat masyarakat terhadap layanan ini tak lepas dari membaiknya pengetahuan keuangan masyarakat Indonesia, seperti dapat dilihat pada Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan yang dikeluarkan OJK pada 2022.
Selain itu, dilihat dari nilai transaksi juga terus mengalami kenaikan. Apalagi, Indonesia memiliki beberapa momen-momen spesial yang membuat tingkat konsumsi meningkat. Misalnya, saat menjelang mudik Lebaran, pihaknya mencatat adanya kenaikan transaksi secara signifikan dibanding hari biasa.
Terkait dengan segmentasi, layanan paylater selama ini lebih menyasar segmen underbanked yang memiliki kendala atas akses finansial. Meskipun demikian, bukan berarti akses terhadap layanan ini tidak memiliki jaring pengaman. Doan mengatakan Traveloka PayLater kebijakan dan protokol manajemen risiko yang ketat dalam memberikan kredit dengan cara yang bertanggung jawab dan aman.
“Kami mengembangkan model risiko kredit milik kami sendiri yang diolah dari perilaku transaksi konsumen, proses Know Your Customer yang kuat, hingga pemanfaatan artificial intelligence serta machine learning,” ungkap Doan.
Perpaduan antara artificial intelligence dan machine learning membantu penentuan kelayakan pembiayaan, menawarkan produk paylater kepada konsumen yang memiliki basis kredit yang baik, sehingga dapat meminimalisir risiko di kemudian hari.
Sementara itu, COO dan Co-Founder Xendit Tessa Wijaya juga menyebut paylater jadi layanan pembayaran yang lagi booming saat ini. Pihaknya mencatat pertumbuhan paylater yang notabene sebagai metode pembayaran baru, tetapi sudah mampu tumbuh 10 kali lipat lebih besar dalam satu tahun terakhir.
Sepanjang tahun 2022, Xendit Group telah memproses lebih dari 200 juta transaksi pembayaran digital di Indonesia dengan nilai total volume transaksi mencapai lebih dari $20 miliar (sekitar Rp300 triliun). Layanan paylater menempatkan diri sebagai pembayaran kedua yang paling sering digunakan pada tahun tersebut.
Baca juga: 5 Cara Mengatur Keuangan Saat Harus Bayar Cicilan Paylater Setiap Bulan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.