Konsumsi musik digital di Indonesia kian masif (Sumber gambar: Fath/Unsplash)

Wah, Ternyata Enggak Lebih dari 1% Masyarakat Indonesia yang Pakai Layanan Musik Digital Premium

10 July 2023   |   20:00 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Konsumsi musik digital di Indonesia terus meningkat. Menurut data yang dirilis International Federation of the Phonographic Industry (IFPI) 2022, jumlah streaming musik di Indonesia mewakili pangsa sebesar 90,6 persen dari total pendapatan musik di Tanah Air. Pada 2022, total pendapatan musik streaming di Indonesia mencapai US$75,4 juta. 

Angka tersebut naik sebesar 36,7 persen dari tahun 2021. Adapun, sepanjang tahun 2019 hingga 2022, tingkat pertumbuhan tahunannya rata-rata sebesar 35 persen per tahun. 

Baca juga: Konsumsi Musik Streaming Makin Masif, Lagu-lagu Lokal Jadi Favorit Masyarakat

Laporan yang sama juga menyebutkan bahwa dari total pendapatan musik streaming, sebesar 67,9 persen merupakan pendapatan streaming musik berdasarkan iklan, dan 32,1 persen pendapatan berdasarkan pelanggan layanan pemutar musik berbayar.

Kendati demikian, masyarakat Indonesia masih lebih gemar menikmati musik secara gratis dibandingkan menggunakan akses platform musik digital premium yang berbayar. Menurut data internal perusahaan distributor musik digital Believe, diperkirakan kurang dari 1 persen dari seluruh populasi Indonesia bersedia untuk membayar paket premium pada platform musik digital.

Angka tersebut lebih kecil dibandingkan dengan beberapa negara lainnya seperti Thailand yang memiliki sekitar 3 persen pangsa pasar musik premium, China sekitar 9 persen, dan Amerika Serikat yakni lebih dari 35 persen pelanggan berbayar.

Country Manager Believe Indonesia Dahlia Wijaya mengatakan, ada beberapa faktor utama yang membuat masih sedikitnya masyarakat yang bersedia untuk berlangganan musik premium, yakni masih adanya kesenjangan dalam akses internet dan penetrasi pengguna kartu kredit yang masih rendah. Selain itu, edukasi mengenai manfaat langganan musik premium juga dinilai masih rendah di kalangan masyarakat.

"Mengubah pengguna gratis menjadi berbayar adalah proses yang panjang dan sulit bagi platform musik digital. Dengan demikian, Indonesia masih berada pada tahap awal untuk konversi pasar tersebut," katanya.

Di tengah kondisi tersebut, Dahlia menuturkan penting bagi pihak platform streaming untuk memberikan opsi yang lebih beragam untuk mengakses langganan musik premium, misalnya bekerja sama dengan operator telekomunikasi lokal, sehingga pengguna dapat berlangganan melalui paket seluler mereka. Fitur lainnya termasuk diskon berlangganan atau paket data yang dialokasikan hanya untuk streaming musik premium.
 

Kenny Eliaso

Tidak lebih dari 1% masyarakat Indonesia yang menggunakan layanan musik digital premium (Sumber gambar: Kenny Eliaso/Unsplash)


Rilisan Musik & Video Klip

Tak hanya dari sisi penikmat musik, produktivitas musik digital di Indonesia juga makin masif. Menurut data perusahaan distributor Believe pada 2023, di Indonesia, setidaknya satu lagu dirilis setiap minggunya. Bahkan, pada label musik regional, bisa merilis lagu baru setiap harinya yang dilengkapi dengan video musik.

Pasalnya, video musik juga menyumbang sekitar 50 persen dari pendapatan streaming musik digital di Indonesia. Dahlia mengatakan kebanyakan orang senang mendengarkan musik sambil melihat gambar secara bersamaan, karena ingin melihat bagaimana musisi beratraksi dengan musiknya sekaligus menari.

Hal inilah, paparnya, yang membuat YouTube dan TikTok memberikan kontribusi pendapatan yang besar untuk para musisi, seiring dengan Indonesia menempati urutan ketiga di dunia dengan jumlah YouTube terbanyak, dan menempati posisi kedua untuk aplikasi TikTok.

Dahlia juga mengatakan video berdurasi pendek kini memberikan tren yang baru bagi industri musik digital sejak TikTok muncul tiga tahun lalu dan disusul sejumlah platform atau fitur serupa. Saat ini, sebagian besar musisi melakukan pra-rilis musik mereka dengan video berdurasi pendek di platform seperti YouTube Shorts dan TikTok. 

Biasanya, mereka akan merilis 15 hingga 30 detik lagu baru mereka atau video musik, yang diunggah secara berkala hingga tujuh hari sebelum perilisan versi penuhnya untuk mendapatkan perhatian penonton. Dengan begitu, ketika mereka merilis karya penuhnya, audiens telah mengetahui karya mereka.

Umumnya, algoritma TikTok dan Shorts akan menarik perhatian audiens ke video musik dan membuat mereka tertarik untuk menonton versi lengkapnya di YouTube. "Kami melihat bahwa lebih banyak orang menemukan lagu melalui video pendek, padahal sebelumnya hanya melalui YouTube," kata Dahlia.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Festival Lintas Melawai Ingin Kembalikan Blok M Jadi Pusat Tren Anak Muda

BERIKUTNYA

Overthinking Hingga Sulit Tidur, Kenali Ragam Gejala Kecemasan

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: