Ilustrasi seorang anak sedang bermain (Sumber gambar: George Bakos/Unsplash)

Meski Menjanjikan, Bisnis Mainan Anak di Indonesia Hadapi Sejumlah Tantangan

03 August 2023   |   22:30 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Dunia anak-anak tidak bisa dilepaskan dari mainan. Pada setiap fase tumbuh kembangnya, anak-anak pasti membutuhkan mainan yang dapat membantu mereka mengasah perkembangan otak, fisik, emosional, serta sosial mereka.
 
Perkembangan media sosial yang makin masif saat ini juga mendorong pemahaman sekaligus kesadaran para orang tua untuk memberikan anak-anak mainan yang menyenangkan sekaligus edukatif. Tak ayal jika bisnis mainan anal di Indonesia kian menjanjikan.
 
Menurut data Statista, Indonesia menjadi negara keempat sebagai pangsa pasar penjualan mainan tertinggi di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Lembaga riset itu menyebutkan pendapatan sektor mainan di Tanah Air pada 2022 tercatat sebesar US$10,32 miliar.
 
Di sisi lain, Kementerian Perindustrian RI mencatat nilai ekspor industri mainan nasional mencapai US$383 juta sepanjang Januari-September 2022. Angka ini naik sebesar 29,83 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yakni sebesar US$295 juta.
 
Ketua Asosiasi Mainan Indonesia (AMI) Sutjiadi Lukas menyebutkan bahwa industri mainan dalam negeri saat ini terus mengalami peningkatan baik secara kuantitas maupun kualitas dan mulai memenuhi pangsa pasar lokal. Dia memaparkan bahwa saat ini proporsi pangsa pasar mainan diisi oleh 45 persen produk lokal dan 55 persen produk impor.

Baca juga: Kisah Lord of the Rings Diadaptasi Jadi Permainan Kartu, Cek Keunikannya
 
Angka ini mengalami peningkatan dari kondisi sebelumnya yang tercatat 65 persen pasar mainan impor dan 35 persen pasar mainan lokal. Lukas mengatakan hal ini terjadi lantaran kebijakan pemerintah yang makin ketat terhadap perizinan impor mainan termasuk bahan baku dengan sejumlah pemberlakuan regulasi.
 
Akan tetapi, di sisi lain, kondisi ini pun menjadi tantangan bagi para produsen mainan lokal untuk mengejar pangsa pasar lantaran beban biaya produksi yang semakin tinggi. Hal ini terjadi karena sebagian besar bahan baku produk mainan lokal masih diimpor dari luar negeri. Sementara, pemerintah menetapkan untuk proporsi penggunaan komponen dalam negeri yang lebih banyak.
 
"Industri lokal kan perlu komponen. Baut di Indonesia harganya Rp50, di China paling mahal Rp10 sudah sampai gudang kita. Itu baru satu macam bahan baku. Ini yang menyulitkan sedangkan permintaan banyak," jelasnya saat dihubungi Hypeabis.id.
 

Ilustrasi seorang anak sedang bermain (Sumber gambar: George Bakos/Unsplash)

Ilustrasi seorang anak sedang bermain (Sumber gambar: Yuri Shirota/Unsplash)

Pengajuan SNI
Di sisi lain, Lukas juga mengeluhkan peraturan soal pelaksanaan pengajuan SNI mainan impor terbaru yang tertuang dalam Peraturan SNI PP 28 Tahun 2021. Dalam aturan tersebut, pengajuan SNI melalui lembaga sertifikasi harus dilakukan oleh pihak produsen langsung bukan importir dengan cara menunjuk perwakilannya di Indonesia.
 
Sedangkan, kebanyakan importir di Indonesia tidak langsung membeli produk mainan ke produsen melainkan ke pihak supplier, sehingga proses pengajuan SNI ini menjadi lebih sulit dijangkau oleh importir. "Saya berharap akan ada petunjuk pelaksanaannya sehingga bisa lebih mudah proses pengajuannya," katanya.
 
Menurut Lukas, impor mainan masih dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pangsa pasar produk mainan sekaligus memperbarui tren mainan global. Selain itu, impor juga dinilai bisa mendorong adanya alih teknologi. Pasalnya, katanya, saat ini mainan makin terintegrasi dengan teknologi salah satunya mainan robotik.
 
Dia pun menambahkan bahwa ke depan, bisnis mainan anak akan terus prospektif, sehingga menurutnya pangsa pasar mainan lokal di dalam negeri harus terus ditingkatkan dengan berbagai upaya. Selain budaya konsumtif masyarakat Indonesia, menurutnya salah satu faktor pendukung hal tersebut yakni potensi lahirnya 4,5 juta bayi per tahun di Indonesia.
 
"Kalau 4,5 juta anak lahir, dan setiap tahunnya butuh sekitar 4 mainan berarti ada 16 juta mainan yang dibutuhkan lalu dikalikan hingga usia 5 tahun untuk balita. Pangsa pasarnya masih cukup besar. Industri mainan tidak akan mati, cuma bagaimana pengusaha mainan ini mengembangkan produknya," kata Lukas.


(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Roni Yunianto

SEBELUMNYA

Hengkang dari LOONA, HyunJin, YeoJin, ViVi, Go Won & HyeJu Bikin Girl Group Loossemble

BERIKUTNYA

Dukung Kreativitas dan Jiwa Seni Anak Lewat Erlangga Art Awards 2023

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: