Eksklusif Profil Bene Dion: Memperkaya Keindahan Sinematik dengan Sentuhan Komedi
05 August 2023 |
14:47 WIB
1
Like
Like
Like
Bagi salah satu sutradara muda dalam industri perfilman Indonesia, perjalanannya dimulai bukan dari panggung layar lebar, tetapi dari seni komedi, punchline dan roasting. Bene Dionysius Rajagukguk berbagi pandangan tentang kiprahnya dan bagaimana membuka bab baru dalam karier panjangnya di dunia sinema Tanah Air.
Pencapaian terbarunya adalah film Ganjil Genap yang tayang pada 29 Juni lalu, menjadi film ketiga yang disutradarai oleh Bene. Sebelumnya, dia adalah seorang komika stand-up yang kemudian beralih menjadi pembuat film panjang.
Lahir di Dolok Masihul, Kabupaten Sergai, Sumatera Utara, Bene memulai perjalanannya dengan aktif tampil dalam open mic sejak tahun 2011 dan bergabung dengan komunitas Stand Up Indo Jogja di Yogyakarta. Julukan "Bamut" atau Batak Imut melekat padanya.
Perjalanan Bene berlanjut ketika ia berhasil lolos audisi kompetisi Stand Up Comedy Kompas TV musim ke-3 pada 2013. Dia mencuri perhatian dengan gaya khasnya, menonjolkan logat Batak yang kental, tegas, dan kadang terlihat marah namun tetap mengundang tawa.
Setelah penampilannya di Kompas TV, Bene tidak berhenti di situ. Dia terus mengembangkan diri hingga menjadi penulis. Perjalanannya menulis naskah dimulai dari beberapa episode miniseri XL 2econd Chance karya Ernest Prakasa. Bene akhirnya meluncurkan buku berjudul Ngeri-Ngeri Sedap pada 2014.
Baca juga: Eksklusif Profil Raam Punjabi: Formula Jitu Multivision Merajai Jagat Sinema
Bukan hanya di atas panggung stand-up dan sebagai penulis, Bene juga tampil di layar lebar dalam beberapa film terkenal seperti Comic 8: Casino Kings Part 1 (2015), Ngenest The Movie (2015), The Fabulous Udin (2016), Koala Kumal (2016), Cek Toko Sebelah (2016), dan Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 (2016).
Bene merambah dunia penyutradaraan dan berhasil menghasilkan beberapa film, antara lain Ghost Writer (2019), Ngeri-Ngeri Sedap (2022), dan Ganjil Genap (2023). Prestasinya semakin terangkat ketika film Ngeri-Ngeri Sedap memenangkan penghargaan kategori Sutradara Terpilih dan Skenario Asli Terpilih pada ajang Piala Maya 2023.
Hingga pamit dari bioskop, Ngeri Ngeri Sedap mendulang 2,8 juta penonton lebih. Prestasi ini mengantarkan film yang dibintangi Gita Bhebita dan Boris Bokir ini menjadi film Indonesia dengan naskah asli terlaris.
Ditemui Hypeabis.id secara daring pada akhir Juli 2023, alumnus dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini berbagi pemikirannya mengenai dunia komedi dan isu sosial pada perfilman, dan inspirasi di balik karya-karyanya. Sepenggal kutipan dari wawancara tersebut memberikan gambaran lebih lengkap mengenai perjalanan dan visi Bene Dionysius Rajagukguk dalam dunia perfilman Indonesia.
Bisakah Anda menjelaskan bagaimana permulaan masuk ke ranah film?
Ya, awalnya saya memulai karier sebagai komika setelah berpartisipasi dalam Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV pada musim ketiga tahun 2013. Dari situlah, saya kemudian mendapatkan kesempatan untuk menjadi cameo dalam film-film yang disutradarai oleh Ernest Prakasa.
Pada saat menjadi cameo dalam film Comic 8 Casino King bersama Boris Bokir, Lolox, dan Gita Bhebitha, muncul ide untuk menciptakan sebuah film sendiri. Bayangkan saja, kami berempat menjadi peran penting dalam film tersebut, pasti akan sangat seru. Dari titik tersebut, proses kreatif untuk membuat film dimulai mengalir.
Ngeri Ngeri Sedap film keluarga relateable yang kental unsur budaya dan sukses memainkan emosi penonton. Dari mana datangnya dialog-dialog yang terasa begitu mendalam dan mengena itu?
Sebagai seorang yang berasal dari suku Batak, saya memiliki keinginan kuat untuk menghasilkan karya yang terkait dengan budaya yang saya cintai ini. Selain itu, pengalaman hidup dalam lingkungan keluarga tentu membawa banyak permasalahan yang pernah dihadapi.
Hal ini membuat saya memiliki pemahaman yang mendalam tentang dinamika kehidupan berkeluarga, serta bagaimana cara berdialog yang khas dalam budaya Batak di keseharian. Oleh karena itu, ketika saya membuat film, salah satu tujuannya adalah agar dialog yang dihadirkan benar-benar mencerminkan realitas dan situasi yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Proses kreatif Ngeri Ngeri Sedap ini bagaimana?
Gagasan awal Ngeri-Ngeri Sedap bermula dari geng Batak di film Comic 8. Saya bersama Lolox, Boris, Gita Bhebitha, dan Indra Jegel yang muncul sebagai cameo dalam film tersebut terpikirkan ide untuk membuat sebuah film komedi di mana kita memiliki peran penting. Dari situlah kami mulai memikirkan proses cerita yang dibutuhkan dan mengembangkan kreativitas dalam penciptaan film ini.
Setidaknya, Ngeri Ngeri Sedap telah mengoleksi 15 penghargaan. Membanggakan sekali ya sepertinya?
Tentu, itu sangat membanggakan. Bagi saya, tujuan utama dari film ini adalah untuk menggambarkan perasaan dan keresahan pribadi yang saya rasakan, serta memberikan penghormatan kepada budaya Batak sebagai pembuat film. Sejak awal, bukan semata-mata untuk mendapatkan penghargaan yang menjadi ambisi utama, tetapi lebih pada tujuan yang lebih dalam dan bermakna.
Apakah ada keinginan untuk membuat film berbasis budaya lagi seperti Ngeri Ngeri Sedap?
Sebenarnya, awalnya tidak ada niatan untuk membuat film dengan latar budaya seperti Ngeri Ngeri Sedap. Proses pembuatan film tersebut sejatinya adalah bentuk kontribusi saya terhadap budaya Batak. Namun, melihat dampak positifnya dan bagaimana orang-orang Batak merespons dengan antusiasme, saya merasa termotivasi untuk menjelajahi pembuatan film lain yang berbasis budaya. Meski demikian, saya masih belum menentukan kapan dan mengenai tema apa film berbasis budaya tersebut akan dibuat.
Ghost Writer yang menjadi film pertama Anda sutradarai pastinya memiliki kesan tersendiri. Boleh dijelaskan perasaannya ketika pertama kali mendapat box office?
Tentu, proses pembuatan film pertama adalah perjalanan learning by doing. Sejujurnya, saya tidak menetapkan target muluk-muluk yang terlalu ambisius terkait jumlah penonton. Saya hanya berdoa supaya film ini tidak mengalami kerugian sehingga produser tidak kapok memberi kesempatan pada saya.
Meski tentu, sangat bahagia dan bangga kala film tersebut menjadi sukses di box office. Namun, saya sadar betul bahwa banyak faktor dan dukungan dari luar kemampuan saya yang membuat film itu box ofiice. Saya sangat berterima kasih atas dukungan yang saya terima, terutama dari Ernest Prakasa yang berpengaruh pada box office.
Setelah sukses dengan Ghost Writer dan Ngeri Ngeri Sedap, apa tekanan untuk film Ganjil Genap?
Jujur, selama proses pembuatan Ganjil Genap, saya merasakan beban dan tekanan yang cukup besar. Terkadang, pemikiran tentang hal tersebut membuat saya merasa kewalahan. Namun, kemudian saya menyadari bahwa tanggung jawab saya adalah menciptakan sebuah film yang berkualitas. Seperti yang diungkapkan oleh semua pembuat film, setiap karya film memiliki takdirnya sendiri. Oleh karena itu, saya memusatkan perhatian dan dedikasi penuh dalam menjalani proses pembuatan film ini.
Setelah mengerjakan dua film sebelumnya yang merupakan karya original, mengapa akhirnya tertarik mengambil film adaptasi novel?
Terdapat banyak diskusi tentang tantangan dan kesulitan yang dihadapi oleh para pembuat film dalam mengadaptasi karya. Ini mendorong saya yang biasanya fokus pada pembuatan film orisinal untuk mencoba mengalami sendiri pengalaman mengadaptasi suatu karya. Selain itu, ini juga menjadi kesempatan bagi saya untuk mengasah kemampuan dalam menciptakan karya adaptasi.
Saat Anda menyutradarai film Ganjil Genap, elemen baru apa yang Anda pertimbangkan?
Yang paling mencolok dalam penyutradaraan film Ganjil Genap adalah pendekatan pada camera movement dan camera angle. Film ini berlatar perkotaan dan menggambarkan kehidupan urban Jakarta yang metropop. Tampilan visual, penampilan para pemeran, dan dekorasi harus mendukung kesan”mewah” yang sebelumnya belum pernah saya eksplorasi dalam dua film sebelumnya.
Sejak dulu, sekarang, dan nanti, Anda ingin diingat sebagai sutradara yang seperti apa?
Saya ingin diingat sebagai sutradara yang mampu memberikan cerita yang jelas dan menarik. Yang mampu membangun storytelling yang kuat memungkinkan penonton untuk dengan mudah memahami makna, tujuan, konflik, keresahan antartokoh, dan perkembangan yang dialami oleh karakter-karakter dalam film yang saya buat.
Setiap karya saya akan dikenal memberikan pengalaman yang mengesankan, penonton mengerti tentang apa yang hendak disampaikan dan bagaimana alur cerita yang berkembang. Sehingga penonton yakin ini adalah film Bene Dion.
Melihat lagi ke karya Anda sebelumnya seperti yang memiliki genre komedi, apakah ini tema-tema yang akan selalu dieksplor ke depan? Apa ada keinginan menyutradarai thriller, horor, dokumenter dan semacamnya?
Saya mengakui bahwa akar kreativitas saya terletak pada genre komedi, termasuk komedi horor, drama keluarga, romantis, dan lainnya. Karena saya yakin bahwa kemampuan utama saya terletak pada kemampuan menghasilkan karya-karya yang mengandung unsur humor yang kuat.
Oleh karena itu, saat ini saya ingin fokus pada mengembangkan karya-karya berunsur komedi. Namun, tidak menutup kemungkinan akan membuat film di luar genre ini tapi tidak tahu kapan.
Apa pertimbangan memilih aktor yang main di film-film Anda?
Kemampuan akting yang memenuhi ekspetasi. Aktor yang saya pilih harus sesuai dengan bayangan saya bagaimana karakter akan dimainkan.
Apakah jumlah penonton film merupakan hal penting bagi Anda?
Sebagai pembuat film yang bukan seniman banget saya merasa jumlah penonton itu penting, apalagi background saya yang teknik industri yang belajar marketing finance. Kita harus akui investor berani membuat film karena dia merasa film ini memiliki potensi mengundang jumlah penonton. Tapi harus menyeimbangkan karya secara kualitas film baik idealisme dan komersilnya.
Menurut Anda bagaimana perkembangan film Indonesia di tengah gempuran maraknya konten OTT?
Dengan merebaknya berbagai layanan streaming (OTT) pada saat ini, penonton semakin dimanjakan dengan akses yang lebih ekonomis, fleksibel, dan nyaman untuk menikmati berbagai film di waktu dan tempat yang mereka inginkan. Namun, sebagai bentuk respons atas perkembangan ini, bioskop harus berusaha menciptakan nilai tambah agar tetap menarik minat penonton.
Genre film horor menjadi salah satu yang paling diminati di bioskop karena mampu menyajikan pengalaman yang luar biasa, yang sulit ditemukan saat menonton melalui layanan OTT. Sensasi menonton film horor di layar lebar dengan suara menggelegar dan suasana yang mencekam menciptakan kesan yang mendalam bagi penonton. Hal ini berbeda dengan film non-horor yang juga dapat diakses melalui OTT.
Sebagai akibatnya, film-film non-horor mengalami kesulitan dalam meraih kesuksesan di bioskop. Hal ini mempengaruhi susahnya film-film non-horor laku di bioskop dan kita harus jujur kalau itu menimbulkan dampak negatif dan harus diantisipasi untuk kelangsungan industri ini ke depannya.
Latar belakang Anda sebagai Standup Comedian, hingga akhirnya memproduksi film. Bagaimana itu berguna dan titik awalnya?
Seluruh latar belakang yang saya miliki memberikan kontribusi berharga dalam peran saya sebagai penulis naskah dan sutradara. Pengetahuan dalam teknik industri memiliki pengaruh yang kuat dalam membentuk pola pikir saya. Saya belajar bagaimana menghadapi tantangan dan menemukan solusi secara efektif. Pengalaman ini menjadi pondasi penting dalam perjalanan karier saya.
Sebagai seorang komika stand-up, saya menyadari bahwa inti dari pekerjaan kami adalah sebagai pembuat cerita. Kami mampu menyampaikan keresahan dan momen lucu dalam cara yang unik. Ketika beralih menjadi seorang sutradara, dasar-dasar inilah yang menjadi landasan dalam menyampaikan cerita melalui medium audio visual. Saya tetap menjadi seorang pengisah cerita, hanya saja mediumnya berubah menjadi audio visual.
Sebagai lulusan Sarjana Teknik Industri UGM, apakah tidak ada keinginan untuk berkarier sesuai dengan jurusan?
Selama perjalanan hidup saya, saya merasa tidak pernah dipaksa oleh siapapun untuk mengambil jalur tertentu. Meskipun saya merupakan lulusan Teknik Industri, saya merasa begitu bahagia dan nyaman bekerja di industri film. Kalau ditanya apakah ada kemungkinan, saya tidak menutup kemungkinan sama sekali.
Untuk proyek film panjang berikutnya akan ada eksperimen baru lagi? Apakah Anda saat ini sedang dalam menulis atau proses development film cerita panjang terbaru? Kalau ada, genre dan temanya apa?
Di film ke empat, saya ingin bereksperimen. Tapi saya masih belum bisa bercerita banyak akan seperti apa, karena masih dalam tahap perenungan dan development. Selain itu memikirkan akankah saya benar-benar melakukan hal yang baru dan cukup sulit ini sehingga butuh pertimbangan yang matang.
Penting untuk diakui bahwa inspirasi adalah hal yang wajar dan umum dalam menciptakan karya seni, termasuk industri film. Boleh tahu film favorit Anda yang menjadi inspirasi sampai sekarang dalam berkarya? Sebagai penulis skenario, ada naskah film orang lain yang menjadi favorit?
Tentu saja, sebagai seorang seniman, inspirasi dari berbagai referensi secara sadar maupun tidak sadar merupakan hal yang alami dalam proses menciptakan karya-karya saya. Yang pasti saya suka film-film yang realistis.
Salah satu sutradara yang saya kagumi karyanya adalah Hirokazu Kore-eda, yaitu film Like Father Like Son dan Shoplifters. Kore-eda memang dikenal karena kemampuannya menggambarkan cerita yang humanis dan mendalam tentang hubungan antarmanusia.
Saya juga suka film Parasite yang menjadi inspirasi membuat komedi dalam Ngeri Ngeri Sedap. Film science-fiction seperti Interstellar juga favorit saya, jadi sebenarnya genre film favorit saya cukup lebar dan tidak terkotak-kotak.
Kalau Anda diberikan anggaran yang besar sekali untuk memproduksi sebuah film, maka film seperti apa yang ingin Anda buat?
Meskipun komedi menjadi "darah" saya, saya juga sangat tertarik pada film-film bertema science-fiction dan dystopian. Cerita-cerita yang menggambarkan dunia di masa depan memiliki daya tarik tersendiri bagi saya. Jika diberi kesempatan untuk memproduksi film berbujet tinggi, ada beberapa premis menarik yang telah saya pertimbangkan.
Salah satu ide yang menarik adalah menciptakan film drama fiksi purbakala yang menampilkan kerajaan kecil di era Batak kuno, dengan kisah yang menarik dan mendalam seperti yang terdapat pada Game of Thrones. Menggambarkan kehidupan kerajaan, konflik internal, dan intrik politik dari masa lalu akan memberikan kesempatan untuk menghadirkan dunia yang kaya dengan budaya, kostum, dan seni yang unik.
Kehidupan masyarakat Batak kuno dengan mitologi dan tradisi mereka dapat menjadi latar yang menarik bagi plot yang kompleks, menggabungkan elemen fiksi purbakala dengan sentuhan epik dan fantasi. Sebagai produser, saya akan berupaya memberikan sentuhan modern pada cerita ini agar dapat menarik dan menyentuh perasaan penonton masa kini, sambil tetap menghormati keaslian budaya dan sejarah masyarakat Batak.
Baca juga: Eksklusif Profil Dwi Sasono: Patung Restorasi Lebur, Penelusuran dan Pemaknaan Kehidupan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Pencapaian terbarunya adalah film Ganjil Genap yang tayang pada 29 Juni lalu, menjadi film ketiga yang disutradarai oleh Bene. Sebelumnya, dia adalah seorang komika stand-up yang kemudian beralih menjadi pembuat film panjang.
Lahir di Dolok Masihul, Kabupaten Sergai, Sumatera Utara, Bene memulai perjalanannya dengan aktif tampil dalam open mic sejak tahun 2011 dan bergabung dengan komunitas Stand Up Indo Jogja di Yogyakarta. Julukan "Bamut" atau Batak Imut melekat padanya.
Perjalanan Bene berlanjut ketika ia berhasil lolos audisi kompetisi Stand Up Comedy Kompas TV musim ke-3 pada 2013. Dia mencuri perhatian dengan gaya khasnya, menonjolkan logat Batak yang kental, tegas, dan kadang terlihat marah namun tetap mengundang tawa.
Setelah penampilannya di Kompas TV, Bene tidak berhenti di situ. Dia terus mengembangkan diri hingga menjadi penulis. Perjalanannya menulis naskah dimulai dari beberapa episode miniseri XL 2econd Chance karya Ernest Prakasa. Bene akhirnya meluncurkan buku berjudul Ngeri-Ngeri Sedap pada 2014.
Baca juga: Eksklusif Profil Raam Punjabi: Formula Jitu Multivision Merajai Jagat Sinema
Bukan hanya di atas panggung stand-up dan sebagai penulis, Bene juga tampil di layar lebar dalam beberapa film terkenal seperti Comic 8: Casino Kings Part 1 (2015), Ngenest The Movie (2015), The Fabulous Udin (2016), Koala Kumal (2016), Cek Toko Sebelah (2016), dan Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 (2016).
Bene merambah dunia penyutradaraan dan berhasil menghasilkan beberapa film, antara lain Ghost Writer (2019), Ngeri-Ngeri Sedap (2022), dan Ganjil Genap (2023). Prestasinya semakin terangkat ketika film Ngeri-Ngeri Sedap memenangkan penghargaan kategori Sutradara Terpilih dan Skenario Asli Terpilih pada ajang Piala Maya 2023.
Hingga pamit dari bioskop, Ngeri Ngeri Sedap mendulang 2,8 juta penonton lebih. Prestasi ini mengantarkan film yang dibintangi Gita Bhebita dan Boris Bokir ini menjadi film Indonesia dengan naskah asli terlaris.
Ditemui Hypeabis.id secara daring pada akhir Juli 2023, alumnus dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ini berbagi pemikirannya mengenai dunia komedi dan isu sosial pada perfilman, dan inspirasi di balik karya-karyanya. Sepenggal kutipan dari wawancara tersebut memberikan gambaran lebih lengkap mengenai perjalanan dan visi Bene Dionysius Rajagukguk dalam dunia perfilman Indonesia.
Bene Dion dengan pemeran film Ngeri Ngeri Sedap. (Sumber gambar: Imajinari)
Bisakah Anda menjelaskan bagaimana permulaan masuk ke ranah film?
Ya, awalnya saya memulai karier sebagai komika setelah berpartisipasi dalam Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV pada musim ketiga tahun 2013. Dari situlah, saya kemudian mendapatkan kesempatan untuk menjadi cameo dalam film-film yang disutradarai oleh Ernest Prakasa.
Pada saat menjadi cameo dalam film Comic 8 Casino King bersama Boris Bokir, Lolox, dan Gita Bhebitha, muncul ide untuk menciptakan sebuah film sendiri. Bayangkan saja, kami berempat menjadi peran penting dalam film tersebut, pasti akan sangat seru. Dari titik tersebut, proses kreatif untuk membuat film dimulai mengalir.
Ngeri Ngeri Sedap film keluarga relateable yang kental unsur budaya dan sukses memainkan emosi penonton. Dari mana datangnya dialog-dialog yang terasa begitu mendalam dan mengena itu?
Sebagai seorang yang berasal dari suku Batak, saya memiliki keinginan kuat untuk menghasilkan karya yang terkait dengan budaya yang saya cintai ini. Selain itu, pengalaman hidup dalam lingkungan keluarga tentu membawa banyak permasalahan yang pernah dihadapi.
Hal ini membuat saya memiliki pemahaman yang mendalam tentang dinamika kehidupan berkeluarga, serta bagaimana cara berdialog yang khas dalam budaya Batak di keseharian. Oleh karena itu, ketika saya membuat film, salah satu tujuannya adalah agar dialog yang dihadirkan benar-benar mencerminkan realitas dan situasi yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Proses kreatif Ngeri Ngeri Sedap ini bagaimana?
Gagasan awal Ngeri-Ngeri Sedap bermula dari geng Batak di film Comic 8. Saya bersama Lolox, Boris, Gita Bhebitha, dan Indra Jegel yang muncul sebagai cameo dalam film tersebut terpikirkan ide untuk membuat sebuah film komedi di mana kita memiliki peran penting. Dari situlah kami mulai memikirkan proses cerita yang dibutuhkan dan mengembangkan kreativitas dalam penciptaan film ini.
Setidaknya, Ngeri Ngeri Sedap telah mengoleksi 15 penghargaan. Membanggakan sekali ya sepertinya?
Tentu, itu sangat membanggakan. Bagi saya, tujuan utama dari film ini adalah untuk menggambarkan perasaan dan keresahan pribadi yang saya rasakan, serta memberikan penghormatan kepada budaya Batak sebagai pembuat film. Sejak awal, bukan semata-mata untuk mendapatkan penghargaan yang menjadi ambisi utama, tetapi lebih pada tujuan yang lebih dalam dan bermakna.
Apakah ada keinginan untuk membuat film berbasis budaya lagi seperti Ngeri Ngeri Sedap?
Sebenarnya, awalnya tidak ada niatan untuk membuat film dengan latar budaya seperti Ngeri Ngeri Sedap. Proses pembuatan film tersebut sejatinya adalah bentuk kontribusi saya terhadap budaya Batak. Namun, melihat dampak positifnya dan bagaimana orang-orang Batak merespons dengan antusiasme, saya merasa termotivasi untuk menjelajahi pembuatan film lain yang berbasis budaya. Meski demikian, saya masih belum menentukan kapan dan mengenai tema apa film berbasis budaya tersebut akan dibuat.
Ghost Writer yang menjadi film pertama Anda sutradarai pastinya memiliki kesan tersendiri. Boleh dijelaskan perasaannya ketika pertama kali mendapat box office?
Tentu, proses pembuatan film pertama adalah perjalanan learning by doing. Sejujurnya, saya tidak menetapkan target muluk-muluk yang terlalu ambisius terkait jumlah penonton. Saya hanya berdoa supaya film ini tidak mengalami kerugian sehingga produser tidak kapok memberi kesempatan pada saya.
Meski tentu, sangat bahagia dan bangga kala film tersebut menjadi sukses di box office. Namun, saya sadar betul bahwa banyak faktor dan dukungan dari luar kemampuan saya yang membuat film itu box ofiice. Saya sangat berterima kasih atas dukungan yang saya terima, terutama dari Ernest Prakasa yang berpengaruh pada box office.
Setelah sukses dengan Ghost Writer dan Ngeri Ngeri Sedap, apa tekanan untuk film Ganjil Genap?
Jujur, selama proses pembuatan Ganjil Genap, saya merasakan beban dan tekanan yang cukup besar. Terkadang, pemikiran tentang hal tersebut membuat saya merasa kewalahan. Namun, kemudian saya menyadari bahwa tanggung jawab saya adalah menciptakan sebuah film yang berkualitas. Seperti yang diungkapkan oleh semua pembuat film, setiap karya film memiliki takdirnya sendiri. Oleh karena itu, saya memusatkan perhatian dan dedikasi penuh dalam menjalani proses pembuatan film ini.
Setelah mengerjakan dua film sebelumnya yang merupakan karya original, mengapa akhirnya tertarik mengambil film adaptasi novel?
Terdapat banyak diskusi tentang tantangan dan kesulitan yang dihadapi oleh para pembuat film dalam mengadaptasi karya. Ini mendorong saya yang biasanya fokus pada pembuatan film orisinal untuk mencoba mengalami sendiri pengalaman mengadaptasi suatu karya. Selain itu, ini juga menjadi kesempatan bagi saya untuk mengasah kemampuan dalam menciptakan karya adaptasi.
Saat Anda menyutradarai film Ganjil Genap, elemen baru apa yang Anda pertimbangkan?
Yang paling mencolok dalam penyutradaraan film Ganjil Genap adalah pendekatan pada camera movement dan camera angle. Film ini berlatar perkotaan dan menggambarkan kehidupan urban Jakarta yang metropop. Tampilan visual, penampilan para pemeran, dan dekorasi harus mendukung kesan”mewah” yang sebelumnya belum pernah saya eksplorasi dalam dua film sebelumnya.
Sejak dulu, sekarang, dan nanti, Anda ingin diingat sebagai sutradara yang seperti apa?
Saya ingin diingat sebagai sutradara yang mampu memberikan cerita yang jelas dan menarik. Yang mampu membangun storytelling yang kuat memungkinkan penonton untuk dengan mudah memahami makna, tujuan, konflik, keresahan antartokoh, dan perkembangan yang dialami oleh karakter-karakter dalam film yang saya buat.
Setiap karya saya akan dikenal memberikan pengalaman yang mengesankan, penonton mengerti tentang apa yang hendak disampaikan dan bagaimana alur cerita yang berkembang. Sehingga penonton yakin ini adalah film Bene Dion.
Melihat lagi ke karya Anda sebelumnya seperti yang memiliki genre komedi, apakah ini tema-tema yang akan selalu dieksplor ke depan? Apa ada keinginan menyutradarai thriller, horor, dokumenter dan semacamnya?
Saya mengakui bahwa akar kreativitas saya terletak pada genre komedi, termasuk komedi horor, drama keluarga, romantis, dan lainnya. Karena saya yakin bahwa kemampuan utama saya terletak pada kemampuan menghasilkan karya-karya yang mengandung unsur humor yang kuat.
Oleh karena itu, saat ini saya ingin fokus pada mengembangkan karya-karya berunsur komedi. Namun, tidak menutup kemungkinan akan membuat film di luar genre ini tapi tidak tahu kapan.
Apa pertimbangan memilih aktor yang main di film-film Anda?
Kemampuan akting yang memenuhi ekspetasi. Aktor yang saya pilih harus sesuai dengan bayangan saya bagaimana karakter akan dimainkan.
Apakah jumlah penonton film merupakan hal penting bagi Anda?
Sebagai pembuat film yang bukan seniman banget saya merasa jumlah penonton itu penting, apalagi background saya yang teknik industri yang belajar marketing finance. Kita harus akui investor berani membuat film karena dia merasa film ini memiliki potensi mengundang jumlah penonton. Tapi harus menyeimbangkan karya secara kualitas film baik idealisme dan komersilnya.
Menurut Anda bagaimana perkembangan film Indonesia di tengah gempuran maraknya konten OTT?
Dengan merebaknya berbagai layanan streaming (OTT) pada saat ini, penonton semakin dimanjakan dengan akses yang lebih ekonomis, fleksibel, dan nyaman untuk menikmati berbagai film di waktu dan tempat yang mereka inginkan. Namun, sebagai bentuk respons atas perkembangan ini, bioskop harus berusaha menciptakan nilai tambah agar tetap menarik minat penonton.
Genre film horor menjadi salah satu yang paling diminati di bioskop karena mampu menyajikan pengalaman yang luar biasa, yang sulit ditemukan saat menonton melalui layanan OTT. Sensasi menonton film horor di layar lebar dengan suara menggelegar dan suasana yang mencekam menciptakan kesan yang mendalam bagi penonton. Hal ini berbeda dengan film non-horor yang juga dapat diakses melalui OTT.
Sebagai akibatnya, film-film non-horor mengalami kesulitan dalam meraih kesuksesan di bioskop. Hal ini mempengaruhi susahnya film-film non-horor laku di bioskop dan kita harus jujur kalau itu menimbulkan dampak negatif dan harus diantisipasi untuk kelangsungan industri ini ke depannya.
Latar belakang Anda sebagai Standup Comedian, hingga akhirnya memproduksi film. Bagaimana itu berguna dan titik awalnya?
Seluruh latar belakang yang saya miliki memberikan kontribusi berharga dalam peran saya sebagai penulis naskah dan sutradara. Pengetahuan dalam teknik industri memiliki pengaruh yang kuat dalam membentuk pola pikir saya. Saya belajar bagaimana menghadapi tantangan dan menemukan solusi secara efektif. Pengalaman ini menjadi pondasi penting dalam perjalanan karier saya.
Sebagai seorang komika stand-up, saya menyadari bahwa inti dari pekerjaan kami adalah sebagai pembuat cerita. Kami mampu menyampaikan keresahan dan momen lucu dalam cara yang unik. Ketika beralih menjadi seorang sutradara, dasar-dasar inilah yang menjadi landasan dalam menyampaikan cerita melalui medium audio visual. Saya tetap menjadi seorang pengisah cerita, hanya saja mediumnya berubah menjadi audio visual.
Sebagai lulusan Sarjana Teknik Industri UGM, apakah tidak ada keinginan untuk berkarier sesuai dengan jurusan?
Selama perjalanan hidup saya, saya merasa tidak pernah dipaksa oleh siapapun untuk mengambil jalur tertentu. Meskipun saya merupakan lulusan Teknik Industri, saya merasa begitu bahagia dan nyaman bekerja di industri film. Kalau ditanya apakah ada kemungkinan, saya tidak menutup kemungkinan sama sekali.
Untuk proyek film panjang berikutnya akan ada eksperimen baru lagi? Apakah Anda saat ini sedang dalam menulis atau proses development film cerita panjang terbaru? Kalau ada, genre dan temanya apa?
Di film ke empat, saya ingin bereksperimen. Tapi saya masih belum bisa bercerita banyak akan seperti apa, karena masih dalam tahap perenungan dan development. Selain itu memikirkan akankah saya benar-benar melakukan hal yang baru dan cukup sulit ini sehingga butuh pertimbangan yang matang.
Penting untuk diakui bahwa inspirasi adalah hal yang wajar dan umum dalam menciptakan karya seni, termasuk industri film. Boleh tahu film favorit Anda yang menjadi inspirasi sampai sekarang dalam berkarya? Sebagai penulis skenario, ada naskah film orang lain yang menjadi favorit?
Tentu saja, sebagai seorang seniman, inspirasi dari berbagai referensi secara sadar maupun tidak sadar merupakan hal yang alami dalam proses menciptakan karya-karya saya. Yang pasti saya suka film-film yang realistis.
Salah satu sutradara yang saya kagumi karyanya adalah Hirokazu Kore-eda, yaitu film Like Father Like Son dan Shoplifters. Kore-eda memang dikenal karena kemampuannya menggambarkan cerita yang humanis dan mendalam tentang hubungan antarmanusia.
Saya juga suka film Parasite yang menjadi inspirasi membuat komedi dalam Ngeri Ngeri Sedap. Film science-fiction seperti Interstellar juga favorit saya, jadi sebenarnya genre film favorit saya cukup lebar dan tidak terkotak-kotak.
Kalau Anda diberikan anggaran yang besar sekali untuk memproduksi sebuah film, maka film seperti apa yang ingin Anda buat?
Meskipun komedi menjadi "darah" saya, saya juga sangat tertarik pada film-film bertema science-fiction dan dystopian. Cerita-cerita yang menggambarkan dunia di masa depan memiliki daya tarik tersendiri bagi saya. Jika diberi kesempatan untuk memproduksi film berbujet tinggi, ada beberapa premis menarik yang telah saya pertimbangkan.
Salah satu ide yang menarik adalah menciptakan film drama fiksi purbakala yang menampilkan kerajaan kecil di era Batak kuno, dengan kisah yang menarik dan mendalam seperti yang terdapat pada Game of Thrones. Menggambarkan kehidupan kerajaan, konflik internal, dan intrik politik dari masa lalu akan memberikan kesempatan untuk menghadirkan dunia yang kaya dengan budaya, kostum, dan seni yang unik.
Kehidupan masyarakat Batak kuno dengan mitologi dan tradisi mereka dapat menjadi latar yang menarik bagi plot yang kompleks, menggabungkan elemen fiksi purbakala dengan sentuhan epik dan fantasi. Sebagai produser, saya akan berupaya memberikan sentuhan modern pada cerita ini agar dapat menarik dan menyentuh perasaan penonton masa kini, sambil tetap menghormati keaslian budaya dan sejarah masyarakat Batak.
Baca juga: Eksklusif Profil Dwi Sasono: Patung Restorasi Lebur, Penelusuran dan Pemaknaan Kehidupan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.