Ternyata Ini Tantangan Film Komedi Menurut Sutradara dan Aktor
31 August 2022 |
14:30 WIB
Film menjadi salah satu hiburan bagi masyarakat bahkan di era Hindia Belanda, walaupun kala itu hanya gambar bergerak tanpa suara. Namun seiring perkembangannya, perfilman di Indonesia terus bertumbuh sejak keran urbanisasi dibuka pada 1970 dan pemerintah mengizinkan budaya asing masuk ke Indonesia.
Dari sekian banyak genre saat ini, satu yang selalu dinantikan adalah film komedi. Terbukti film seperti Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 (2016) mampu meraih penonton hingga 6,86 juta. Dilanjut pada sekuel keduanya, Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 2 (2017) yang ditonton 4,08 juta orang.
Terbaru, film garapan komika Bene Dion, Ngeri-Ngeri Sedap yang meraih 2,87 juta hingga saat ini. Menandai kebangkitan film komedi setelah dunia perfilman dihantam pandemi Covid-19 selama lebih dari 2 tahun.
Namun untuk mendapat pencapaian itu, banyak tantangan yang dihadapi dalam penggarapan film komedi. Sutradara Anggy Umbara menerangkan dalam membuat film komedi, hal utama yang perlu ditentukan adalah tema dari film itu sendiri. Keberadaan Intellectual Property (IP) bisa menjadi bonus film bisa diterima pasar. Sebagai contoh film Warkop DKI Reborn yang digarapnya beberapa tahun lalu.
Baca juga: Ini Pekerjaan Rumah Industri Film Indonesia Menurut Produser
“Harus ada sesuatu yang dijadikan dasar film itu dibuat. Biasanya yang dicari itu temanya apa dulu,” ujarnya kepada Hypeabis.id, belum lama ini.
Setelah itu, dicarilah pemain atau aktornya, komedi apa yang akan dimainkan, lalu masuk kepada cerita, eksekusi film, dan tentu paling akhir adalah promosi.
Bicara pemain, menurut Anggy tidak semua film komedi harus diperankan komedian. Dia menegaskan yang dibutuhkan film komedi adalah aktor yang bisa membawakan peran sesuai skenario yang dituliskan pada film komedi. Lebih bagus lagi jika aktor tersebut bisa berimprovisasi.
“Pada akhirnya yang dicari untuk membuat film itu aktor dan keaktorannya yang kita lihat. Dari manapun berasal, komedian atau bukan, statusnya dia aktor,” tegasnya.
Menurutnya tidak semua komedian atau pelawak bisa akting di depan kamera. Soal banyak komika stand up comedy yang terjun di dunia perfilman, Anggy berpendapat biasanya mereka memainkan karakter yang tidak jauh dari penampilannya di atas panggung.
“So far, mereka lebih memainkan diri sendiri atau karakter yang dekat dengan keseharian mereka. Kalau bukan dari sana, cenderung enggak dapat. Enggak akan kelihatan seperti beneran. Ada juga beberapa komika yang bertransformasi menjadi aktor. Dia bisa memainkan beberapa karakter. Tapi tidak banyak juga,” tuturnya.
Oleh karena itu, dalam memilih aktor untuk bermain di film komedi, Anggy selalu mengutamakan kemampuan dari aktor dalam berakting. Seharusnya, namanya aktor tidak terlalu susah untuk diarahkan. Tinggal Anggy menyampaikan visinya kepada sang aktor, dan kemudian dipertimbangkan dengan kemampuan dan gaya aktor tersebut. “Itu yang disepakati bersama. Visi director dengan kemampuan aktor,” jelasnya.
Tantangan berikutnya yakni para sineas perlu melakukan penyesuaian di tengah pandemi Covid-19. Saat ini, untuk memproduksi film tidak bisa seheboh dahulu. Jumlah kru dipangkas, skenario pun dibuat sesederhana mungkin.
Syuting pun sebisa mungkin dilakukan bukan di tempat ramai. Sebab, harus ada izin terkait protokol kesehatan yang harus diurus ketika ingin membuat film. Mulai dari izin keramaian sampai kesehatan.
Soal pasar, Anggy tidak memungkiri bahwa film horor yang masih mendominasi. Hal ini tidak lepas dari kepercayaan masyarakat Indonesia dengan hal-hal yang berbau mistis. Namun demikian, film komedi masih mendapat tempat dan peminatnya cukup banyak. Lagi-lagi semua tergantung pada alur cerita yang dibawakan dan kecakapan aktor dalam berakting.
Seperti film Ngeri-Ngeri Sedap yang sukses menggebrak kembali film komedi selama 2 tahun industri ini terdampak pandemi Covid-19. Ke depannya, dia berharap film-film komedi lebih banyak lagi karena penonton Indonesia butuh semua genre, terutama komedi untuk melepas penat dengan tertawa.
Aktor yang kerap bermain di film komedi, Ringgo Agus Rahman menyebut dia mau mengambil peran apabila cerita film tersebut dibuat dengan baik dan memiliki pesan untuk disampaikan dengan matang kepada publik.
Namun untuk film komedi sendiri, menurut Ringgo dibutuhkan pengetahuan yang matang dari sutradara dan penulisnya untuk memahami timing dan porsi komedinya sendiri. “Sutradara dan penulis yang baik untuk genre komedi banyak, namun yag enggak punya sense ke situ juga banyak,” jelasnya.
Hal ini menurutnya juga berlaku untuk film di genre lain. Kendati demikian, pemain pun harus punya kesadaran yang baik. Aktor harus bisa menghidupkan setiap dialog dalam skenario tersebut. “Saya bisa kasih contoh pemain pintar, yang insting komedinya luar biasa, Asri Welas itu luar biasa sekali,” ungkapnya.
Baca juga: Inilah 5 Film Komedi Terlaris Sepanjang Masa
Bicara pengalaman, Ringgo menyebut sering merasa gagal ketika mencoba melawak di dalam film komedi. Dia sering bingung ketika membawakan skenario yang tidak lucu, namun harapan dari sutradara harus lucu karna garapan dari aktornya bisa melawak.
“Tapi selera sih ya, mungkin saja saya yang selera komedinya memang tidak bagus,” imbuhnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor : Gita Carla
Dari sekian banyak genre saat ini, satu yang selalu dinantikan adalah film komedi. Terbukti film seperti Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 (2016) mampu meraih penonton hingga 6,86 juta. Dilanjut pada sekuel keduanya, Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss Part 2 (2017) yang ditonton 4,08 juta orang.
Terbaru, film garapan komika Bene Dion, Ngeri-Ngeri Sedap yang meraih 2,87 juta hingga saat ini. Menandai kebangkitan film komedi setelah dunia perfilman dihantam pandemi Covid-19 selama lebih dari 2 tahun.
Namun untuk mendapat pencapaian itu, banyak tantangan yang dihadapi dalam penggarapan film komedi. Sutradara Anggy Umbara menerangkan dalam membuat film komedi, hal utama yang perlu ditentukan adalah tema dari film itu sendiri. Keberadaan Intellectual Property (IP) bisa menjadi bonus film bisa diterima pasar. Sebagai contoh film Warkop DKI Reborn yang digarapnya beberapa tahun lalu.
Baca juga: Ini Pekerjaan Rumah Industri Film Indonesia Menurut Produser
“Harus ada sesuatu yang dijadikan dasar film itu dibuat. Biasanya yang dicari itu temanya apa dulu,” ujarnya kepada Hypeabis.id, belum lama ini.
Setelah itu, dicarilah pemain atau aktornya, komedi apa yang akan dimainkan, lalu masuk kepada cerita, eksekusi film, dan tentu paling akhir adalah promosi.
Bicara pemain, menurut Anggy tidak semua film komedi harus diperankan komedian. Dia menegaskan yang dibutuhkan film komedi adalah aktor yang bisa membawakan peran sesuai skenario yang dituliskan pada film komedi. Lebih bagus lagi jika aktor tersebut bisa berimprovisasi.
“Pada akhirnya yang dicari untuk membuat film itu aktor dan keaktorannya yang kita lihat. Dari manapun berasal, komedian atau bukan, statusnya dia aktor,” tegasnya.
Menurutnya tidak semua komedian atau pelawak bisa akting di depan kamera. Soal banyak komika stand up comedy yang terjun di dunia perfilman, Anggy berpendapat biasanya mereka memainkan karakter yang tidak jauh dari penampilannya di atas panggung.
“So far, mereka lebih memainkan diri sendiri atau karakter yang dekat dengan keseharian mereka. Kalau bukan dari sana, cenderung enggak dapat. Enggak akan kelihatan seperti beneran. Ada juga beberapa komika yang bertransformasi menjadi aktor. Dia bisa memainkan beberapa karakter. Tapi tidak banyak juga,” tuturnya.
Oleh karena itu, dalam memilih aktor untuk bermain di film komedi, Anggy selalu mengutamakan kemampuan dari aktor dalam berakting. Seharusnya, namanya aktor tidak terlalu susah untuk diarahkan. Tinggal Anggy menyampaikan visinya kepada sang aktor, dan kemudian dipertimbangkan dengan kemampuan dan gaya aktor tersebut. “Itu yang disepakati bersama. Visi director dengan kemampuan aktor,” jelasnya.
Tantangan berikutnya yakni para sineas perlu melakukan penyesuaian di tengah pandemi Covid-19. Saat ini, untuk memproduksi film tidak bisa seheboh dahulu. Jumlah kru dipangkas, skenario pun dibuat sesederhana mungkin.
Syuting pun sebisa mungkin dilakukan bukan di tempat ramai. Sebab, harus ada izin terkait protokol kesehatan yang harus diurus ketika ingin membuat film. Mulai dari izin keramaian sampai kesehatan.
Soal pasar, Anggy tidak memungkiri bahwa film horor yang masih mendominasi. Hal ini tidak lepas dari kepercayaan masyarakat Indonesia dengan hal-hal yang berbau mistis. Namun demikian, film komedi masih mendapat tempat dan peminatnya cukup banyak. Lagi-lagi semua tergantung pada alur cerita yang dibawakan dan kecakapan aktor dalam berakting.
Seperti film Ngeri-Ngeri Sedap yang sukses menggebrak kembali film komedi selama 2 tahun industri ini terdampak pandemi Covid-19. Ke depannya, dia berharap film-film komedi lebih banyak lagi karena penonton Indonesia butuh semua genre, terutama komedi untuk melepas penat dengan tertawa.
Tidak Mudah Jadi Aktor Film Komedi
Aktor yang kerap bermain di film komedi, Ringgo Agus Rahman menyebut dia mau mengambil peran apabila cerita film tersebut dibuat dengan baik dan memiliki pesan untuk disampaikan dengan matang kepada publik. Namun untuk film komedi sendiri, menurut Ringgo dibutuhkan pengetahuan yang matang dari sutradara dan penulisnya untuk memahami timing dan porsi komedinya sendiri. “Sutradara dan penulis yang baik untuk genre komedi banyak, namun yag enggak punya sense ke situ juga banyak,” jelasnya.
Hal ini menurutnya juga berlaku untuk film di genre lain. Kendati demikian, pemain pun harus punya kesadaran yang baik. Aktor harus bisa menghidupkan setiap dialog dalam skenario tersebut. “Saya bisa kasih contoh pemain pintar, yang insting komedinya luar biasa, Asri Welas itu luar biasa sekali,” ungkapnya.
Baca juga: Inilah 5 Film Komedi Terlaris Sepanjang Masa
Bicara pengalaman, Ringgo menyebut sering merasa gagal ketika mencoba melawak di dalam film komedi. Dia sering bingung ketika membawakan skenario yang tidak lucu, namun harapan dari sutradara harus lucu karna garapan dari aktornya bisa melawak.
“Tapi selera sih ya, mungkin saja saya yang selera komedinya memang tidak bagus,” imbuhnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor : Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.