Berat Badan Anak Susah Naik? Mungkin Ini Penyebanya Moms!
30 November 2021 |
19:50 WIB
Setiap orang tua perlu memantau tumbuh kembang anak secara menyeluruh untuk menjaga kesehatan si buah hati. Sedari si kecil lahir, pengukuran berat badan dan tinggi badan merupakan cara yang disarankan oleh setiap dokter anak.
Hal itu penting supaya ketika perkembangan tumbuh kembang fisik anak berhenti atau melandai pada masa pertumbuhan, sebaiknya segera diperiksakan ke dokter. Tujuannya agar tidak terjadi gagal tumbuh, atau lebih parahnya lagi stunting jika terlambat ditangani.
Herbowo Agung Soetomenggolo, dokter spesialis anak konsultan neurologi yang saat ini berpraktik di RSIA Bunda Jakarta dan Brawijaya Hospital Saharjo mengatakan, memantau perkembangan berat badan anak secara keseluruhan itu sangat penting. Hal itu, untuk mendeteksi masalah kelebihan maupun kekurangan berat badan sebagai menjadi indikasi masalah kesehatan si kecil yang harus diwaspadai.
"Penting juga untuk membandingkan pertumbuhan anak pada bulan ini dengan bulan sebelumnya untuk memastikan bahwa berat serta tinggi badan anak bertambah dengan baik," ujarnya dalam obrolan live Instagram bersama Teman Parenting.
Dia menuturkan bahwa balita yang lebih aktif akan sangat wajar kehilangan berat badan. Berat anak mungkin turun jika dibandingkan dengan tinggi badannya, tetapi anak tetap terus bertumbuh. Untuk itulah, jika ada penurunan berat badan yang signifikan dalam satu pengukuran, harus dibawa ke dokter dan diukur ulang untuk menentukan apakah penurunan itu memerlukan tindakan lebih lanjut.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan berat badan anak susah naik dan seringkali itu disebabkan oleh kombinasi faktor, mulai dari kondisi medis hingga kesulitan sosial atau finansial.
"Ingat, kenaikan berat badan yang buruk bukanlah penyakit, melainkan gejala yang memiliki banyak kemungkinan penyebab. Intinya, apapun yang mengganggu akses anak ke makanan atau kemampuan mencerna makanan, tentu dapat mengganggu pertumbuhan," jelasnya.
• Tidak mendapat asupan kalori yang cukup atau tidak mengonsumsi nutrisi makro (kombinasi protein, lemak, dan karbohidrat) dalam jumlah tepat.
Editor: Fajar Sidik
Hal itu penting supaya ketika perkembangan tumbuh kembang fisik anak berhenti atau melandai pada masa pertumbuhan, sebaiknya segera diperiksakan ke dokter. Tujuannya agar tidak terjadi gagal tumbuh, atau lebih parahnya lagi stunting jika terlambat ditangani.
Herbowo Agung Soetomenggolo, dokter spesialis anak konsultan neurologi yang saat ini berpraktik di RSIA Bunda Jakarta dan Brawijaya Hospital Saharjo mengatakan, memantau perkembangan berat badan anak secara keseluruhan itu sangat penting. Hal itu, untuk mendeteksi masalah kelebihan maupun kekurangan berat badan sebagai menjadi indikasi masalah kesehatan si kecil yang harus diwaspadai.
"Penting juga untuk membandingkan pertumbuhan anak pada bulan ini dengan bulan sebelumnya untuk memastikan bahwa berat serta tinggi badan anak bertambah dengan baik," ujarnya dalam obrolan live Instagram bersama Teman Parenting.
Dia menuturkan bahwa balita yang lebih aktif akan sangat wajar kehilangan berat badan. Berat anak mungkin turun jika dibandingkan dengan tinggi badannya, tetapi anak tetap terus bertumbuh. Untuk itulah, jika ada penurunan berat badan yang signifikan dalam satu pengukuran, harus dibawa ke dokter dan diukur ulang untuk menentukan apakah penurunan itu memerlukan tindakan lebih lanjut.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang menyebabkan berat badan anak susah naik dan seringkali itu disebabkan oleh kombinasi faktor, mulai dari kondisi medis hingga kesulitan sosial atau finansial.
"Ingat, kenaikan berat badan yang buruk bukanlah penyakit, melainkan gejala yang memiliki banyak kemungkinan penyebab. Intinya, apapun yang mengganggu akses anak ke makanan atau kemampuan mencerna makanan, tentu dapat mengganggu pertumbuhan," jelasnya.
Beberapa faktor yang dapat mengganggu pertumbuhan anak adalah:
• Tidak mendapat asupan kalori yang cukup atau tidak mengonsumsi nutrisi makro (kombinasi protein, lemak, dan karbohidrat) dalam jumlah tepat.
• Memerlukan jumlah kalori yang lebih tinggi dari biasanya.
• Gangguan metabolisme seperti hipoglikemia, galaktosemia, atau fenilketonuria yang dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk mengubah makanan menjadi energi.
• Fibrosis kistik yang dapat menghambat penyerapan kalori.
• Refluks gastroesofagus sehingga menyebabkan anak sering muntah.
• Diare kronis akibat infeksi bakteri/virus, intoleransi makanan, gangguan pada usus, dan lain-lain.
• Perilaku pilih-pilih makanan atau mudah teralihkan saat makan.
• Gangguan makan berbasis sensorik pada anak-anak dengan gangguan perkembangan (Misalnya gangguan spektrum autisme).
• Disfungsi menelan.
• Asupan susu atau jus yang berlebihan.
• Alergi makanan atau intoleransi makanan yang dapat membatasi makanan apa yang bisa dimakan anak tanpa menimbulkan gejala.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.