Penyakit antraks pada hewan ternak (Sumber Foto: Pexels)

Waspadai Risiko Penularan Antraks dari Hewan Ternak Sapi, Kambing, dan Domba

10 July 2023   |   17:01 WIB
Image
Kintan Nabila Jurnalis Hypeabis.id

Kasus antraks di Gunungkidul menjadi perhatian masyarakat lantaran terjadi berdekatan dengan momen Iduladha yang identik dengan kegiatan berkurban atau menyembelih hewan ternak. Seperti yang diketahui penyakit antraks sendiri bersifat zoonosis, yakni berasal dari hewan dan bisa ditularkan ke manusia.

Oleh karenanya, antraks perlu diwaspadai oleh peternak karena hewan seperti sapi, kambing, atau domba yang terinfeksi dapat menularkan penyakit tersebut pada manusia melalui kontak langsung.

Frans Liwang, Dokter Spesialis Penyakit Dalam dari RSIA Tambak menjelaskan bahwa antraks merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi kuman bacillus anthracis yang banyak ditemukan di tanah, air, atau tanaman, tetapi dalam bentuk yang tidak aktif (dorman).

Baca juga: Sudah Ada Sejak 700 SM, Telisik 5 Fakta Penyakit Antraks

“Apabila kuman ini masuk ke binatang atau manusia, maka akan menjadi bentuk aktif, berkembang biak, dan menghasilkan racun [toksin] yang menyebabkan sakit,” ujarnya.

Gejala antraks bervariasi sesuai rute penularannya. Setidaknya ada empat tipe penyakit antraks terjadi pada manusia, misalnya antraks kulit, inhalasi atau pernapasan, saluran cerna, dan tipe injeksi pada orang-orang pengguna jarum suntik.

Antraks kulit merupakan yang paling sering terjadi. Gejalanya muncul 1-7 hari setelah terpapar berupa koreng kulit warna kehitaman yang kadang terasa gatal tetapi tidak ada rasa nyeri.

Sementara antraks pernapasan merupakan yang paling berbahaya dan mengancam jiwa. Infeksinya dapat terjadi beberapa minggu hingga 2 bulan setelah terpapar. Gejala awalnya mirip seperti flu, demam, nyeri tenggorokan, linu otot, lalu berkembang menjadi sesak napas, batuk darah, pembengkakan leher, dan demam tinggi.

“Antraks pencernaan utamanya berasal dari makanan dan minuman yg terkontaminasi. Gejalanya muncul 1-7 hari setelah terpapar berupa nyeri perut, mual, muntah, hilang nafsu makan, diare berdarah, sulit menelan, dan demam tinggi,” jelas Frans.

Kemudian antraksinjeksi biasanya dijumpai pada orang-orang pemakai narkoba suntik. Gejalanya berupa kemerahan pada lokasi suntik, lalu kuman langsung menyebar ke dalam darah sehingga menyebabkan syok dan kegagalan fungsi organ.

Antraks pada awalnya akan masuk ke melalui empat rute di atas. Apabila infeksi semakin parah, maka kuman dapat menyebar melalui peredaran darah (sepsis) dan menyebabkan kegagalan berbagai fungsi organ tubuh hingga terjadi kematian.

"Pada kondisi tertentu, kuman dapat menyebar ke lokasi tertentu, seperti otak yang menyebabkan meningitis," kata Frans.

Lebih lanjut dia memaparkan, pengobatan antraks utamanya dengan antibiotik, bisa satu atau terapi kombinasi, dengan durasi yang bervariasi sesuai keparahan penyakit. Pada kasus ringan, terapi bisa berlangsung sekitar 3-7 hari, namun pada infeksi yang lebih berat bisa sampai 14 hari. 

Pada kondisi berat, perawatan kadang memerlukan waktu yang lebih lama. Pasien dapat diberikan terapi antitoksin apabila kuman sudah menyebar di dalam darah, serta diperlukan terapi-terapi penunjang sesuai gejala dan sistem organ yang terkena.

“Individu yang sudah terpapar, walaupun belum sakit juga perlu mendapatkan antibiotik selama 60 hari,” kata Frans.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Festival Musik Lintas Melawai 2023 Siap Digelar, Bawa Nostalgia Era 80-an

BERIKUTNYA

Cek 5 Fakta Menarik Pameran Multisensori Van Gogh Alive The Experience di Jakarta

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: