5 Fakta Aspartam, Pemanis Buatan pada Ribuan Produk yang Disebut WHO Memicu Kanker
03 July 2023 |
08:30 WIB
Minuman dengan pemanis buatan dan bersoda bukan hanya meningkatkan risiko diabetes, obesitas, tetapi juga kanker. Fakta ini diungkap Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang menyebut aspartam merupakan zat pemicunya.
Menurut American Cancer Society, aspartam merupakan pemanis buatan yang kerap digunakan pada banyak produk makanan dan minuman kemasan, karena rasanya jauh lebih manis daripada gula. Bahkan pemanis tersebut digunakan oleh produk obat baru.
Baca juga: WHO Imbau Hindari Konsumsi Pemanis Buatan, Ternyata Ini Alasannya
Sejauh ini, beberapa otoritas kesehatan seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan di Amerika Serikat (FDA) berpendapat aspartam terbilang aman. Kendati demikian, IARC, organisasi di bawah WHO mengatakan bahwa aspartam berbahaya. “Kemungkinan karsinogenik bagi manusia,” sebut juru bicara IARC, dikutip dari Guardian, Senin (3/6/2023).
Pernyataan ini lantas menimbulkan kebingungan di masyarakat. Pasalnya, Komite Pakar FAO/WHO untuk Bahan Tambahan Makanan (Jecfa) juga telah meninjau penggunaan aspartam tahun ini. Menyusul laporan IARC, lantas komite ahli gabungan FAO/WHO itu akan memperbarui penilaian risiko terhadap aspartam, ttermasuk meninjau asupan harian yang dapat diterima dan penilaian paparan makanan untuk aspartam.
“Hasil dari kedua evaluasi tersebut akan diumumkan secara bersamaan pada tanggal 14 Juli 2023,” sebut juru bicara IARC.
Sebagai pengetahuan, berikut ini beberapa fakta mengenai aspartam yang Hypeabis.id rangkum dari berbagai sumber.
Mengutip WebMD, aspartam terbuat dari dua asam amino alami yakni asam aspartat dan fenilalanin. Teksturnya seperti bubuk putih halus, dan hampir 200 kali lebih manis dari sukrosa atau gula. Oleh karena itu, penggunannya pada produk pun cukup sedikit, tetapi rasa manis yang ditawarkan setara dengan beberapa sendok gula. Dalam produk makanan dan minuman siap saji, aspartam sering dicampur dengan pemanis atau komponen makanan lain untuk meminimalkan rasa pahit serta meningkatkan rasa secara keseluruhan.
Aspartam digunakan pada lebih dari 6.000 produk makanan di seluruh dunia. Aspartam juga digunakan sebagai bahan dalam minuman seperti soda diet, jus kemasan rendah gula, produk susu seperti yogurt, dan es krim.
Permen karet, saus, sirup, bumbu juga banyak menggunakan aspartam. Selain itu, beberapa obat resep dan obat bebas, serta vitamin yang dapat dikunyah mungkin mengandung aspartam untuk meningkatkan kelezatannya.
Meskipun jumlah yang digunakan pada bahan makanan sedikit, bukan berarti aspartam bebas kalori. Label makanan rendah kalori yang menggunakan aspartam sebagai pemanisnya, tidak terbukti menurunkan berat badan konsumennya.
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa mengonsumsi aspartam dapat memperlambat metabolisme, sehingga menyebabkan penambahan berat badan meskipun kalori yang dikonsumsi lebih sedikit.
Sempat terjadi perdebatan, penelitian yang dilakukan oleh Yale pada 2020 menemukan bahwa mengonsumsi pemanis rendah kalori tidak dengan sendirinya bertanggung jawab untuk memperlambat metabolisme. Namun, bila dikombinasikan dengan karbohidrat lain, atau lemak, konsumsi pemanis non-sukrosa, dapat menyebabkan penurunan tingkat metabolisme yang signifikan.
Sebuah studi menemukan bahwa ketika kamu makan atau minum produk yang mengandung aspartam, kadar kortisol meningkat dan mengubah aktivitas mikroba yang bertanggung jawab atas pemecahan makanan di saluran pencernaan. Diperkirakan bahwa perubahan ini dapat menyebabkan penambahan berat badan dan resistensi insulin. Keduanya akan berdampak negatif pada kontrol gula darah pada penderita diabetes tipe 2.
Makanan yang sangat enak mengaktifkan bagian otak dari penghargaan dan kesenangan. Asosiasi positif ini dapat meningkatkan nafsu makan, jika dibiarkan, peningkatan asupan makanan yang dihasilkan dapat menyebabkan kelebihan berat badan dan obesitas.
Mengganti makanan berkalori penuh dan mengandung gula tambahan dengan makanan yang dibuat dengan pemanis rendah kalori seperti aspartam, telah menunjukkan efek yang sama, tetapi tanpa menyumbang kalori tambahan.
Baca juga: Hati-hati Konsumsi Pemanis Buatan, Bisa Tingkatkan Risiko Kanker
Editor: Dika Irawan
Menurut American Cancer Society, aspartam merupakan pemanis buatan yang kerap digunakan pada banyak produk makanan dan minuman kemasan, karena rasanya jauh lebih manis daripada gula. Bahkan pemanis tersebut digunakan oleh produk obat baru.
Baca juga: WHO Imbau Hindari Konsumsi Pemanis Buatan, Ternyata Ini Alasannya
Sejauh ini, beberapa otoritas kesehatan seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan di Amerika Serikat (FDA) berpendapat aspartam terbilang aman. Kendati demikian, IARC, organisasi di bawah WHO mengatakan bahwa aspartam berbahaya. “Kemungkinan karsinogenik bagi manusia,” sebut juru bicara IARC, dikutip dari Guardian, Senin (3/6/2023).
Pernyataan ini lantas menimbulkan kebingungan di masyarakat. Pasalnya, Komite Pakar FAO/WHO untuk Bahan Tambahan Makanan (Jecfa) juga telah meninjau penggunaan aspartam tahun ini. Menyusul laporan IARC, lantas komite ahli gabungan FAO/WHO itu akan memperbarui penilaian risiko terhadap aspartam, ttermasuk meninjau asupan harian yang dapat diterima dan penilaian paparan makanan untuk aspartam.
“Hasil dari kedua evaluasi tersebut akan diumumkan secara bersamaan pada tanggal 14 Juli 2023,” sebut juru bicara IARC.
Sebagai pengetahuan, berikut ini beberapa fakta mengenai aspartam yang Hypeabis.id rangkum dari berbagai sumber.
1. Lebih Manis dari Gula
Mengutip WebMD, aspartam terbuat dari dua asam amino alami yakni asam aspartat dan fenilalanin. Teksturnya seperti bubuk putih halus, dan hampir 200 kali lebih manis dari sukrosa atau gula. Oleh karena itu, penggunannya pada produk pun cukup sedikit, tetapi rasa manis yang ditawarkan setara dengan beberapa sendok gula. Dalam produk makanan dan minuman siap saji, aspartam sering dicampur dengan pemanis atau komponen makanan lain untuk meminimalkan rasa pahit serta meningkatkan rasa secara keseluruhan.
2. Digunakan Pada Ribuan Produk
Aspartam digunakan pada lebih dari 6.000 produk makanan di seluruh dunia. Aspartam juga digunakan sebagai bahan dalam minuman seperti soda diet, jus kemasan rendah gula, produk susu seperti yogurt, dan es krim. Permen karet, saus, sirup, bumbu juga banyak menggunakan aspartam. Selain itu, beberapa obat resep dan obat bebas, serta vitamin yang dapat dikunyah mungkin mengandung aspartam untuk meningkatkan kelezatannya.
3. Tidak Efektif Buat Diet
Meskipun jumlah yang digunakan pada bahan makanan sedikit, bukan berarti aspartam bebas kalori. Label makanan rendah kalori yang menggunakan aspartam sebagai pemanisnya, tidak terbukti menurunkan berat badan konsumennya.
Beberapa penelitian telah menemukan bahwa mengonsumsi aspartam dapat memperlambat metabolisme, sehingga menyebabkan penambahan berat badan meskipun kalori yang dikonsumsi lebih sedikit.
Sempat terjadi perdebatan, penelitian yang dilakukan oleh Yale pada 2020 menemukan bahwa mengonsumsi pemanis rendah kalori tidak dengan sendirinya bertanggung jawab untuk memperlambat metabolisme. Namun, bila dikombinasikan dengan karbohidrat lain, atau lemak, konsumsi pemanis non-sukrosa, dapat menyebabkan penurunan tingkat metabolisme yang signifikan.
4. Resistensi Insulin Penderita Diabetes
Sebuah studi menemukan bahwa ketika kamu makan atau minum produk yang mengandung aspartam, kadar kortisol meningkat dan mengubah aktivitas mikroba yang bertanggung jawab atas pemecahan makanan di saluran pencernaan. Diperkirakan bahwa perubahan ini dapat menyebabkan penambahan berat badan dan resistensi insulin. Keduanya akan berdampak negatif pada kontrol gula darah pada penderita diabetes tipe 2.
5. Bikin Nafsu Makan
Makanan yang sangat enak mengaktifkan bagian otak dari penghargaan dan kesenangan. Asosiasi positif ini dapat meningkatkan nafsu makan, jika dibiarkan, peningkatan asupan makanan yang dihasilkan dapat menyebabkan kelebihan berat badan dan obesitas.Mengganti makanan berkalori penuh dan mengandung gula tambahan dengan makanan yang dibuat dengan pemanis rendah kalori seperti aspartam, telah menunjukkan efek yang sama, tetapi tanpa menyumbang kalori tambahan.
Baca juga: Hati-hati Konsumsi Pemanis Buatan, Bisa Tingkatkan Risiko Kanker
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.