Yuk Saksikan 6 Pertunjukan di Djakarta International Theater Platform
14 August 2023 |
14:00 WIB
Pencinta kesenian teater ada kabar gembira nih buat kalian. Sebab, Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) tahun ini kembali menggelar program Djakarta International Theater Platform (DITP) pada 13-20 Agustus 2023.
Mengambil tajuk Crossing Zones, DITP akan menempatkan Jakarta sebagai etalase seni pertunjukan seniman teater Indonesia dan internasional. Upaya itu dilakukan untuk menghasilkan kolaborasi dalam proses penciptaan karya dan pertukaran ide.
Baca juga: Ini Tantangan Sutradara Pertunjukan Teater Mekhala & Krakatoa Spirit
Tema Crossing Zones atau zona perantara merupakan wilayah yang menggunakan medium seni untuk membuka kemungkinan eksperimentasi, baik berupa refleksi dan kritisisme yang tak selalu dipaksa mengikuti roda produksi dan kapital.
Selain menampilkan beragam pertunjukan teater dan tari di atas panggung, perhelatan tahunan ini juga akan menggelar diskusi, dan lokakarya mengenai perkembangan dan tantangan produksi teater yang dapat diakses oleh publik di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Nah biar enggak penasaran, yuk simak pertunjukan apa saja yang bakal meramaikan agenda DITP tahun ini dirangkum dari sumber resmi dalam ulasan berikut Genhype.
Medea and Its Double diadaptasi dari kisah tragedi kuno Yunani berjudul Medea karya Euripides. Dalam pertunjukannya sutradara Hyoung Taek-limb memecah tokoh Medea menjadi dua sosok yang diperankan oleh dua aktor.
Laiknya cermin, naskah klasik tersebut diinterpretasi ulang untuk menggambarkan dua sisi Medea dalam waktu bersamaan. Mereka saling menatap, terkejut dengan apa yang dilihat satu sama lain, antara realitas dan imajinasi.
Pertunjukan ini telah digelar di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Taman Ismail Marzuki Jakarta pada Minggu, (13/8/23). Namun diskusinya masih berlanjut pada Senin, 14 Agustus 2023 Teater Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuki.
Secara tematik, pertunjukan Monster Ikan menampilkan jejaring isu yang bermula dari persoalan perairan dan lautan. Beberapa di antaranya termasuk yang melahirkan kaitan dengan topik utopia-distopia, mitos kota, hingga isu ibu kota Nusantara.
Sutradara Sangat Mahendra dalam karya ini terus berjalan antara masa lalu dan masa kini dalam memecahkan batas melalui kata. Yaitu lewat kata beras dan dhumpah yang diambil dari dialek Madura yang berarti tumpah.
Pertunjukan Beras Dhumpah akan menelusuri kemungkinan dua kata tersebut dalam tradisi lokal, khususnya tradisi Madura. Adapun pementasan tersebut akan dihelat pada selasa, (15/8/23) pukul 20.00 WIB di Teater Luwes, Institut Kesenian Jakarta.
Bagi Irwan Ahmett samudra tidak lagi terbaca sebagai suatu badan air belaka, melainkan juga mengandung riwayat manusia, alam, peradaban, dan pelayaran. Berangkat dari premis itulah seniman asal Jakarta itu memulai pertunjukan kali ini.
Sejak 2018, Iwang, begitu dia biasa dipanggil telah melakukan ziarah dengan berjalan kaki melewati berbagai badan air. Lewat perjalanan tersebut dia berupaya membebaskan jiwanya dan menemui berbagai peristiwa sosial. Terutama dalam membebaskan resonansi air yang menggetarkan tubuh.
Satu Sekoci dengan yang Kubenci akan dipentaskan di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki pada Rabu, (16/8/23) pukul 20.00 WIB.
Garasi Performance Institute terus melacak kemungkinan tafsir lain dan perspektif ruang yang berbeda dari mitos waktu batu. Waktu Batu. Rumah yang Terbakar merupakan bentuk bacaan ulang mereka terhadap pertunjukan Waktu Batu pada 2001.
Secara naratif ini WBRyT, merupakan pembacaan kritis terhadap masa transisi mitologi Jawa menuju masa kini. Dengan menghadirkan teknologi visual dan ketubuhan, Teater garasi menyebutnya sebagai karya pertunjukan silang media (teater x video game x sinematografi) yang bersifat kolaboratif.
Pertunjukan Waktu Batu.Rumah yang Terbakar (WBRyT) akan dihelat di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki pada Kamis (17/8/23), dan Jumat (18/8/23) pukul 20.00 WIB.
Pengaburan batas yang didorong artistik panggung menjadi semakin kuat dengan kehadiran teknologi komunikasi. Dorongan artistik melalui teknologi ditawarkan oleh Toshiki Okada dan kelompok chelfitsch lewat karya New Illusion.
Sesuai judulnya pementasan ini akan mengaburkan perbedaan antara yang nyata dan yang tidak di panggung seni pertunjukan bernama EIZO-Theater. Salah satunya menggunakan teknik video mapping dan proyeksi menciptakan ilusi dinamis yang berinteraksi dengan para pemain.
Pertunjukan New Illusion dihelat pada Minggu, (20/8/23) selama dua sesi di Salihara Black Box Theater. sesi pertama berlangsung pada pukul 16.00 WIB, dan sesi kedua pukul 20.00 WIB.
Baca juga: Hiatus 10 Tahun, Ario Bayu Kembali ke Panggung Teater lewat Pertunjukan Ariyah Dari Jembatan Ancol
Editor: Dika Irawan
Mengambil tajuk Crossing Zones, DITP akan menempatkan Jakarta sebagai etalase seni pertunjukan seniman teater Indonesia dan internasional. Upaya itu dilakukan untuk menghasilkan kolaborasi dalam proses penciptaan karya dan pertukaran ide.
Baca juga: Ini Tantangan Sutradara Pertunjukan Teater Mekhala & Krakatoa Spirit
Tema Crossing Zones atau zona perantara merupakan wilayah yang menggunakan medium seni untuk membuka kemungkinan eksperimentasi, baik berupa refleksi dan kritisisme yang tak selalu dipaksa mengikuti roda produksi dan kapital.
Selain menampilkan beragam pertunjukan teater dan tari di atas panggung, perhelatan tahunan ini juga akan menggelar diskusi, dan lokakarya mengenai perkembangan dan tantangan produksi teater yang dapat diakses oleh publik di Taman Ismail Marzuki, Jakarta.
Nah biar enggak penasaran, yuk simak pertunjukan apa saja yang bakal meramaikan agenda DITP tahun ini dirangkum dari sumber resmi dalam ulasan berikut Genhype.
1. Medea and Its Double, Seoul Factory for The Performing Arts (Korea Selatan).
Medea and Its Double diadaptasi dari kisah tragedi kuno Yunani berjudul Medea karya Euripides. Dalam pertunjukannya sutradara Hyoung Taek-limb memecah tokoh Medea menjadi dua sosok yang diperankan oleh dua aktor.
Laiknya cermin, naskah klasik tersebut diinterpretasi ulang untuk menggambarkan dua sisi Medea dalam waktu bersamaan. Mereka saling menatap, terkejut dengan apa yang dilihat satu sama lain, antara realitas dan imajinasi.
Pertunjukan ini telah digelar di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Taman Ismail Marzuki Jakarta pada Minggu, (13/8/23). Namun diskusinya masih berlanjut pada Senin, 14 Agustus 2023 Teater Wahyu Sihombing, Taman Ismail Marzuki.
2. Monster Ikan, oleh Studio Collaboration 1.0 (Indonesia, Japan, Malaysia, & Thailand)
Monster Ikan merupakan kolaborasi antara beberapa seniman teater Jakarta yang rata-rata berusia muda dengan seniman teater dari Jepang, Malaysia dan Thailand. Pementasannya akan digelar pada senin (14/8/23) pukul 20.00 WIB di Plaza Teater Besar, Taman Ismail Marzuki.Secara tematik, pertunjukan Monster Ikan menampilkan jejaring isu yang bermula dari persoalan perairan dan lautan. Beberapa di antaranya termasuk yang melahirkan kaitan dengan topik utopia-distopia, mitos kota, hingga isu ibu kota Nusantara.
3. Beras Dhumpah, Language Theatre (Madura)
Sutradara Sangat Mahendra dalam karya ini terus berjalan antara masa lalu dan masa kini dalam memecahkan batas melalui kata. Yaitu lewat kata beras dan dhumpah yang diambil dari dialek Madura yang berarti tumpah.
Pertunjukan Beras Dhumpah akan menelusuri kemungkinan dua kata tersebut dalam tradisi lokal, khususnya tradisi Madura. Adapun pementasan tersebut akan dihelat pada selasa, (15/8/23) pukul 20.00 WIB di Teater Luwes, Institut Kesenian Jakarta.
4. Satu Sekoci dengan yang Kubenci, Irwan Ahmett (Jakarta)
Bagi Irwan Ahmett samudra tidak lagi terbaca sebagai suatu badan air belaka, melainkan juga mengandung riwayat manusia, alam, peradaban, dan pelayaran. Berangkat dari premis itulah seniman asal Jakarta itu memulai pertunjukan kali ini.Sejak 2018, Iwang, begitu dia biasa dipanggil telah melakukan ziarah dengan berjalan kaki melewati berbagai badan air. Lewat perjalanan tersebut dia berupaya membebaskan jiwanya dan menemui berbagai peristiwa sosial. Terutama dalam membebaskan resonansi air yang menggetarkan tubuh.
Satu Sekoci dengan yang Kubenci akan dipentaskan di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki pada Rabu, (16/8/23) pukul 20.00 WIB.
5. Waktu Batu.Rumah yang Terbakar (WBRyT), Garasi Performance Institute (Yogyakarta)
Garasi Performance Institute terus melacak kemungkinan tafsir lain dan perspektif ruang yang berbeda dari mitos waktu batu. Waktu Batu. Rumah yang Terbakar merupakan bentuk bacaan ulang mereka terhadap pertunjukan Waktu Batu pada 2001.
Secara naratif ini WBRyT, merupakan pembacaan kritis terhadap masa transisi mitologi Jawa menuju masa kini. Dengan menghadirkan teknologi visual dan ketubuhan, Teater garasi menyebutnya sebagai karya pertunjukan silang media (teater x video game x sinematografi) yang bersifat kolaboratif.
Pertunjukan Waktu Batu.Rumah yang Terbakar (WBRyT) akan dihelat di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki pada Kamis (17/8/23), dan Jumat (18/8/23) pukul 20.00 WIB.
6. New Illusion, Chelfitsch (Jepang)
Pengaburan batas yang didorong artistik panggung menjadi semakin kuat dengan kehadiran teknologi komunikasi. Dorongan artistik melalui teknologi ditawarkan oleh Toshiki Okada dan kelompok chelfitsch lewat karya New Illusion.Sesuai judulnya pementasan ini akan mengaburkan perbedaan antara yang nyata dan yang tidak di panggung seni pertunjukan bernama EIZO-Theater. Salah satunya menggunakan teknik video mapping dan proyeksi menciptakan ilusi dinamis yang berinteraksi dengan para pemain.
Pertunjukan New Illusion dihelat pada Minggu, (20/8/23) selama dua sesi di Salihara Black Box Theater. sesi pertama berlangsung pada pukul 16.00 WIB, dan sesi kedua pukul 20.00 WIB.
Baca juga: Hiatus 10 Tahun, Ario Bayu Kembali ke Panggung Teater lewat Pertunjukan Ariyah Dari Jembatan Ancol
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.